Anime Ship (BxB)

By JoyAKNS

1.9K 107 14

Warn! Bxb! Kumpulan ship anime versi Joy. Mari mampir✨ 1. Black Clover 2. Kuroko no Basket 3. Naruto 4. Haiky... More

Just Say (Black Clover - YamiNacht)
Beep (Haikyuu - KurooTsuki)
Two Mask in Love (JJK x Naruto - Gojo x Kakashi)

Love is a Choice (Naruto - NaruSasu)

379 22 0
By JoyAKNS

Disclaimer : Masahi Kishimoto

Pair : Uzumaki Naruto x Uchiha Sasuke

NaruSasu!

Original Story by JoyAKNS!

Note : Remake FF dengan judul yang sama di book Suppasit-Kanawut oleh JoyAKNS.

~Joy~

Cinta itu..

Tak serumit Fisika.

Tak semembosankan Sejarah.

Tak sesusah Matematika.

Tak seluas Bahasa.

Cinta itu sederhana dengan cara yang paling sederhana, lihat dan lupakan. Dan itulah yang diamalkan oleh Sasuke, Uchiha Sasuke. Pemuda pendiam dengan seluruh panggilan aneh yang disematkan padanya.

.

.

Kelas telah usai, Sasuke bersiap untuk pulang. Tentu saja pulang karena memang tak ada kegiatannya yang lain untuk berada dikampus.

"Lihatlah dia, tidakkah dia sadar betapa rendahnya dirinya? Sudah jelas-jelas fakta didepan mata. Masih saja terlihat seperti tak mengetahui apapun."

"Oi Sasuke, sadarlah. Lama-lama aku jadi kasian padamu."

"Bodoh untuk apa kau kasihan padanya. Dan Sasuke, melihatmu seperti ini membuatku semakin tak menyukai mu."

Sasuke hanya diam, menatap mereka pun tidak. Ia melewati kumpulan orang yang masih mengejeknya terang-terangan itu dengan santai. Wajahnya pun datar, seperti biasa.

Puk

Sasuke menoleh, dan ternyata Kiba yang menepuk bahunya. Seraya menyodorkan minuman dingin padanya.

"Lagi?" Tanya Kiba, Sasuke mengangguk dan menerima minuman itu. "Sudah biasa," Sasuke berkata santai.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan Sasuke? Semua memang sejak awal tak menyukaimu karena kau masuk karena beasiswa, ditambah kau berpacaran dengannya kau semakin dibenci. Tidakkah kau lihat dia-"

"Aku sudah tahu bahkan tanpa kau beritahu. Aku tahu dan aku paham. Ia tak menyakitiku, selama ia tak menyakitiku aku baik-baik saja." Potong Sasuke. Keduanya berjalan menyusuri lorong yang cukup ramai.

"Tidak menyakitimu? Kau bilang-"

"Teme!" Panggil seseorang yang membuat Kiba berhenti berujar. Sasuke melirik dan ternyata disana Naruto, ah dengan temannya.

Kiba menatap penuh benci dua manusia didepannya ini. Naruto, pacar Sasuke tengah merangkul mesra wanita lain! Tepat dihadapan Sasuke.

"Hn." Balas Sasuke datar, cuek seperti biasanya.

Cup

Naruto mengecup bibir Sasuke tanpa melepaskan rangkulannya dibahu Hinata. "Aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku harus menemani Hinata membeli makanan Kucingnya."

"Baiklah. Aku bisa pulang sendiri."

"Sasuke baik sekali. Baiklah hati-hati ya, dan bilang pada temanmu ini untuk menjaga matanya. Dia seakan ingin mengutiliku." Desis Hinata melirik tak minat pada Kiba.

"Dasar iblis! Tidakkah kau punya harga diri hah?! Dan kau juga Naruto brengsek! Tidakkah kau menjaga perasaan Sasuke! Kau menya-ummph?!" Sasuke membekap mulut Kiba yang berisik itu.

"Yak apa masalahmu?! Kami hanya teman! Dan aku lebih dulu kenal Naruto. Sekalipun Sasuke pacarnya tapi hanya aku yang mengetahui seluk beluk Naruto! Toh Sasuke tidak pernah keberatan. Ya kan Naruto?" Oceh Hinata mengeratkan pelukannya pada lengan Naruto.

"Umphh umphh!" Kiba masih berusaha melepaskan bekapan Sasuke, namun terlalu susah mengingat tenaga Sasuke lebih besar darinya.

"Jangan dengarkan Kiba. Kami duluan." Ujar Sasuke datar seperti biasa. Tanpa senyum memang, namun matanya sama sekali tak bisa berbohong.

Naruto masih diam menatap punggung Sasuke. Bahkan Hinata memanggilnya tak ia gubris.

"Naruto!"

"Ah iya," Gagap Naruto. Ia menatap Hinata yang ternyata sudah melepaskan pelukannya.

"Kenapa melamun? Ayo pergi. Aku kesal saat ini!" Ujar Hinata mulai melangkah.

"Hinata. Aku mencintai Sasuke."

Hinata menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik ia berujar, "Aku tahu."

"Kedekatan kita membuatnya sakit. Ku mohon-"

"Aku yang lebih dulu kenal denganmu Naruto. Aku yang ada disisimu saat orangtuamu cerai. Dan aku yang datang padamu saat semua teman-teman kita menjauhimu karena Ayahmu bangkrut. Aku-"

"Aku mengerti. Ayo." Datar Naruto kemudian pergi meninggalkan Hinata.

Sedangkan Sasuke dan Kiba yang masih di balik koridor hanya melihat mereka dengan pandangan berbeda. Sasuke dengan wajah datarnya dan Kiba dengan wajah tak percayanya.

"Itu-"

"Seperti yang kau lihat. Aku hanya berusaha mengerti Dobe itu. Tenang saja, aku-"

"Jika dia tidak memilihmu, hentikan. Dan itu terserah padamu, aku hanya mengingatkan." Tukas Kiba kemudian berlalu pergi, meninggalkan Sasuke yang terdiam karena ucapan Kiba.

"Jika pada kau tidak memilihku, ya aku memang harus berhenti. Bukan begitu Dobe?" Sasuke tertawa kecil. Kemudian beranjak mengikuti Kiba yang sudah jauh didepan.

.

.

Sebulan kemudian Naruto dan Sasuke tampak sangat renggang. Bahkan dua hari sekali bertemu saja mereka sangat susah. Membuat orang-orang sekitar menjadi semakin gencar mengganggu Sasuke.

"Oi Tuan muda Uchiha. Berhentilah menjadi pengganggu dihubungan lelaki bangsat dan wanita ular itu, dan mari pergi makan bersamaku. Kemudian kita bisa ke-"

Duagh!

"Dobe!"

"Hentikan!" Sasuke berusaha melepaskan cengkraman Naruto pada Neji, yang mengejeknya barusan.

"Kau brengsek jangan menganggu milikku-"

"Milikmu katamu? Kau bermesraan dan selalu bersama perempuan lain saat bahkan pacarmu didepanmu itu kau masih memanggilnya milikmu?! Kau lah yang sesungguhnya brengsek Tuan Uzumaki yang terhormat!"

Duuagh!

"Dobe!"

Neji memukul keras rahang Naruto saat Naruto lengah karena ucapan Neji.

"Neji kau-"

"Persetan denganmu Sasuke. Aku muak padamu. Kau tau aku menyukaimu namun kau acuh dan malah diperbudak oleh manusia rendahan ini. Lakukan sesuka mu!" Usai meludah darah karena pukulan Naruto pada pipinya tadi, Neji meninggalkan Sasuke yang masih membatu. Ia cukup kaget dengan pernyataan gamblang Neji.

.

.

Saat ini Sasuke tengan mengobati luka di sudut bibir Naruto, keduanya diam tanpa mau membuka suara. Hanya ringisan Naruto yang sesekali terdengar.

"Selesai. Aku akan membuang bekas ini dulu, minum saja dulu ya."

"Sasuke, apa maksudnya yang Neji bilang? Kau tau dia menyukaimu?" Tanya Naruto langsung yang membuat gerakan Sasuke terhenti. Ia menoleh pada Naruto dan kembali duduk disamping Naruto.

"Kami berteman. Sejak SMA, namun karena dikampus banyak yang tidak menyukaiku jadinya Neji berpura-pura juga membenciku agar aku tak dibully oleh kekerasan. Yang membullyku hanya Neji, namun setelah itu ia langsung minta maaf. Dan ya aku tau dia menyukaiku, namun ia tak pernah menyatakan bamblang seperti tadi." Jawab Sasuke langsung menjelaskan.

"Kenapa kau tak pernah bilang? Aku yakin kau lebih sering bersamanya diluar kampus bukan?"

"Sejak kapan kau ingin tahu tentangku? Sejak kapan kau lebih memilihku daripada Hinata? Aku paham aku orang baru. Oleh sebab itulah aku selalu mengalah dengan Hinata. Namun ucapan Neji dan Kiba seakan menamparku. Toh kalian cocok, lebih baik-"

Hup

"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Sasuke!" Naruto berujar keras seraya memeluk erat tubuh Sasuke.

"..." Sasuke hanya diam seraya mengusap punggung Naruto. Ini pertama kalinya ia mengutarakan perasaannya setelah hampir dua tahun keduanya berhubungan.

"Kenapa kau tidak bilang sejak awal? Jika kau bilang maka Aku akan-"

drrtt drrtt

Princess Hinata is Calling

Sasuke menatap layar ponsel Naruto datar. Seakan mengejek dirinya sendiri.

"Angkatlah."

"Dia yang membuat uname nya-"

"Angkatlah." Sasuke melepaskan pelukan Naruto padanya.

Naruto akhirnya mengangkat panggilan dari Hinata.

"Naruto dimana? Temani aku membeli aksesoris."

"Tapi aku sedang di-"

"Naruto ayolah! Aku tak berani sendiri. Banyak pria yang melihatku, itu seram. Aku tunggu!"

Pip pip

Sasuke menghela napas. Kemudian berdiri membawa barang yang tadi ingin ia buang.

"Pada akhirnya memang kau tak memilihku. Pergilah."

"Sasuke-"

"Pergilah. Aku akan keluar, kunci saja pintunya dan letakkan ditempat biasa. Berhati-hatilah." Ujar Sasuke datar sembari ia berjalan keluar. Membiarkan Naruto membatu disofa.

Sedangkan Naruto hanya menatap kepergian Sasuke dengan kecewa. Matanya beralih pada ponselnya yang kembali bergetar.

Naruto menggenggam ponsel itu kuat hingga jemarinya memutih. Dengan rahang mengeras ia beranjak dari sofa, menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Menaruh kunci ditempat biasa. Lalu kemudian dia berlari menuju keluar.

Tanpa disadarinya Sasuke melihat semua kepanikan Naruto. Sasuke tak keluar jauh, ia hanya berdiri bersandar di balik dinding tak jauh dari flat kecilnya.

Sasuke tersenyum miris dengan mata memerah, "Inilah akhirnya Naruto. Aku bukan pilihanmu." Sasuke tertawa kemudian kembali menuju kamarnya. Menutup jendela dan mengunci pintu rapat dari dalam.

.

.

Ditempat lain kini tampak Naruto dan Hinata tengah duduk berdua menikmati minuman dingin. Ah hanya Hinata yang menikmati, sedangkan Naruto memasang wajah datar serta aura seram.

"Hinata, ayo pulang. Aku ingin mendiskusikan sesuatu dimobil." Ujar Naruto datar.

Hinata yang tadi asik mengoceh tentang kucingnya pun menoleh. "Tentang apa? Kenapa tidak disini? Dan kenapa sejak tadi kau mengabaikan ku Naruto?"

Naruto hanya menatap Hinata datar. Lalu berdiri menuju kasir tanpa memperdulikan Hinata.

"Ayo." Naruto langsung membawa belanjaan Hinata dan berjalan dulu keluar Kafe. Tak peduli Hinata protes di belakang sana.

"Naruto!" Sesampainya dimobil Hinata langsung berteriak marah pada Naruto yang sudah menghidupkan mesin mobil.

"Naruto ada ap-"

"Hinata. Aku mencintai Sasuke. Sungguh aku tak bisa menerima mu. Aku hanya menganggapmu teman, sahabat yang mendukungku. Kumohon mengertilah." Naruto menatap Hinata dengan pandangan memohon.

Hinata menatap Naruto datar. Matanya memerah dan bibirnya bergetar.

"Aku tau. Tapi aku yang selalu ada untukmu. Bukan dia atau siapapun Naruto! Kau hanya memiliki ku!" Hinata berteriak marah dengan airmata mengalir.

"Tapi aku mencintai Sasuke! Aku mencintainya. Sangat."

"..."

"Aku tak ingin kehilangannya. Aku sangat mencintainya. Dan aku menyayangimu sebagai sahabatku, orang yang sudah ku anggap adik."

"..."

"Kau salah berpikir Sasuke tak apa atas sikap kita selama ini. Sasuke hanya berusaha mengerti kaulah orang yang lebih lama mengenalku. Dia.. Dia tak ingin egois membuatmu merasa kehilangan teman hanya karena aku dan dia berpacaran."

"..."

"Aku berterima kasih padamu dan keluargamu. Aku akan membalas itu. Aku akan berada dipihakmu, tapi bukan untuk menjadi kekasihmu. Ku mohon aku.. ukh mencintainya."

Hinata tertegun. Naruto yang selama ia kenal tak pernah menangis, kini dihadapannya menangis hanya karena pria biasa. Bahkan saat Ibunya meninggal Naruto tak menangis.

Hinata memainkan ponselnya. Kemudian menatap Naruto. "Kau memang tak pernah menganggapku sespecial itu Naruto? Kau bahkan menangis hanya karena dia." Ujar Hinata bergetar.

Naruto menoleh kaget. Ia meraba pipinya. Benar, ia menangis.

Hinata tertawa melihat itu. "See? Kau bahkan tak sadar kau menangis. Ukh sakit sekali." Hinata menepuk dadanya. Membuat Naruto semakin merasa bersalah.

"Maafkan aku. Melihatmu menangis membuatku sadar, aku tak akan bisa memilikimu. Sampaikan maafku pada Sasuke ya." Ujar Hinata sembari mengulurkan tangan. Ingin bersalaman.

"Hinata-"

Tok tok

Kaca mobil diketuk membuat fokus keduanya teralihkan. Hinata dengan lekas mengambil tangan Naruto dan bersalaman.

"Nah jemputanku sudah datang. Aku akan kembali bersama Juugo. Kembalilah pada Sasuke."

Usai berkata demikian Hinata langsung keluar dan membawa barangnya. Tak mengijinkan Naruto berkata apapun lagi.

.

.

.

Sasuke tengah termenung didalam kamarnya, hanya dengan menggunakan sweater dan celana pendek. Padahal diluar tengah hujan. Namun Sasuke tak merasa kedinginan. Entahlah, Sasuke bahkan tak sempat merasa kedinginan. Uap panas berkumpul di wajahnya. Membuatnya pening.

"Ukh ayolah lupakan!"

Sasuke menampar pelan pipinya. Berharap keinginan untuk menangis itu hilang. Dan membuat rasa pusing pada kepalanya mereda.

Tok tok tok tok

Ketukan pintu tak beraturan membuat Sasuke menoleh pada jam dinding. Jam 9 malam. Siapa orang bodoh yang bertamu malam hujan begini.

Berasumsi orang salah kamar, Sasuke tak memperdulikannya dan tetap pada posisinya.

Namun makin lama ketukan itu makin lemah. Tapi tak kunjung hilang. Membuat Sasuke mau tak mau membuka pintu.

Dan-

Klek

Brug

"Dobe?!"

Naruto langsung jatuh pada pelukan Sasuke. Dengan baju lembab dan kulit yang sangat dingin.

"Aku ada apa?!"

"Aku mencintaimu ukhh." Naruto terkulai lemas di bahu Sasuke. Sasuke langsung membawa Naruto masuk tak lupa mengunci pintunya.

Sasuke membaringkan Naruto di ranjangnya. Kemudian mulai melucuti pakaian Naruto. Agar Naruto tak kedinginan.

Sasuke melupakan masalah antara keduanya, ia terlalu panik karena kedatangan Naruto yang sangat tidak ia diprediksi.

.

.

"Ungghhh.." Naruto mengerutkan keningnya karena merasa tak nyaman pada dahinya.

Puk

Sasuke memukul pelan tangan Naruto yang hendak membuang handuk kecil didahinya. "Jangan dibuang!" Ujar Sasuke galak.

Naruto melotot mendengar suara Sasuke. Ia langsung membuka matanya.

"Teme?!"

Naruto langsung meraih Sasuke dalam pelukannya, membuat Sasuke menindih Naruto.

"Aku-"

"Maaf.. Maaf.. Aku memilih Teme. Aku mencintai mu. Jangan tinggalkan Aku. Aku-"

"Dobe cukup. Saat ini Aku harus istirahat. Kita bicarakan-uwwahh?!"

Naruto langsung membalikkan posisi mereka, menjadi Sasuke berada dibawah Naruto.

"Aku-uumpphh?!"

Naruto membungkam bibir Sasuke. Menahan kedua tangan Sasuke agar Sasuke tak memberontak.

Dirasa Sasuke sudah mulai tenang, Naruto memancing Sasuke untuk membuka bibirnya, dan berhasil. Saat lidah Naruto mengetuk bibir Sasuke, bibir manis itu terbuka dan membiarkan Naruto masuk.

Tak lupa kini lengan Sasuke sudah terkalung apik dileher Naruto. Naruto tersenyum dalam cumbuan mereka.

Setelah cukup lama, Naruto melepaskan cumbuan mereka. Ia menatap mata Sasuke penuh kasih.

"Maaf membuatmu menunggu lama."

"Bagaimana dengan Hinata? Dia sudah-"

"Ne Teme pernah ditanya memilih pacar atau sahabat tidak?"

"..." Sasuke hanya diam menatap Naruto yang kini masih tersenyum manis untuknya.

"Itu pilihan menjebak, karena apapun yang kita jawab akan dibantah oleh sang penanya. Namun, di beberapa aspek pacar dan sahabat tidak bisa disandingkan dalam satu pertanyaan. Benar, sahabat adalah orang yang ada saat kita dalam keadaan apapun. Tapi tidak dipungkiri pacar adalah calon pasangan yang sudah kita pilih untuk kelak menemani kita nantinya."

"..."

"Disini Aku memilih kata pasangan karena Aku yakin Aku tidak hanya mau Sasuke sebagai pacar, Aku ingin kau sebagai pasangan sampai akhir hayatku. Dan untuk sahabat, ia akan mendukung setiap pilihan kita. Akan menegur setiap kesalahan kita. Bukan dia yang membatasi kita untuk mendapat pasangan."

"..."

"Teme?" Panggil Naruto karena Sasuke tak merespon ucapannya. Mata besar itu hanya berkedip-kedip seolah mencerna semua kalimatnya.

"Teme, kau paham?" Tanya Naruto hati-hati. Ia juga mengelus pipi halus itu agar Sasuke meresponnya.

"Tidak." Jawab Sasuke polos. Mendengar itu Naruto menggigit bibir bawahnya kemudian menghempaskan dirinya ke samping Sasuke. Kakinya menendang-nendang udara dengan kesal.

Sasuke yang melihat itu terkikik geli. "Bercanda bodoh. Aku mengerti.. Apa kau sedang melamarku? Seperti aku ingin menjadi pasanganmu saja."

"Teme~" Rengek Naruto dengan wajah memerah malu. Ia segera memeluk Sasuke yang masih berbaring dan menyembunyikan wajahnya di dada Sasuke.

"Dasar Dobe."

"Teme sudah~" Rengek Naruto lagi.

Sasuke berdehem. Ia juga meraba dahi Naruto dan ternyata suhu tubuh Naruto sudah normal.

"Kau sudah tidak demam." Celetuk Sasuke.

"Lalu?" Tanya Naruto sembari mendongak untuk melihat wajah Sasuke.

"Ya pulanglah."

"Tidak mau! Kejam sekali. Lihat ini bahkan jam 12 malam huh." Naruto semakin memeluk erat Sasuke. Menggosok-gosokkan wajahnya di dada Sasuke.

Sasuke tertawa kecil. Ia senang akhirnya pilihannya memilih Naruto tak berujung sakit. Walau butuh waktu dua tahun untuknya bisa memiliki Naruto sepenuhnya.

Dirasa Naruto tak lagi ada pergerakan, Sasuke menunduk. Ternyata Naruto sudah kembali terlelap.

Sasuke tersenyum singkat. Ia menunduk dan mengecup dahi Naruto. "Oyasumi Dobe. I love you." Ujar nya lembut. Kemudian menutup mata untuk menyusul Naruto ke alam mimpi. Ia membiarkan Naruto tidur didadanya. Ia terlihat tak terganggu dengan itu.





See, Love is a choice. Entah itu baik atau buruk, namun yakinlah pilihanmu dari hati yang paling dalam tak akan salah. Kalau pun tak sesuai ekspektasimu, yakinlah kau bisa mengatasinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

E N D









Terima kasih yang udah baca, vote, komen dan bahkan follow Joy❤️

See ya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

788K 38K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
87.9K 12.5K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
790K 81.8K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
394K 40.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...