DEVANDRA [PRE ORDER]

By STRAWBERRYMILK_38

5.5M 380K 55.9K

BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ⚠️WARNING⚠️ TERDAPAT KATA-KATA KASAR DAN ADEGAN BERBAHAYA! TIDAK UNTUK DIT... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CAST/VISUAL
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 15
CHAPTER 19
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 53 [END]
INFORMATION
SEQUEL
SPIN OFF [DANIEL & CACA]
DEVANDRA TERBIT?!
VOTE COVER
PRE ORDER DEVANDRA

CHAPTER 50

48.6K 4.6K 612
By STRAWBERRYMILK_38

STRAWBERRY MILK BACK!

RAVEGAS GANG ☠⚔

IBU NEGARA RAVEGAS 💫

HAPPY READING 📖

Keamanan mu, tanggung jawab kami.
Kebahagiaan mu, tujuan kami.
Kenyamanan mu, kewajiban kami.
Menjaga dirimu, itu prioritas kami, My Queen.

-RAVEGAS-

* * * * * *

CHAPTER 50: WAR 1 🏴

Ting

Aurel
Kita balik dari jam sebelas tadi, tapi Alexa pulang sendirian. Emang dia nggak ada di rumah?
2:50 AM

Kenzo menatap layar handphonenya. "Aurel sama yang lainnya pisah mobil sama Alexa. Katanya, Alexa balik sendiri."

Devan menukik tak suka. "Kenapa mereka biarin Alexa balik sendirian?!"

"Sabar, Van. Mungkin itu kemauan Alexa nya sendiri," lerai Farrel.

Ting

Devan membuka notifikasi yang masuk ke handphonenya, nomor yang tadi.

Unknown number
Ready?

Sent a picture

BRAK

Devan membanting handphonenya ke lantai, membuat handphone mahal itu terbagi menjadi empat bagian.

"Njir, sultan emang," gumam Vano.

Wiu Wiu Wiu Wiu

Sirene tanda bahaya di Markas berbunyi, seisi Markas mengalihkan perhatiannya. Lampu yang semula putih menjadi merah, suasana ricuh.

"Alexa, Van," ujar Farrel.

Nafas Devan tersenggal senggal. Tidak salah lagi, perempuan di foto itu adalah gadisnya.

"Kita udah telat." Devan bangkit, memakai jaket kebesarannya. "RUANG RAPAT SEKARANG!"

Devan tidak bodoh, ia harus mengatur strategi dahulu, pasti ini semua sudah direncanakan oleh peneror itu.

Mereka berbondong-bondong ke ruangan yang biasa digunakan untuk rapat. Dari luar Markas, terlihat ratusan orang ikut masuk ke ruang rapat, mereka mendapat peringatan dari handphone.

Devan duduk di kursi yang ukurannya lebih besar dari yang lain, di sebelahnya ada kursi yang ukurannya sedikit lebih kecil darinya. Kenzo duduk di sebelah Devan.

Devan menatap ruang rapat, semua sudah terkumpul. "MUSLIM SHOLAT TAHAJJUD DULU, NANTI BALIK LAGI KE SINI!"

Para anggota Ravegas yang beragama muslim keluar dari ruangan. Mereka tidak perlu keluar Markas, karena di Markas sudah disiapkan Musholla untuk sholat.

Sedangkan yang non-muslim, beribadah di ruang rapat. Sesibuk apapun, tetap tidak boleh meninggalkan kewajiban.

Kenzo menjadi Imam untuk anggota Ravegas yang beragama Islam. Devan menjadi pemimpin untuk yang non-muslim.

Lima belas menit berlalu, semua kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Suruh Aurel, Lauren, sama Clara ke sini. Kita butuh bantuan mereka," pinta Devan. Kenzo mengangguk, ia menghubungi ke-tiga gadis itu.

"Ilham, Farrel, Rayyan."

Seakan paham, Ilham mengangguk, laki-laki itu mengeluarkan laptopnya, sedangkan Farrel dan Rayyan mengeluarkan tablet nya. Untuk urusan mengatur strategi, mereka bertiga ahlinya.

Farrel menekan salah satu tombol di tablet canggihnya. Membuat bayangan hologram yang memperlihatkan beberapa titik stategi.

Tok tok tok

"Masuk."

Pintu terbuka, memperlihatkan Aurel, Lauren, dan Clara yang berjalan tergesa-gesa.

"Gimana? Udah atur?" tanya Clara dengan nafas yang tersenggal senggal.

Arya menggeleng. "Proses." Laki-laki itu mengucek ucek matanya, alkohol membuatnya sedikit pusing.

Daniel menahan kantuk. Jujur, sebenarnya ia masih ingin tidur, tapi keselamatan Alexa lebih utama.

"Untuk sekarang, strategi nya kayak gini," ucap Farrel, Ilham mengangguk, mengetik beberapa huruf di laptop.

"Ini sidik jari orang yang waktu itu kasih boneka ke Alexa, sorry baru dapet sekarang. Sidik jarinya nggak bisa ditebak, jadi lama baru ketemu." Rayyan meletakkan tablet nya di tengah-tengah meja rapat.

"Hampir complete." Ilham menatap layar laptop, data-data semua strategi sudah terangkum.

Setelah 100%, Ilham mulai menerangkan strategi yang sudah ia atur bersama Farrel dan Rayyan. Berbicara dengan suara lantang.

"Ada pertanyaan?"

Salah satu anggota mengangkat tangannya. "Kalau misalnya strategi ini gagal, gimana?"

Farrel menghela nafas. "Sembilan puluh persen pasti berhasil, tapi kita liat ke depannya. Kalau mau buat strategi plan B, beda lagi urusannya, nanti Alexa keburu koid."

"Jangan ngomong gitu," sentak Devan, menatap tajam Farrel. "Mau mati?!"

Farrel meringis. "Sorry, Van. Gue nggak maksud." Alkohol masih mempengaruhi dirinya, entah ibadahnya tadi diterima atau tidak.

* * * * * *

PLAK

Laki-laki bertopeng itu mencekik leher Alexa dengan kuat. "Nyali lo gede juga, berani panggil Ravegas?"

Laki-laki itu menarik paksa kalung yang Alexa gunakan.

TRINGG

Ia melempar kalung itu ke dinding. Tapi, kalungnya tidak terputus, karena kalung itu bukan berasal dari bahan kalung biasa.

Alexa terkekeh sinis. "Terlambat."

"BACOT!" Laki-laki itu menginjak kalungnya. Ia mendekati Alexa. "Lo tau, seandainya lo nggak nolak cinta gue, mungkin lo nggak bakal ada diposisi kayak gini."

Alexa mengernyitkan keningnya, suara laki-laki itu terdengar sangat familiar.

"TAPI LO NGGAK NGEHARGAIN GUE!"

BUGH

Ia memukul Alexa dengan keras, sampai membuat wajah gadis itu menoleh ke samping. Hidungnya mengeluarkan banyak darah.

Sakit, tapi Alexa bukan perempuan lemah. Gadis itu berdecih. "Banci, beraninya cuma sama cewek doang," ejek Alexa.

"Dalam keadaan kayak gini pun, lo berani ngejek gue, punya nyawa berapa lo?"

Ia menghela nafas, menatap Alexa dari ujung rambut, sampai kaki. Bagaimana para laki-laki tidak terpesona dengan gadis itu, Alexa tetap terlihat cantik walaupun sedang terluka.

"Gue akui lo hebat, dari kemarin belum makan, tapi lo masih bisa bertahan sampai sekarang. Mari kita liat, sejauh mana lo mampu bertahan."

"Bos, anak Ravegas udah dateng." Seseorang masuk, lalu memberi tahu hal itu.

Laki-laki bertopeng itu tertawa kecil. "Akhirnya, biar gue buktiin ke Devan, kalau gue lebih hebat dari dia. Persiapkan semuanya."

Ia kembali membekap mulut Alexa, ikatan di tangan dan kaki gadis itu, ia kencangkan. "Biar lo nggak kabur." Laki-laki itu melenggang pergi.

* * * * * *

Devan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit, anggota yang beragama Islam sudah menunaikan shalat subuh.

Ting

Unknown number
Gue kasih waktu tiga puluh menit, lo telat 1 detik aja, Alexa mati di tangan gue. Jalan Garuda 05.
5:15 AM

Devan menggenggam erat handphone barunya, karena handphonenya yang tadi sudah rusak terbanting.

Ting

Unknown number
TL² + U¹ + TG² + U¹ + BD² + TL³ + U¹ + TL² + U¹ + B³ + U¹ + TG² + U² = Real address.

Devan menatap layar handphonenya, lalu beralih menatap para anggotanya, semua sudah berjajar rapi di atas motor masing-masing.

Devan naik ke atas motor besar berwarna hitamnya. Memakai helm full face nya, mereka tidak punya banyak waktu.

BRUM BRUM BRUM

"RAVEGAS!"

"PANTANG PULANG SEBELUM TUMBANG!"

"HANCUR, MUSNAH, RATAKAN!"

"TUHAN MAHA PENGAMPUN, KAMI TIDAK!"

"DUDUK SAMA RATA, BERDIRI TANPA RAJA!"

BRUM BRUM BRUM

Setelah sekian lama, kata-kata itu akhirnya kembali keluar dari mulut Ravegas.

Devan memimpin, dengan Kenzo dan Rayyan di sebelah kanan kirinya. Farrel, Vano, Arya serta Daniel memimpin anggota di belakang.

Demi apapun, mereka yang terlihat sering tertawa, sekarang hanya nampak raut penuh amarah.

Menggunakan jaket kebesaran mereka. Dengan lambang serigala mengaum, enam ratus delapan puluh lima orang, diantaranya membawa bendera Ravegas.

Bendera itu berkibar, seolah menandakan bahwa peperangan akan terjadi, sebentar lagi. Ravegas penguasa jalanan. Suara mesin motor mereka tidak kalah kerasnya dengan suara seekor serigala yang mengaum.

Devan menatap jam tangannya di balik helm full face nya. Jaraknya dengan Alexa cukup dekat.

Devan melacak keberadaan Alexa dengan GPS yang terpasang di kalung gadis itu. Devan tahu, Jalan Garuda 05 bukan tempat dimana Alexa di sandera. Mereka hanya mengecoh Ravegas.

Mereka berhenti di gudang tua yang sudah tidak terpakai, keadaan gudang itu sangat gelap. Posisinya berada tepat di tengah-tengah lapangan yang luasnya tidak terhitung.

Devan turun dari motornya, membuka helm full face yang menutupi wajahnya.

"Di sini posisi mereka?" tanya Kenzo, laki-laki itu berdiri di samping sang ketua.

Devan mengangguk. "Nggak mungkin salah."

Farrel menatap bangunan tua di hadapannya. "Mereka mana?"

Vano berdecih. "Pengecut. Ya nggak, Ar?" Vano menoleh ke samping. "Loh, Arya mana?"

Devan dan anggota inti lainnya menoleh ke belakang.

"Bukannya tadi dia di samping lo?" Vano mengangguk. "Iya, tapi sekarang kok nggak ada?"

"Bang, Angga sama Ahmad juga nggak ada!" seru Opit.

Kenzo mengernyitkan keningnya. "Disaat-saat kayak gini, mereka masih aja bercanda."

"Kayaknya mereka bertiga pisah jalan tadi," papar Aurel.

PROK PROK PROK

Semua kembali mengalihkan atensinya ke depan. Menatap sekitar lima ratus orang yang berdiri di hadapan mereka. Jarak mereka hanya sekitar satu kilo meter.

Mereka berjejer rapi, dibarisan paling depan ada seorang laki-laki yang menggunakan topeng.

Tiga ratus di antaranya laki-laki yang seumur dengan mereka. Tapi yang lainnya, seorang bapak-bapak dengan kepala botak dan badan kekar.

"Shit, orang-orang bayaran," umpat Devan. "Hati-hati."

"Misi pertama."

Aurel, Lauren, dan Clara mengangguk kompak. Ke-tiga gadis itu akan menyusup untuk menyelamatkan Alexa.

"Kalian pergi, kami alihin perhatian mereka," tutur Kenzo.

"Setelah sekian lama gue tunggu, akhirnya sekarang terjadi juga. Kenal gue? Devan?" Laki-laki itu berbicara dengan suara lantang.

Devan mengerutkan keningnya. Kenapa suaranya terdengar sangat familiar.

Kenzo terkekeh sinis. "Kita sama sekali nggak merasa kenal sama lo, kayaknya lo kurang terkenal."

Laki-laki itu tertawa. "Dulu sih iya, tapi setelah ini, nama gue bakal melambung tinggi, setelah kalahin kalian."

"ALEZZAR!"

Orang-orang yang menjadi anggota Alezzar adalah kumpulan orang-orang yang ditolak saat ingin menjadi bagian dari Ravegas. Itu karena mereka belum memenuhi persyaratan, terutama kekuatan fisik.

Dikarenakan mereka hanya sekitar tiga ratus orang, karena itulah laki-laki bertopeng tersebut menyewa orang. Tentu agar anggotanya semakin banyak. Itu yang dapat Devan simpulkan.

Vano berdecih. "Ngimpi!"

Daniel mengerutkan keningnya. "Nggak pernah denger geng motor namanya Alezzar," gumamnya.

Aurel, Lauren, dan Clara menyusup melalui barisan anak-anak Ravegas. Tubuhnya yang kecil, membuat mereka hampir tidak terlihat.

"Bego banget mereka, bisa-bisanya nggak ngeliat kita," gumam Lauren.

"Sstt." Aurel meletakkan telunjuknya di bibir. "Itu lebih baik."

"Pintunya nggak dikunci."

Clara menatap seisi bangunan besar itu. Mereka berhasil menyusup melalui pintu belakang.

Lauren menggosok kedua lengannya. "Gelap banget, sih."

GRUSAK GRUSUK

"Apaan itu?"

Aurel menatap pintu di sebelahnya, sumber suaranya berasal dari bilik itu. "Ayo."

Cklek

"Alexa!"

Alexa mendongak, menatap tiga sahabatnya yang berjalan menghampirinya.

Aurel melepas tali yang melilit tangan serta kaki Alexa, tak lupa melepas kain yang menutupi mulutnya.

Mereka saling berpelukan.

"Akhirnya kita temuin lo."

"Pakai ini." Aurel memberikan jaket hitam dengan lambang serigala.

Jaket yang dihadiahkan oleh Ravegas saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun.

Alexa mengangguk lemah, ia terduduk di lantai. "Minum ini." Alexa menatap botol pemberian Lauren.

"Air ini udah kita campur obat penawar buat obatin luka-luka lo, supaya tubuh lo juga cepet pulih," jelas Lauren, ia bersimpuh di hadapan Alexa.

Alexa mengangguk, ia tak bisa berkata-kata, lidahnya kelu. Untuk mengeluarkan satu kata saja, seperti membutuhkan banyak tenaga.

Meneguk air yang berada di dalam botol itu. "Udah mendingan, thanks." Alexa memakai kalungnya kembali.

GUBRAKK

"MAU KEMANA KALIAN?!"

"Mampus."

* * * * * *

"Menyerah sebelum sesuatu terjadi sama kalian!"

Devan terkekeh sinis. "Nggak kebalik?"

"Jangan sombong Devan, cewek yang lo bangga-banggain, sekarang udah ada di tangan gue."

Devan mengepalkan kedua tangannya, wajahnya memerah menahan amarah.

Kenzo menepuk bahu Devan. "Jangan terpancing."

"TOUCH MY QUEEN? WE WILL KILL YOU!" teriak pasukan Ravegas dengan lantang.

Devan menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya, ada mereka yang akan menyelamatkan gadisnya.

Laki-laki bertopeng itu menggeram marah. "SEKARANG!"

"BANTAI MEREKA!" teriak Devan, memberi komando untuk Ravegas.

BUGH BUGH

"Mau lagi, hah?!" sentak Vano. Memukul kepala lawannya.

"ANJING TUNGGUIN GUE!"

Daniel menoleh. "Huaaa Arya!" Laki-laki itu memeluk Arya dengan erat.

Arya menepisnya. "Jijik bego, fokus."

BRAK BRUK KRETEKK

Daniel memukul lalu menindih lawannya, tak lupa mematahkan tangannya.

"Woyy bangsat! Tangan kosong kalau berani!" marah Arya setelah punggungnya di pukul menggunakan balok kayu.

"Bacot kamu bocah!"

"Bicit kimi bicih, rasain nih!"

PROTT

"Wangi nggak? Gue habis makan jengkol btw."

Bapak-bapak berkepala botak itu pingsan setelah mencium aroma gas yang keluar dari pantat Arya.

BUGH BUGH BUGH

"Lauren sama yang lainnya belum ke sini?" tanya Vano setelah memukul lawannya.

Kenzo menggeleng.

KRETEKK

"Bentar lagi, maybe. Fokus aja, jangan mikirin hal lain."

AKKHHH

"HATI-HATI! ITU STUN GUN!" Devan berteriak kencang.

Para anggota Ravegas mengangguk paham.

Laki-laki bertopeng itu menatap sekeliling lapangan, ia tertawa sinis melihat anggota Ravegas yang berguguran.

Matanya melirik ke samping. Menatap tiga gadis yang berjalan menuju pintu gudang bagian belakang. "Bangsat!"

"Kalian ikut gue." Ia menunjuk beberapa orang bayarannya. Laki-laki itu mengikuti Aurel, Lauren, dan Clara.

Farrel merebut paksa baseball yang hampir mengenainya. Memukulkannya pada lawan.

AKKKHHH

"Emang enak."

"Situ udah bapak-bapak, Om. Udah bau tanah, cari amal aja sana, jangan pecicilan di sini," tutur Arya. Memukul dada manusia di hadapannya. "Ngerasa berdosa gue karena mukul bapack-bapack."

BUGH BUGH BUGH

KRETEKK BRAKK

GEDEBUKK

Devan membanting salah satu dari mereka. Memukul, mematahkan, menyiksa tanpa ampun.

Mengedarkan pandangannya, ia belum menemukan Alexa.

BUGH

Seseorang memukul tengkunya dari belakang.

KRETEKK

Devan mematahkan tangan orang itu, lalu merebut balok kayunya.

GEDEBUKK

BRAKK

BUGH BUGH

Anggota Alezzar banyak yang tumbang.

Arya terkekeh sinis. "Pakai senjata aja masih kalah."

"BERHENTI!"


* * * * * *

Gimana ceritanya? Maaf kalau nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.

Boleh minta tolong? Screenshot part yang kalian anggap menarik, terus upload di medsos kalian. Tiktok, Facebook, WhatsApp, Instagram, dll.

Atau ajak temen-temen kalian buat baca cerita ini yaawww ❤

Cmiiw 🖤

Jangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi silent readers.

See you 👋

Sering terjadi')

Continue Reading

You'll Also Like

105K 8.9K 39
"Lo sopan, Kami sambut. Lo kasar, Kami patahkan." - Geng Tiger di bawah pimpinan Tiger Bagaspati. ×•×•× Tig...
2.7M 155K 39
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
24.6K 260 3
[SLOW UPDATE] Update Sesuai keinginan Aku yaak. Jadi Jangan pada Protes😉 Karena Author itu pemalas sekali buat ngetik. Baca Ajah dulu😉 Kritik dan s...
77.4K 4.8K 44
Follow dulu hayu • • • Menjadi sahabat untuk Shakti sudah membuat kepala Shera pusing dengan sifat kekanakan milik Shakti. Bagaimana jika status itu...