My Valentines ✔️

Autorstwa roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... Więcej

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

40. Crumble Apart

5.2K 626 34
Autorstwa roseannejung

Chaeyoung menatap pantulan diri di depan cermin kamar mandi. Penampilannya berantakan; rambut panjangnya tak beraturan, tubuhnya hanya dibalut handuk putih dan banyak bercak merah di sepanjang tulang selangka hingga dadanya.

Bulu kuduk Chaeyoung seketika meremang kala ia mengingat apa yang terjadi semalam. Dengan terburu-buru, Chaeyoung menyalakan keran wastafel dan membasuh wajahnya berkali-kali.

Ia harus segera sadar.

Saat Chaeyoung mematikan keran, sepasang tangan kokoh melingkar di pinggangnya. Hangat tubuh Jaehyun terasa lekat.

"Good morning," bisik Jaehyun di telinga Chaeyoung sebelum mencium pelipis perempuan itu. "Kenapa kamu bangun pagi banget? Aku masih ngantuk."

"Kalau masih ngantuk, tidur lagi." Chaeyoung mencoba melepas pelukan Jaehyun namun laki-laki itu tidak mengijinkannya. Bukannya terlepas, pelukan itu malah semakin erat.

"Tapi sama kamu." ciuman Jaehyun turun ke leher Chaeyoung dan saat tangannya mulai menjelajah ke sana-sini, Chaeyoung buru-buru menahannya.

"Jaehyun,"

"Hm?" jawabnya malas-malasan masih sambil menciumi bahu polos Chaeyoung.

"Sepertinya kita harus bicara."

"Oke, aku dengerin." Mata Jaehyun menatap netra Chaeyoung dari cermin.

"Bisa kamu lepasin aku dulu?"

"Begini saja boleh?"

"Sebentar, please." Chaeyoung mengurai lilitan tangan Jaehyun di pinggangnya. Laki-laki itu mengalah dan membiarkan Chaeyoung berbalik menghadapnya. Melihat Chaeyoung berdiri di hadapannya, dengan wajah khas bangun tidur membuat Jaehyun tersenyum kecil. Tangannya kemudian bergerak mengelus pelan pipi kiri Chaeyoung.

"Jaehyun, kita harus berhenti melakukan ini."

Satu alis tebal Jaehyun terangkat. "Melakukan apa?"

"Yang kita lakuin sekarang?"

"Memang kita sedang melakukan apa?"

"..."

"Aku nggak lagi ngapa-ngapain."

Chaeyoung menggeram pelan. "Kamu tahu maksud aku."

"Seks, maksud kamu? Kenapa? Apa aku ngelakuin kesalahan semalam? Apa aku terlalu kasar?"

"Bukan," sergah Chaeyoung cepat.

Malah sebaliknya.

Jaehyun terlalu lembut. Ia memperlakukan Chaeyoung seakan-akan dia adalah perempuan paling rapuh malam tadi. Jaehyun membuat Chaeyoung merasakan berbagai macam perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama mereka bercinta. Sorot matanya, ucapannya, sentuhannya, semua itu membuat hati Chaeyoung bergetar tak karuan.

Red. Red. Red.

Peringatan itu terngiang-ngiang di kepalanya, dan garis batas yang semula terlihat kabur kali ini muncul kembali.

Chaeyoung takut.

"Lalu apa?"

"Aku..." kalimat Chaeyoung menggantung. Melihat sorot mata kecewa Jaehyun membuatnya merasa bersalah. Tapi, ia tetap harus mengatakannya. "Aku nggak masalah dengan seks, but when it's over then it's over. Kamu nggak perlu ngelakuin after care atau lip service setelah itu."

"Lip service? Kamu ngomong apa, sih? Aku begini karena aku mau. Aku mau peluk kamu dan cium kamu, apa itu salah?"

"Tapi aku nggak mau."

"Kenapa?"

"Karena aku nggak mau. Susah untuk kamu mengerti itu?"

Jaehyun mendengus, lalu mundur satu langkah. Padahal Chaeyoung yang meminta Jaehyun untuk tidak mendekat tapi saat hangat tubuh laki-laki itu menghilang, hatinya seakan runtuh perlahan.

"What's wrong with you?" Jaehyun menatap Chaeyoung aneh.

"Nggak ada yang salah denganku. Aku cuma minta kamu untuk nggak bersikap berlebihan setelah kita melakukannya."

"Apanya yang berlebihan?"

"Semua yang kamu lakukan barusan!" sergah Chaeyoung dengan nada yang semakin meninggi.

"..."

"Just kiss me when you want to have sex. Selebihnya jangan lakukan apapun."

"Ini konyol."

"Sekarang aku minta kamu keluar."

Jaehyun menggelengkan kepala sebelum sesaat kemudian melangkah keluar kamar mandi dengan perasaan kesal.

Sepeninggalan Jaehyun, Chaeyoung menarik napas dengan rakus—seakan-akan sejak tadi ia menahan napas. Tangannya memegang dadanya yang terasa sakit. Perasaan asing ini semakin lama semakin membuat Chaeyoung kerepotan.

Ia harus melakukan sesuatu.

***

Setelah kejadian di kamar mandi pagi tadi, sepanjang hari Jaehyun mendiami Chaeyoung. Laki-laki itu hanya akan bersuara kalau Chaeyoung bertanya di depan orang tuanya.

Selebihnya, ia memilih bungkam.

Jaehyun bahkan menjauhkan tangannya yang tak sengaja tersenggol Chaeyoung dan sepanjang perjalan pulang tidak ada yang bersuara di antara mereka kecuali Rion yang tidak berhenti mengoceh.

Bagi Jung Jaehyun, permintaan Chaeyoung sangat absrud dan tidak beralasan. Perasaannya terluka, saat Chaeyoung menuduhnya melakukan lip service. Apa di mata Chaeyoung Jaehyun itu laki-laki brengsek yang mengucapkan kata-kata manis hanya untuk seks? Dan after care. Bukankah semua perempuan menyukainya? Bukankah hal itu membuat partner kita merasa disayang? Bukankah itu hal yang memang harus dilakukan?

Terlebih lagi, Chaeyoung itu bukan perempuan bayaran yang habis dipakai langsung dibuang. Chaeyoung itu ibu dari Rion—anaknya, juga istrinya. Sudah seharusnya Chaeyoung merasa disayang. Tapi, kenapa dia malah menolak?

Hari-hari yang mereka lewati setelah permintaan konyol itu menjadi canggung. Rasanya seperti kembali ke awal—benar-benar awal, bahkan sebelum malam reuni itu. Perbincangan mereka sangat kaku dan tidak jarang mereka menghindari kontak mata.

Bahkan di hari-hari dimana mereka menyiapkan persiapan pernikahan saja, Chaeyoung terlihat tidak bersemangat. Setiap ditanya pendapatnya, ia akan selalu berkata.

"Terserah."

Jaehyun jadi serba salah. Ia merasa seperti telah melakukan sebuah kesalahan besar yang ia sendiri tidak tahu apa dan bagaimana cara memperbaikinya. Ditambah lagi, Chaeyoug terus menerus bungkam.

Setiap malam, Jaehyun memandang wajah Chaeyoung yang tertidur di sebelahnya dan bertanya-tanya, apa yang ada di kepala perempuan itu?

Beritahu aku sedikit isi dari pikiranmu.

***

"You look so pretty." Lisa memuji penampilan Chaeyoung yang terbalut gaun putih panjang dan sebuah mahkota kecil yang terselip di atas kepalanya.

Setelah merencanakan pernikahan selama satu bulan lebih, hari H pernikahan Chaeyoung dan Jaehyun datang. Di sebuah gereja kecil yang ada di pinggir kota Seoul, dan dihadiri oleh beberapa kerabat dan teman, acara pemberkatan itu akan segera berlangsung.

Park Chaeyoung saat ini berada di ruang tunggu mempelai perempuan, ditemani oleh Lisa.

"Siapa yang menyangka, pada akhirnya kamu dan Jaehyun menikah juga."Chaeyoung tersenyum kikuk kepada sang sahabat. "Apapun alasan kamu untuk menikah dengan dia, aku harap kamu bahagia."

Chaeyoung menggenggam tangan Lisa erat."Ada apa?"

"Lis, Aku—"

"Mempelai wanita dipersilahkan keluar menuju altar." Seorang petugas wedding organizer yang disewa Chaeyoung dan Jaehyun memotong kalimatnya.

"Nanti kita lanjutkan obrolannya. Sekarang kamu harus menemui calon pengantinmu dulu." Lisa mengedipkan sebelah matanya, sebelum mendorong Chaeyoung keluar.

Di sisi lain, Jaehyun berdiri di tengah altar dengan tuksedo hitam dan rangkaian bunga yang terselip di kantong depan. Di sisi kanannya ada Mino, Johnny, dan Yuta yang bertugas sebagai Men in Honour.

Sesaat setelah ia melihat pintu gereja terbuka dan Chaeyoung berjalan dengan balutan gaun putih napasnya tersekat. Selama hidupnya, Jaehyun tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Ia hampir tidak peduli. Terlebih, karena melihat pernikahan kedua orang tuanya yang buruk, membuat Jaehyun sama sekali tidak memiliki niat untuk menikah dalam waktu dekat. Tapi, saat bersama Chaeyoung, keinginan menikah tiba-tiba muncul secara alami.

Ketika Chaeyoung meminta untuk tidak melangsungkan upacara pernikahanpun, Jaehyun tidak begitu peduli. Karena tujuannya menikahi Chaeyoung adalah untuk hidup bersama dengan perempuan itu dan Rion.

Tapi sekarang setelah melihat sosok Chaeyoung yang begitu cantik dengan balutan gaun putih dan buket bunga di genggamannya, Jaehyun seketika ingin berterima kasih kepada Saeri yang sedikit memaksa untuk melangsungkan pernikahan ini.

Kalau pernikahan ini tidak pernah terjadi, Jaehyun yakin ia akan menyesal seumur hidupnya karena tidak bisa menyaksikan seorang Park Chaeyoung berjalan ke hadapannya untuk ia ambil sebagai istri sah di hadapan Tuhan.

Jaehyun menggapai tangan Chaeyoung untuk membantu perempuan itu berdiri di depan pendeta yang sudah berdiri di mimbar gereja. Janji setia yang diucapkan Jaehyun berlangsung lancar, sedikit berbeda dengan Chaeyoung yang sempat terbata-bata saat mengucapkannya. Kecurigaan sama sekali tidak terlintas dikepala Jaehyun dan ia hanya berpikir kalau mungkin Chaeyoung hanya gugup.

Saat pendeta mengucapkan bagiannya, tangan Chaeyoung bergetar.

"Saya bersedia," janji suci itu diucapkan bergantian oleh kedua mempelai. Kemudian pendeta menyatakan Jaehyun dan Chaeyoung sudah resmi menjadi suami-istri.

"... sekarang, kamu boleh mencium pengantinmu."

Jaehyun menyentuh pipi Chaeyoung dan mengelusnya lembut sebelum mendekatkan wajahnya pada perempuan itu. Tapi, sebelum ia menemperlkan bibir mereka, Jaehyun berbisik. "kalau kamu cemberut terus seperti itu, bisa-bisa semua orang menyangka aku memaksa kamu untuk menikah denganku."

"..."

"Senyum, please."

"..."

"Sedikit aja."

Meski terlihat terpaksa, sudut-sudut bibir Chaeyoung terangkat membentuk sebuah senyuman kecil. Tanpa buang waktu, Jaehyun langsung mencium Chaeyoung lembut. Hanya dua kecupan singkat sebelum Jaehyun menjauhkan wajahnya.

Senyum kecil Chaeyoung ternyata menular pada sang mempelai pria. "Thank you."

"Mama!!" Rion adalah yang pertama berlari memeluk Chaeyoung setelah pemberkatan, disusul oleh Lisa dan kedua orang tua Jaehyun.

Kedua mempelai pengantin kemudian mengambil foto di depan altar. Foto yang di masa depan menjadi foto yang sering dilihat Jaehyun saat ia harus pergi jauh dari keluarga kecilnya.

***

Setelah pesta pernikahan itu, Jaehyun pikir hubungannya dengan Chaeyoung akan semakin membaik. Namun, belum sempat hal itu terwujud Jaehyun sudah terlebih dahulu dikirim ke Jeju untuk urusan pekerjaan.

Jaehyun sempat berpikir hal ini adalah kesempatan yang baik. Chaeyoung mukin butuh waktu untuk sendiri, dan ia harap setelah kembali dari Jeju semuanya akan kembali normal seperti sebelum kejadian di pagi hari di rumah kedua orang tuanya.

Namun, sekembalinya Jaehyun dari Jeju bukannya membaik hubungan mereka malah semakin parah.

"Habis dari mana kamu baru pulang jam segini?" Jaehyun bertanya sesaat setelah Chaeyoung masuk ke dalam rumah sambil menggendong Rion yang tertidur. Pesawat yang ditumpanginya dari Jeju menuju Seoul mendarat pukul tujuh malam dan jam delapan lewat lima belas menit ia sudah sampai di rumah.

Jaehyun berharap bisa langsung bertemu dengan Chaeyoung dan Rion tapi yang didapatinya adalah kondisi rumah yang kosong. Saat dihubungi pun ponsel Chaeyoung berada di luar jangkauan.

"Sekarang sudah jam satu pagi, dan kamu tahu aku pulang dari Jeju hari ini. Ponsel kamu juga nggak bisa dihubungi." Jaehyun mencecar Chaeyoung.

"Jaehyun, maaf ponselku baterainya habis dan aku tinggal di kamar."

"Kamu habis dari mana?" Jaehyun tidak begitu peduli dengan alasan ponsel mati itu. Yang lebih penting ia ingin tahu dari mana Chaeyoung dan Rion sampai-sampai baru sampai rumah jam satu pagi.

"Aku habis dari rumah sakit."

Sorot mata Jaehyun yang semula keras berubah. "Kamu sakit? Atau Rion yang sakit?" tanyanya sambil berjalan mendekat. Namun, belum sempat tangannya menyentuh tubuh Chaeyoung, perempuan itu sudah terlebih dahulu menghindar dan berjalan ke kamar Rion

"Chaeyoung, tolong, sekarang bukan saatnya kamu menghindari aku."

"Aku nggak menghindari kamu. Aku cuma mau menidurkan Rion." Chaeyoung berucap sambil menaruh tubuh Rion di atas kasur. Lalu membuka sepatu anak laki-laki itu dan menyelimutinya.

"Bisa kita bicara sekarang?"

"Di luar," jawab Chaeyoung sambil mematikan lampu kamar Rion dan menutup pintunya saat ia keluar.

"Sekarang jawab, untuk apa kamu ke rumah sakit dan baru pulang tengah malam begini."

"Chanyeol masuk rumah sakit."

"Chanyeol?" kening Jaehyun berkerut. Nama itu terdengar tidak asing di telinganya.

"Dia orang yang sempat mukulin kamu di pemakaman Yewon," jelas Chaeyoung.

"Bukannya dia juga mantan pacar kamu?" Chaeyoung mengangguk pelan. "Dan kamu ke rumah sakit karena dia? Menjenguknya sampai tengah malam begini?"

"Bukan menjenguk tapi, aku tiba-tiba dapat telepon dari pihak rumah sakit kalau Chanyeol masuk UGD karena overdosis."

"Kenapa mereka menelepon kamu?"

"Aku nggak tahu. Pihak rumah sakit bilang, nomorku ada di daftar pertama panggilan darurat."

"Kenapa nomer telepon kamu ada di daftar itu?"

"Aku nggak tahu, Jung Jaehyun."

"Chaeyoung." Jaehyun menahan tangan Chaeyoung yang kembali ingin menghindar. "Berhenti menghindar, oke. Berhenti buat aku merasa kalau aku adalah hama yang harus kamu hindari."

"Aku nggak menghindar."

"Kalau begitu tetap disini dan jawab semua pertanyaanku." Jaehyun menyudutkan Chaeyoung ke tembok dan memperangkapnya dengan kedua tangannya.

"Kamu dan Chanyeol sudah lama putus, kan?"

"Ya, lalu?"

"Tapi kenapa nomer telepon kamu masih ada di panggilan daruatnya? Kamu masih berhubungan dengan dia?"

Mata Chaeyoung menyipit. "Maksud kamu apa bertanya seperti itu?"

"Aku hanya bertanya. Kalau memang tidak benar, kamu bisa bilang tidak. Apa susahnya?"

"Kalau begitu boleh aku bertanya juga ke kamu?"

"Apa?"

"Bagaimana Jeju? Bagaimana makan malam dengan mantan pacar kamu? Siapa namanya, ya... kalau tidak salah Kim Jiho. Sudah selesai lepas kangennya?"

"Kamu tahu dari mana?"

"Aku hanya bertanya. Kalau memang nggak benar, kamubisa bilang tidak. Apa susahnya?" Chaeyoung membalikan kalimat Jaehyun sepertibumerang.

.

To Be Continued

A/N  : Makasih ucapan selamatnya di chapter sebelum ini, gaesss. Neomu happy hehe. Btw untuk kalian sesama penulis di wattpad, tetap semangat berkarya ya. spread love, positivity, peace, and stan Jaerose!

Chapter depan chapter terakhir flashback sebelum kemudian chapter menuju tamat.

Nggak kerasa perjalanan My Velentines sebentar lagi akan berakhir.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

5.3K 507 28
Karena memaafkan tak semudah meminta maaf. JANGAN READ DOANG!! AKU GA SUKA!!
39.4K 4.7K 24
[ON GOING] To understand something isn't her strongest point. However, the young genius professor that later becomes her supervisor demands her to do...
6.5K 923 40
Yakin persahabatan kalian nggak ngandelin perasaan? Cowok-cewek? Tanpa ada rasa suka? Yakin? Yang satu nganggep dia kayak dunianya sendiri. Satunya l...
10K 1K 32
Jatuh cinta diatas larangan itu-- Sedikit berbisa.