17 | kv

By ggukiology

21.3K 3K 204

𝐎𝐍 π†πŽπˆππ†. "Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja." Jeongguk dan Taehy... More

1 - Iron Man
2 - Lawan Bareng
3 - Janji
4 - Playboys
5 - Nebeng
6 - Gelut
7 - Pertolongan Pertama
8 - Baper
9 - Fuckboys
10 - Comfort
11 - Nyusahin
13 - Stuck With Me

12 - Ribut

349 60 3
By ggukiology

Berbeda dengan Taehyung yang sepertinya punya koneksi di mana-mana, Jeongguk mungkin bisa hitung temannya ada berapa. Kepribadian mereka bertolak belakang. Taehyung memang populer karena kemampuannya yang bisa dengan mudah membaur dengan orang baru (di samping citranya yang dikenal sebagai preman sekolah). Sementara Jeongguk, dia bahkan nggak tahu kenapa bisa dirinya dikenal banyak orang. Mungkin karena dia berteman dekat dengan Taehyung, atau mungkin karena dia punya banyak mantan. Diam-diam menghanyutkan, katanya.

Kalau kita kuak hubungan percintaan Jeongguk (yang seminggu sekali putus), sebenarnya nggak ada yang begitu menarik untuk diceritain. Kecuali cara putusnya, soalnya macam-macam. Tapi yang paling sering, pasti nggak jauh-jauh dari nama Taehyung.

Contoh pertama; "kamu sibuk terus sama temen kamu." Ini yang paling mainstream. Jeongguk cuma iyain aja biasanya, sama sekali nggak berusaha membantah karena ya emang betul. Taehyung dulu, baru kamu.

Contoh kedua, sepele;

"Sayang, bisa anterin aku ke salon besok?"

"Nggak bisa, besok aku temenin Taehyung mandiin anjingnya."

Ujung-ujungnya, si cewek kesel dan mereka putus. Katanya Jeongguk nggak peduli sama pacarnya, suka diabaiin terus. Jeongguk juga pasrah aja. Besoknya dia bantuin Taehyung mandiin Yeontan sampai basah sebadan-badan (dan masih ketawa-ketawa bareng kayak nggak habis diputusin kemarin sore).

Contoh ketiga, menurut pacar-pacar Jeongguk yang sekarang udah jadi mantan; pacaran sama Jeongguk kayak nggak punya pacar. Jeongguk baik, kok. Dia mau-mau aja diajak jalan dan seru diajak ngobrol—kalau lagi nggak ada Taehyung. Tapi, kalau sahabatnya itu udah nongol, siap-siap aja jadi pohon mangga. Alias dilewatin aja, bos. Kayak pajangan.

Contoh keempat, kita anggap aja contoh terakhir, ntar kebanyakan. Ini yang paling bikin kaget;

"Kamu, nih, jangan-jangan selingkuh ya dari aku?"

Ya gimana nggak kaget. Tiba-tiba ditodong selingkuh padahal Jeongguk juga nggak aneh-aneh. "Enggak, kok. Emang aku selingkuh sama siapa?"

"Sama Taehyung."

Buset. Yang ada situ selingkuhannya, Mbak.

Mbaknya bingung. Jeongguk lebih bingung. Mereka putus.

Gitu aja, sih, kurang-lebih. Sementara Taehyung? Anak itu juga sadar kalau dia jadi 99% alasan Jeongguk putus hubungan. Justru, dia sendiri yang sering toyor kepala Jeongguk biar akalnya bisa waras. Biasanya dia ceramahin, "lo, tuh, punya pacar jangan dicuekin mulu, lah, Gguk. Mantan lo, anjir, nuduh gue jadi pelakor."

Jeongguk terkekeh, dengan tampang watados yang ingin Taehyung tendang. "Lagian lo tuduhan ngaco begitu didengerin."

"Gue merasa jadi antagonis, tahu, nyet."

"Memang."

"Memang apa?"

"Memang lo antagonis." Memang lo alasannya.

Kemudian hari itu, kepala Jeongguk jadi korban lagi oleh toyoran sadis Taehyung.

▬▬▬

Sekarang, untuk beberapa alasan, Jeongguk lagi nggak mood. Mukanya asem sejak berangkat sekolah dan super lempeng kayak patung bisa jalan.

Alasan pertama; dia telat bangun. Telat 15 menit, lebih tepatnya. Gara-gara tadi malem begadang untuk menggarap tugas-tugasnya yang menumpuk nggak tahu diri. (Kalau Taehyung tahu, mungkin dia diomelin.)

Alasan kedua; dia nggak sarapan, padahal laper. Karena faktor udah telat dan mejikom Mama yang tiba-tiba rusak. Apalagi mereka kehabisan roti, alhasil Jeongguk bener-bener nggak makan apa-apa selain minum air putih.

Alasan terakhir tapi nggak terakhir banget; dia telat. Taehyung juga udah berangkat duluan, yang kata Mama, dijemput sama pacarnya (Jeongguk tambah kesel). Alhasil, dia berakhir ditahan di ruang BK buat nyatet poin pelanggaran. Dan sialnya lagi, jam pertama itu Fisika—masalahnya, gurunya bikin tekanan mental. Ngaco banget, masa abis dari ruang BK, dia masih dihukum sama Pak Joni?

Makanya sekarang muka Jeongguk kayak orang mau ngajak berantem.

Lagi diem bengong, tiba-tiba Yoongi dateng, nyenggol lengannya. "Nyet, temen lo berantem, tuh, di lapangan."

Dahi Jeongguk berkerut, dia tatap Yoongi minta kejelasan.

"Itu, Taehyung. Gelut dia sama anak IPA 5. Si Seonghyun yang badannya gede itu."

Melotot dia.

Nyari mati apa itu anak?

Muka Jeongguk masih kayak orang ngajak berantem, justru lebih serem lagi. Eh, malah Taehyung yang berantem betulan. Apa nggak makin pusing kepalanya?

Yoongi sampai curiga. Ngeri Jeongguk malah join dan ikutan baku hantam saking mukanya sama sekali nggak bersahabat. "Lo mau gelut juga?"

Jeongguk udah berdiri dari bangkunya, mau jalan keluar kelas. "Kenapa?"

"Kalo iya gue ikut, deh."

"Ikut gelut?"

"Ikut nonton."

Kalau begini mungkin Jeongguk yang baku hantam sama Yoongi.

Dikarenakan suasana hatinya lagi nggak karu-karuan, dia cuma melengos dan lanjut jalan abis ngatain Yoongi (yang diprotes dengan pembelaan Yoongi lebih tua dari Jeongguk meskipun mereka di kelas yang sama). Jeongguk peduli amat.

Tetap lanjut jalan ke lapangan yang ternyata beneran rame. Sampai dia harus desak-desakan cuma buat sampai ke kerumunan paling depan. Dan nyatanya Yoongi benar. Taehyung lagi gebuk-gebukan sama Seonghyun, yang mungkin bisa ngeremuk Taehyung jadi kerupuk karena badannya lebih besar dan tentunya lebih kuat. Jeongguk merinding.

Tapi namanya juga Kim Taehyung. Kalau nggak nyari ribut, mungkin tangannya kesemutan. Biasanya Jeongguk cuma ikut nonton dengan sabar sampai mereka capek sendiri, atau salah satunya kapok. Hanya saja, kalau lawannya yang begini, bisa-bisa Taehyung beneran abis digeprek.

Belum lagi, Jeongguk lihat Park Seojoon yang juga ada di sisi lain bagian depan, lagi menuju medan tempur dan berusaha melerai. Jeongguk tambah campur aduk. Jadi, dia ikutan jalan ke tengah lapangan buat nyamperin Taehyung yang kelihatannya lagi emosi maksimal.

Jeongguk sempat kaget saat anak itu dengan sekali bogem final berhasil bikin Seonghyun tumbang. Badannya jatuh dan wajahnya total babak belur. Ngos-ngosan ketika Taehyung justru mendekat, mau nginjek badan Seonghyun sekali lagi, masih dengan muka beringas dan tampilan barbarnya yang bikin orang-orang menciut.

"Gue ingetin, ya. Sekali lagi lo ngomong itu di depan muka gue, gue rontokin gigi lo."

Kaki Taehyung udah keangkat buat eksekusi Seonghyun, tapi tiba-tiba badannya ketarik ke belakang dan kerahnya kecekik. Betul saja, pas noleh dia lihat Jeongguk lagi nyeret dia kayak lagi nyomot kucing garong. Emosi Taehyung masih membara, dia berontak dan berusaha lepas, tapi Jeongguk kekeuh tarik dia menjauh dan bawa ke UKS tanpa ngomong apa pun. Total ngabaiin orang-orang yang bingung ngelihat mereka serta Seojoon yang mematung.

Anak bandel kayak Taehyung mana mempan kalau cuma dilerai? Jeongguk tahu betul.

"Jeongguk, anjing, lepasin!" Taehyung masih berontak, Jeongguk sampai kewalahan.

"Gguk! Ngapain, sih, lo?! Gue belum selesai, bangsat—"

Mereka sampai di UKS, Jeongguk dudukin Taehyung di salah satu ranjang sementara dia sibuk cari kotak P3K. Wajah Taehyung benar-benar kacau, Jeongguk sendiri nggak tahan lihatnya. Selain bisa infeksi, pasti tambah sakit kalau nggak segera diobatin.

"Lo kenapa, sih?! Biasanya lo biarin gue selesai dulu, anjing?!" Taehyung, tentu saja masih marah. Dia nggak terima. Meskipun dipisahin sama guru sekalipun, kalau Taehyung belum puas, dia akan tetap cari jalan keluar untuk tuntasin tinjunya. Tapi ini Jeongguk. Sekalipun dia kesal setengah mati, sulit untuk melawan.

Tapi Jeongguk cuma diam dari tadi. Nggak jawab apa-apa selagi dengan telaten merawat luka-luka Taehyung yang menghiasi permukaan wajahnya. Taehyung berdesis, memprotes, "pelan-pelan," ketika kapas alkohol menyentuh memar di sudut bibirnya. Namun, Jeongguk tetap tak merespon apa pun. Raut wajahnya pun datar dan tegas, hingga Taehyung merasa mungkin ada yang salah.

"Jeongguk... lo marah?" Suaranya memelan, rautnya melunak kala Jeongguk tetap melanjutkan kegiatannya tanpa sekali pun menjawab ucapannya. Nyatanya, hal itu membuat sesuatu di balik dada Taehyung merasa takut.

"Jeongguk... kok nggak jawab...."

Masih diam. Tatapan fokus dan wajah tanpa ekspresi. Namun untuk beberapa alasan, auranya terasa mencekik perlahan-lahan. Jeongguk selesai dengan luka-luka di wajahnya, kini beralih meraih tangan Taehyung dan menatapnya teliti. Memindai permukaan kulitnya untuk menemukan luka lain yang harus dia obati.

Taehyung menelan ludah. Memperhatikan Jeongguk yang telaten menambat ruas-ruas jarinya, menempelkan plester pada bagian yang tergores, menyentuhnya hati-hati dengan tangannya sendiri yang terasa hangat.

Dan mungkin, jantung Taehyung berdegup sedikit terlalu cepat dari seharusnya. Dia menggeleng, menampik hal itu. Masih kepikiran dengan sikap Jeongguk yang seperti ini.

"Gguk, lo nggak marah, kan?" Dan tentu saja Taehyung nggak semudah itu untuk menyerah.

Masih nggak ada jawaban.

"Tapi, kan, gue menang tadi. Biasanya kalau gue menang lo nggak marah-marah amat."

Masih diam. Taehyung mulai merasa kesal, dan cemas.

"Jeongguk, jangan diem aja...." Taehyung mulai putus asa. Dia menggigit bibirnya ketika Jeongguk akhirnya selesai mengobatinya dan membereskan kotak P3K untuk dikembalikan ke tempatnya—masih tak menjawab apa pun pada ucapan Taehyung.

"Anjing, ngomong, kek—"

"Lo diem dulu, bisa?"

Taehyung tersentak. Dia total diam dan merasakan napasnya tercekat pada kerongkongan.

"Sehari aja, Tae. Jangan bikin masalah. Diem. Jangan bikin gue kepikiran. Bisa?"

Kini Taehyung yang membisu. Tangannya bergerak meremas sprei di bawahnya.

"Gue tanya, lo yang kenapa? Ngapain cari masalah siang bolong sama Seonghyun? Mau mati lo? Lo nggak lihat situasinya?"

Jeongguk menatapnya dengan sorot yang tak Taehyung suka. Karena bukan ini Jeongguk yang membuatnya tertawa karena ejekan bodoh usai perkelahiannya. Bukan ini Jeongguk yang membuatnya merasa tenang. Bukan ini Jeongguk yang mengomelinya dengan separuh bercanda. Karena kali ini, Jeongguk tampak seratus persen serius.

Jeongguk berdecak. Menghela napas lelah. "Terserah lo, deh, Tae. Gue balik kelas."

Dan kemudian, pintu ditutup. Taehyung ditinggal sendiri di atas ranjang UKS, pandangan tak fokus dan kebingungan. Dia merasa sesuatu dihantam dari balik rusuknya dan Taehyung kehilangan bahasanya.

Hari itu, Jeongguk marah.

Hari itu, Taehyung lebih kacau dari luka lebamnya.

▬▬▬

Pasca kejadian baku hantam dan peristiwa di UKS, Taehyung disidang oleh guru-guru BK. Entah untuk yang ke berapa kalinya semester ini, ia tidak peduli. Satu-satunya yang mengganjal di sudut kepalanya sedari tadi hanyalah pembawaan Jeongguk yang nyatanya mengganggunya. Tidak biasanya anak itu bersikap cuek, apalagi terbawa emosi.

Apa Jeongguk benar-benar marah padanya? Kalau iya, kenapa? Karena dia berantem sama Seonghyun? Kan biasanya bukan masalah. Lagipula ini bukan pertama kali Jeongguk menyaksikan Taehyung bikin ribut.

Kepala Taehyung tak bisa diam dan terus menuai pertanyaan demi pertanyaan hingga dia merasa pusing. Satu suara dalam sisi gelapnya menerka-nerka, menimbulkan kesimpulan paling buruk yang Taehyung tampik berkali-kali. Karena bukan mustahil bahwa waktu ini akhirnya tiba—waktu di mana ketakutannya akhirnya datang.

Waktu di mana Jeongguk, akhirnya lelah oleh dirinya.

"Kim Taehyung, kamu dengar atau tidak?!"

Lamunan Taehyung buyar, dia mendongak dan menatap guru BK-nya yang telah mengomelinya dengan raut pasrah. Sudah terlalu terbiasa oleh kehadiran Taehyung di ruangannya.

Taehyung berkedip beberapa kali, menggaruk tengkuknya yang sebenarnya nggak gatal. "Denger, kok, Bu...."

Joohyun, sang guru, menghela napas. Tahu betul tabiat murid kesayangannya. Ia tetap menulis poin untuk Taehyung dan menambahkan detensinya. "Bersihin toilet sana, lantai dua. Ini udah saya kurangin hukuman kamu biar nggak perlu sapu halaman."

Alis Taehyung naik sebelah. Tumben. Meskipun dia benci bersih-bersih toilet yang bikin mual, tapi dengerin Bu Joohyun yang bilang hukumannya dikurangi justru bikin dia penasaran. "Tumben, Bu. Kenapa dikurangi? Kasihan, ya, sama saya?"

"Loh, ngapain. Nanti tetap sapu lapangan, kapan-kapan kalau kamu bikin onar lagi. Paling juga nggak lama."

Taehyung memasang raut melas, cemberut yang dilebih-lebihkan dan Joohyun ngusir dia supaya cepat-cepat selesaikan hukumannya dan kembali ke kelas. Akhirnya Taehyung keluar dengan malas-malasan setelah pamit, Joohyun geleng-geleng di mejanya. Memang susah ngurusin anak muda.

Dengan semangat ogah-ogahan, Taehyung benar-benar bersihin toilet lantai dua sendirian. Sebenarnya kalau boleh jujur, mending nyapu halaman daripada gosokin kamar mandi. Tapi mau gimana lagi, hukuman tetap hukuman. Biasanya, Jeongguk akan datang buat bantuin dia dikit-dikit atau sekedar bawain minum. Bahkan kadang sama sekali nggak membantu karena pemuda Jeon itu cuma nungguin sambil duduk di luar, main hape. Tapi biasanya Jeongguk selalu datang.

Taehyung makin kesal. Kali ini dia pengen tonjok muka Jeongguk tapi Jeongguk-nya nggak di sini. Jadi dia tetap lanjutin kegiatannya sampai selesai sambil menggerutu. Beberapa kali ngeyakinin diri sendiri; "siapa juga yang butuh anak setan kayak dia. Musnah aja sana."

Saking kesalnya, ia bahkan memelototi orang-orang yang masuk ke kamar mandi sambil menantang, "ngapain masuk sini? Mau gue tampar pake sikat WC?" Yang otomatis membuat siswa-siswa yang hendak ke toilet itu segera balik kanan. Udah hafal, kalau Taehyung lagi dihukum, jangan berani-berani ganggu. Yang ada didamprat pakai pel.

Sial.

Tangannya bergerak mengelap wastafel dengan tenaga tinggi, bisa-bisa jebol wastafel sekolah dan kemudian dia harus ganti karena udah ngerusak properti sekolah cuma karena pikiran dan perasaannya campur aduk. Kepalanya pusing, dadanya terasa diremas dan badannya sakit.

Jeongguk marah, dan dia pantes dapet itu. Taehyung selalu bikin masalah, selalu repotin Jeongguk, selalu bikin dia capek sama kelakuannya. Taehyung bahkan nggak tahu kenapa dia semarah itu sama apa yang Seonghyun bilang—dia nggak tahu kenapa dia sepayah itu kontrol emosi dan tinju. Dia nggak tahu kenapa dia nggak bisa lakuin hal dengan benar dan jadi murid normal sebentar aja. Dia nggak tahu apa yang salah dari dirinya sendiri tapi dia pikir, semuanya.

Taehyung bahkan nggak sadar sejak kapan tangannya gemetar dan air mata jatuh di atas keramik wastafel. Dia nggak tahu kenapa dia seemosional ini cuma karena Jeongguk nggak mau bicara dan akhirnya dia ditinggal.

Tapi Taehyung tahu dia pantas dapat ini.

▬▬

hi!! :D it's been awhile, ya? gatau ada yang masih inget sama work ini atau engga but i guess i just wanna continue working on this mumpung lagi dapet mood hehe.

enjoy!! <3

Continue Reading

You'll Also Like

266K 21.1K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
29.2K 3.2K 14
Β«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nyaΒ» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru πŸ”ž
46.6K 5.8K 27
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
33.3K 3.6K 15
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG