Devil Psycho

By bloodkills

44.6K 2.3K 170

Ken Ethan Smith. Lelaki culun, pendiam, cupu dan penakut. Sering dibully oleh temannya kini berubah menjadi p... More

Prolog
Bagian 1 : Who Are You?
Bagian 2 : Rindu.
Bagian 3 : Saling Mengenal.
Bagian 4 : Bertahan.
Bagian 5 : Jadi Gimana?
Bagian 6 : Deal.
Bagian 7 : Thea Alexandra.
Bagian 8 : Aksi Ken.
Bagian 9 : Melepas Rindu.
Bagian 10 : Rencana.
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14 : Kehilangan.
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17 : Berubah.
Bagian 18 : Salah Masuk Perangkap.
Bagian 19 : Permainan Thea.
Bagian 20 : Beatiful Moment.
Bagian 21 : Dikeluarkan?
Bagian 22 : Keputusan.
Bagian 24 : Sebenarnya Ada Apa?
Bagian 25 : Im Jealous?

Bagian 23 : Masalah Baru.

944 55 2
By bloodkills

Hai! Maaf banget baru up lagi:(

Sempet beberapa bulan ada masalah, alhamdulillah udh ga ada kendala jadi bisa up lagi..

Okee semoga masih ga bosen sama cerita DP ya! Enjoy reading ❤

***

"Bekas luka memiliki kekuatan aneh untuk mengingatkan kita bahwa masa lalu kita nyata."

***

Disini lah mereka berdua berada. Sepasang Ibu dan anak laki-laki nya sedang menunggu keberadaan papanya yang tergeletak lemas di bangsal UGD. Mereka masih menunggu dokter yang menangani keluar dari pintu ruangan.

"Ini semua gara-gara kamu Andrew! Gara-gara kamu buat keributan di rumah, papa kamu jadi kayak gini sekarang!" timpal Kintan ke Andrew setelah hening beberapa saat.

"Loh? Jadi sekarang mama nyalahin aku juga? Mah, Andrew ga ada niatan buat papa jadi kayak gini. Papa nya aja yang gamau dengerin penjelasan Andrew tadi," timpal Andrew balik.

"Ya kalo aja kamu ga buat kesalahan kaya gini, papa kamu ga akan segininya sama kamu Andrew! Dan kamu lupa kalo papa kamu itu ada masalah di jantung nya? Dan bisa-bisa nya kamu buat masalah yang malah fatal kaya gini!"

"MAH, ANDREW ITU DI JEBAK! INI SEMUA BUKAN SALAH ANDREW. KENAPA MAMA JADI MALAH MARAH-MARAH KE AKU SIH?!" amarah Andrew mulai memuncak dan membentak Kintan.

plak plak plak

Kintan menampar pipi Andrew, pertama kalinya anaknya sendiri berani membentak nya. Itu yang membuat Kintan marah dan akhirnya menampar Andrew.

"BERANI KAMU NGEBENTAK MAMA HAH?! MAMA GA PERNAH NGAJARIN KAMU JADI KURANG AJAR KAYAK GINI SAMA ORANG TUA!"

"TERSERAH! TERSERAH MAMA MAU BILANG APA SEKARANG! ANDREW GA PEDULI! MAMA SAMA PAPA SAMA AJA! BISA NYA CUMAN MARAHIN DOANG!"

"OH JADI GINI KELAKUAN KAMU SEKARANG HAH?! OK TERSERAH KAMU JUGA KALO GITU! TAPI KALO SAMPE TERJADI APA-APA SAMA PAPA KAMU MAMA JUGA GA AKAN SEGAN-SEGAN SAMA KAMU!"

Belum sempat Andrew menimpal balik, dokter yang menangani Bara langsung keluar dari pintu ruang UGD. Buru-buru Kintan langsung melangkah lebih dekat ke dokter tersebut disusul Andrew di belakang nya.

"Dokter gimana keadaan suami saya?" ucap Kintan langsung ke intinya. Dokter yang menangani Bara dan keluarga nya juga sudah saling mengenal, karena pernah menangani Andrew juga saat itu.

"Baik, keadaan Pak Bara saat ini masih dalam pengawasan kita. Jantung nya masih sangat lemah, Bu. Jadi mohon maaf kita masih perlu pengawasan lagi untuk Pak Bara. Dan Pak Bara harus segera di pindahkan ke rawat inap untuk beberapa bulan ke depan menunggu perkembangan jantung nya," jelas sang dokter.

"Lakukan apapun untuk suami saya dok, asal dia bisa pulih kembali. Tapi suami saya tidak ada masalah yang serius kan dok?"

"Pak Bara kritis Bu, karena jantung nya sangat melemah, dan ini bisa terjadi karena mungkin suami Ibu shock mendengar kabar yang buruk. Sebaiknya Pak Bara jangan dibuat shock terus menerus ya Bu, karena itu sangat berpengaruh bagi jantung nya Pak Bara. Saya permisi dulu untuk ke dalam lagi. Sekarang Ibu bisa ke ruang administrasi terlebih dahulu supaya bisa segera di proses. Dan mohon maaf sekali Bu untuk saat ini Pak Bara belum bisa dijenguk," ucap dokter tersebut sopan.

Deg.

Kintan yang mendengar penuturan dari sang dokter hanya bisa terdiam lemas. Andrew yang sedaritadi di samping Kintan pun sama. Ia pun takut terjadi apa-apa dengan Papanya. Belum lagi Mamanya yang mengancam tidak akan segan-segan berbuat apapun ke dirinya. Andrew saja bahkan tidak berani menatap Mamanya di samping nya, ia hanya bisa menunduk.

***

Thea menatap sendu nisan putih milik kedua orang tua nya. Tertulis nama Alex dan Tina di nisan masing-masing. Keheningan menyelimuti mereka berdua, tidak ada yang membuka pembicaraan duluan.

"Mah, Pah, maafin Thea ya baru bisa kesini setelah bertahun-tahun lamanya. Thea bukannya lupa sama mama papa, cuman setiap kali Thea ingat sama mama papa memori luka itu datang lagi dipikiran Thea.."

"Thea bukannya egois, cuman nyembuhin luka lama itu ga gampang Mah, Pah. Sampai akhirnya aku ketemu sama satu cowok yang ngebuat hati aku yakin buat ketemu sama mama papa. Dia orang nya Mah, Pah. Ken namanya," tutur Thea tersenyum.

"Assalamualaikum Tante, Om. Saya Ken, teman nya Thea. Makasih ya Tante, Om, udah ngelahirin satu sosok kaya Thea, dia berarti banget buat Ken, Tan, Om."

Jangan ditanya keadaan jantung Thea saat itu, sudah tak sanggup. Niatnya hanya mengenalkan Ken ke orang tua nya, tapi malah di buat salting parah! Ken-Ken.

"Hmm, apa sih Ken kenapa malah jadi gini!" ucap Thea menutupi rasa salting nya.

"Lah gue serius The, emang yang gue omongin tadi salah?"

"Ya ngga sih Ken! Tapi kan.. Ah terserah lo deh!" Thea kehabisan kata-kata.

"Hahaha, lo kenapa sih? Oh atau jangan-jangan lo salting ya sama perkataan gua tadi? Udah ngaku aja."

"Dih! Kenapa malah jadi kepedean banget lo! Udah ah, inget tempat woi ini lagi dimana!"

"Iya-iya. Galak banget sih," cecer Ken.

"Nama kedua orang tua lo bagus ya The, pantes nama lo agak mirip-mirip sama mereka," terka Ken lagi.

"Iya Ken pas gue kecil juga banyak yang bilang gitu, emang mama gue juga bilang, asal usul nama gue itu dari mereka semua."

"Tapi semua nya berubah ketika gue masuk smp, dari situ lah memori luka itu muncul yang ngebuat gue susah buat ngelupain itu semua," ucap Thea sendu.

"The, gue tau itu berat. Tapi satu hal yang mesti lo tau, sekarang lo ada gue. Jangan nampung kesedihan lo sendirian ya," ucap Ken menenangkan sambil memegang pundak nya. Awalnya Ken ragu untuk mengelus pundaknya, tapi ia mengerti Thea butuh tempat bersandar sekarang.

"Dan kalo lo belum siap buat ceritain itu semua, gue gapapa. Gue ga maksa lo supaya gue tau. Yang terpenting, kita hadepin ini bareng-bareng ya. Kita sama-sama menguatkan," ucap Ken.

"Makasih banyak ya Ken, gue bener-bener lega banget di samping lo. Senyaman ini gue di dekat lo sampai gue mau lo jangan kemana-mana." Thea tersenyum.

"Begitupun gue The, tetep disini ya."

"Gue bener-bener gatau perasaan gue gimana The, hati gue masih bimbang banget. Karena gue juga ga pernah ngerasain kaya gini sebelum nya. Jadi maaf ya The, tapi disatu sisi gue nyaman banget deket lo, lo selalu ngebuat jantung gue berdebar tiap kali dekat lo," batin Ken.

"Ken?" panggil Thea, dan Ken terkejut sedikit.

"Hah? Ya kenapa The, hmm?"

"Hmm.. gue boleh peluk lo? Sebentar aja," pinta Thea.

Tanpa berkata panjang-panjang lagi, Ken langsung menghamburkan pelukannya untuk Thea. Lumayan lama mereka berdua saling menenangkan di pelukan masing-masing menghasilkan rasa nyaman dan lega.

"The, perasaan gue ga enak. Gue takut terjadi apa-apa sama Papa, temenin gue ke Andrew ya The," ujar Ken tiba-tiba melepas pelukannya. Thea yang mendengar itu mengangguk setuju.

"Iya ken, kita langsung cari tahu kabar mereka sekarang ya."

Langsung saja, mereka berpamitan terlebih dahulu ke makam orang tua Thea.

"Mah, Pah. Thea pamit pulang ya, maaf dan makasih untuk semuanya. Thea janji bakal kesini lagi. Assalamualaikum, mama sama papa baik-baik ya disana." Thea mencium kedua nisan orang tua nya.

"Assalamualaikum Om, Tante. Ken sama Thea izin pamit pulang ya," pamit Ken sopan.

***

Andrew memilih untuk pergi ke rooftop rumah sakit menenangkan dirinya. Semenjak mendengar kabar bahwa papanya kritis, ia dan Kintan seperti seorang Ibu dan anak yang tidak saling mengenal. Rasanya canggung di dekat mamanya. Andrew ingin menegur juga tidak berani, sebab Kintan terlihat perasaannya sedang kacau. Bisa-bisa yang ada dirinya malah terkena perkataan tidak mengenakan dari Kintan nanti.

"ARGH!! BRENGSEK, KENAPA HIDUP GUE PENUH DENGAN MASALAH SIH?!"

Entahlah, Andrew sangat stres hari itu. Dia sudah dijebak oleh seseorang, sekarang timbul masalah baru yang dimana itu menyangkut papanya.

"LIAT AJA, KALO GUE UDAH TAU SIAPA YANG BIKIN GUE JADI KAYA GINI, GUE BAKAL BALAS DENDAM! GA AKAN GUE KASIH AMPUN TUH ORANG!"

Andrew juga sangat menyesal karena tadi ia sudah bersikap kasar kepada papanya, dan membuat papanya kritis seperti sekarang. Dan ia juga sangat menyesal karena sudah membentak mamanya.

"Seharusnya tadi gue ga bersikap kaya gitu ke mama. Ah, tapi yaudah lah. Mama nya juga ikut-ikutan nyalahin gue mulu, ya wajar lah kalo gue ngelawan," ucap Andrew dengan pikiran bodohnya.

***

Ken memutuskan untuk langsung tancap gas ke rumah papanya, memastikan jika keadaan papanya baik-baik saja. Ken berharap perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya hanya lah perasaan biasa, tapi begitu melihat depan rumah papanya semuanya terlihat sepi. Hal itu yang membuat Ken bertanya-tanya di hatinya.

"Assalamualaikum, Pah, Mah," salam Ken sambil mengetuk pintu. Ken masih berusaha berpikir positif.

Sudah beberapa kali Ken terus mengetuk pintu itu berulang-ulang kali. Tapi, tetap saja tidak ada yang membukakan pintu itu. Satpam yang biasanya berjaga di rumah papa nya juga tidak ada hari ini. Perasaan Ken semakin tidak enak.

"The, ini kok ga ada yang bukain pintu nya ya? Pak Tono yang biasanya jaga gerbang juga ga keliatan," tanya Ken bingung karena tidak ada seorang pun yang muncul.

"Mungkin lagi pada di luar kali, Ken."

"Perasaan gue tambah ga enak, The. Apa gue coba telpon papa aja kali ya?"

"Boleh, Ken. Coba aja, siapa tau diangkat." Ken mengangguk, lalu mencoba menelpon Papanya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi beberapa saat lagi." Ken hanya bisa menghela nafas saat yang di dengar sambungan telfon nya hanya suara operator.

"Gimana, Ken?" tanya Thea.

"Ga aktif, The."

"Coba telpon sekali lagi, Ken."

Ken tidak putus asa, dia terus menelpon papanya, tetap saja yang terdengar adalah suara operator.

"Tetep ga aktif, The. Gimana ini? Perasaan gue makin ga enak." Ken sangat panik.

"Sabar, Ken, jangan panik. Gimana kalo lo coba telpon mama lo atau Andrew?"

Ken mencoba menelpon mamanya, tersambung, tapi tidak diangkat oleh Mamanya. Lalu ia memutuskan untuk menelpon Andrew. Dan, Ken bersyukur karena abangnya mau mengangkat telepon dari nya.

***

Andrew terkejut saat saku celana nya bergetar dari benda pipih tersebut. Ia langsung merogoh saku celana nya untuk melihat telfon siapa yang masuk. Ternyata dilihatnya, adiknya sendiri yang menelfon.

Awalnya ia malas untuk menjawab telfon tersebut, tapi ia memilih mengangkat telfon nya dengan amarah yang masih terselubung di lubuk hatinya.

"Alhamdulillah, bang. Akhirnya telepon gue ada yang angkat," ucap Ken saat sambungan telfon langsung tersambung.

"Ada apaan lo nelfon-nelfon gue, ganggu tau ga?!" ketus Andrew.

"Gue cuma khawatir sama papa. Lo lagi sama papa kan? Papa gimana keadaannya, baik-baik aja kan?"

"BANYAK BACOT LO! PASTI LO KAN YANG UDAH NGEJEBAK GUE, SAMPE GUE KAYA GINI? SENENG LO SEKARANG NGELIAT GUE UDAH JATOH, HAH?!"

Bukannya menjawab pertanyaan Ken, justru Andrew malah memaki-maki adiknya. Entah pikiran jahat darimana, ia langsung menuduh Ken.

Thea yang mendengar samar-samar suara Andrew sedang memaki-maki Ken di seberang telfon, langsung merampas telfon Ken. Ia tidak terima Ken di tuduh yang tidak-tidak.

"EH, LO KENAPA JADI NYALAHIN KEN SIH? ITU SEMUA KAN EMANG DASAR NYA SALAH LO, KENAPA JADI NYALAHIN ORANG LAIN? KEN NELPON LO NIATNYA BAIK YA, BUAT NANYAIN KABAR BOKAP NYA!"

"OH JADI SEKARANG KEN LAGI SAMA LO? DILIAT-LIAT MAKIN NEMPEL AJA LO SAMA KEN. DI PELET APAAN LO SAMA DIA SAMPE-SAMPE LO MAU TERUS-TERUSAN DI DEKET KEN?! LO CEWE MURAHAN MENDING DIEM DEH. GA USAH IKUT CAMPUR MASALAH KELUARGA GUE!"

Telinga Thea sangat panas karena dirinya dicap sebagai cewe murahan. Saat Thea ingin membalas perkataan Andrew, Ken lebih dulu langsung merampas balik telfon nya. Dirinya sudah sangat pusing mendengar celotehan yang tidak ada ujung nya jika belum dilerai.

"STOP! Kenapa kalian jadi berantem sih? Gue tuh cuma mau tau kabar bokap gue. Lo juga Andrew, apa susah nya kasih tau ke gue keadaan papa?"

"Papa masuk rumah sakit, tadi jantung nya kumat dan sekarang lagi kritis. PUAS LO SEKARANG?!"

Deg.

Bagai disambar petir, Ken sangat lemas ketika mendengar kabar bahwa papanya sedang kritis di rumah sakit.

"EH, LO BISA BIASA AJA GA SIH NGOMONG NYA?! SANTAI DONG, KAN KEN AWAL-AWALNYA JUGA NANYA BAIK-BAIK KE LO, KENAPA LO NYA NYOLOT?!" ucap Thea lagi disamping telinga Ken, agar suara nya bisa terdengar di Andrew.

Jujur, ia masih sangat kesal dengan kakaknya Ken itu, kalau bukan karena Ken yang melarang ia untuk tetap diam, sudah dipastikan Thea dengan Andrew sudah adu mulut sejak tadi.

"Sekarang kasih tau gue di mana rumah sakitnya, sama nomor kamarnya."

"Rumah Sakit Cahaya Kasih. Tempat gue dulu juga dirawat."

Setelah tau di mana papanya dirawat, Ken langsung mematikan sambungan telfon itu, lalu ia secepatnya menuju ke rumah sakit yang dimaksud Andrew.

"Lo mau ikut ga The ke Rumah Sakit?"

"Gimana ya. Jujur, gue masih kesel sih ke Andrew. Tapi yaudah lah, gue bakal tetep nemenin lo," ucap Thea.

Ken tersenyum. "Makasih ya The, tapi inget, jangan sampe emosi lo naik, gue gamau nanti malah jadi berantem."

"Gimana emosi gue ga naik, liat muka abang lo aja udah bikin gue emosi! Tapi yaudah lah, demi lo gue bakal tahan."

"Yaudah, kita langsung berangkat sekarang ya." Thea mengangguk.

***

Tetep klik bintang nya di pojok kiri ya!

Terimakasih buat yang tetep mau stay di cerita ini dari awal sampe skrng, lopyu bgtt ❤❤

Terimakasih juga buat yg udh selalu vote! Sehat2 trs ya stay safe ❤

See u on the next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

129K 4.6K 73
After his first year at the Advanced Nurturing High School, Fukazawa Yato is about to start his second year as a student. With a better understanding...
249K 17K 29
𝐓𝐇𝐄𝐘\'𝐑𝐄 𝐀 𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀.🧠💸🛢️. عالم مُغطىٰ بالذهب الأسود وَ السوَآد . حياة اعيشُها حالكةُ الظُلمِ وَ الظلام . أرواحٌ مــأسـورةٌ في سـرآيا ا...
5.8K 1K 13
هەموو شت بە باشی دەڕۆیشت هەمووان دڵخۆش بوون بەڵام دووبارە ناخۆشی هات و پێویست بوو بە تاقیکردنەوەی ژیان تێپەڕن
9.5K 1.3K 80
Book 1 in my thriller quadrilogy. .......... Vaidehi is a young woman with her own set of dreams and disappointments. She faces a heartbreak w...