š“š‡š„ š”šš–š€šš“š„šƒ š„š‚ļæ½...

By plethcra

83.5K 8.6K 6.4K

ā š‘–š‘” š‘–š‘  š‘š‘œš‘”ā„Ž š‘Ž š‘š‘™š‘’š‘ š‘ š‘–š‘›š‘” š‘Žš‘›š‘‘ š‘š‘¢š‘Ÿš‘ š‘’ š‘”š‘œ š‘“š‘’š‘’š‘™ š‘’š‘£š‘’š‘Ÿš‘¦š‘”ā„Žš‘–š‘›š‘” š‘ š‘œ š‘£š‘’š‘Ÿš‘¦ š‘‘ļæ½... More

š“£š“±š“® š“‘š“®š“°š“²š“·š“·š“²š“·š“°
š“£š“±š“® š“š“²š“°š“±š“½š“¶š“Ŗš“»š“®
š“£š“±š“® š“£š“®š“¼š“½š“Ŗš“¶š“®š“·š“½š“Ŗš“»š”‚
š“£š“±š“® š“›š“²š“«š“»š“Ŗš“»š”‚
š“£š“±š“® š““š“Ŗš“»š““ š“œš“Ŗš“»š““
š“£š“±š“® š“œš“²š“¼š“¼š“²š“øš“·
š“£š“±š“® š“’š“±š“»š“²š“¼š“¶š“Ŗš“¼š“½ š“Ÿš“Ŗš“»š“½š”‚
š“£š“±š“® š“„š“²š“Ŗš“µ
š“£š“±š“® š“š“¼š“½š“»š“øš“·š“øš“¶š”‚ š“£š“øš”€š“®š“»
š“£š“±š“® š“š“¼š“¼š“Ŗš“¼š“²š“·š“Ŗš“½š“²š“øš“·
š“£š“±š“® š“’š“øš“·š“Æš“¾š“¼š“²š“øš“·
š“£š“±š“® š“”š“·š“­ š“øš“Æ š“£š“±š“® š“‘š“®š“°š“²š“·š“·š“²š“·š“° [š˜±š˜¢š˜³š˜µ.1&2]
š“£š“±š“® š“”š“®š“暝“®š“»š“¼š“®
š“£š“±š“®(š“²š“») š“”š“·š“­(š“²š“·š“°)

š“£š“±š“® š“Ÿš“®š“·š“¼š“²š“暝“®

4.5K 605 393
By plethcra

*ೃ༄ 𝓣𝓱𝓮 𝓤𝓷𝔀𝓪𝓷𝓽𝓮𝓭 𝓔𝓬𝓵𝓲𝓹𝓼𝓮 .ೃ࿐

𝐄𝐩𝐬. 𝟎𝟑






















"AKU TERKEJUT KEMENTRIAN tetap mengizinkanmu bebas berkeliaran."

"Nikmati saja selagi bisa. Kurasa sudah tersedia penjara dengan nama mu di Azkaban."

Harry, [name], Ron, dan Hermione menoleh. Tertebak, Draco Malfoy.

Tersulut emosi, Harry melangkah maju hendak menghajar Draco. Namun gagal, Ron menahannya.

"Apa yang kubilang? Benar benar gila." hina Draco berlalu pergi.

"Menjauh dariku!" bentak Harry emosi.

Ron menenangkan. "Itu hanya Malfoy. Apa yang kau harapkan- [name]!"

Merasa perlu bicara, [name] berlari mengejar Draco. "Dra- Malfoy, tunggu!"

Dengan itu, Draco dan kedua antek anteknya menoleh.

"Ada apa gerangan, gadis api?" Vincent Crabbe memaki.

[name] kembali menatap Draco serius setelah melirik Crabbe sekilas. "Kita perlu bicara."

"Ada hubungan apa kau dengan si gadis api ini, Draco?" kekeh Goyle menghina.

Lagi-lagi [name] mengabaikannya, kali ini urusannya dengan Draco lebih penting. "Malfoy, aku serius-"

"Pergi." ujar Draco dingin.

[name] menggeleng kuat. "Tidak sebelum kita bicara."

"Kalau itu maumu, aku yang pergi."

Draco hendak melangkah pergi, [name] mencegat tangannya. "Ini penting."

"Turuti perkataan suamimu. Pergi." bisik Draco menusuk.

Setelah terdiam sejenak, [name] menghela nafas mengangguk nurut. Kalau di pikir-pikir, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk bicara, mengingat Draco tak sendirian disini. [name] harus mengerti keadaan, tidak bisa ia memaksakan kehendak seperti ini. "Tapi, janji kita akan bicara setelah ini?"

Draco menepis tangan [name] yang masih mencegat tangannya. "Terserah."

"[name]!"

[name] menoleh. "Hermione."

"Kau baik baik saja?"

[name] mengangguk pelan. "Aku baik baik saja."

"Ayo kembali." Hermione memegangi lengan [name].

[name] kembali mengangguk. "Ayo."

Seketika manik cokelat Hermione dan manik abu Draco bertemu. Tatapan matanya seakan memberi pesan singkat.

"Ayo, Mione." [name] yang menyadarinya, dengan sengaja menginterupsi sehingga kontak mata mereka buyar.

"A-ayo, [name]."

Hermione dan [name] pun kembali menghampiri Harry dan Ron. Draco berdecak sebal, tak lama ia dan antek-anteknya berlalu pergi.













✧༺ 🌕 ༻✧













"Selamat malam anak anak. Sekarang, kita punya dua perubahan di bagian staff tahun ini yang akan mengajar Pemeliharaan Satwa Gaib sementara Professor Hagrid pergi."

"Kita juga akan menyambut guru baru untuk Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, Professor Dolores Umbridge."

"Dan aku yakin kita semua berharap semoga ia berhasil.Seperti biasa, penjaga kita, Mr. Filch, memintaku untuk mengingatkan kalian- "

"Ekhem."

"Apa itu Umbridge?" tanya Susan.

"[name]?"

"Terima kasih, Kepala Sekolah. Untuk semua kata sambutannya. Dan betapa senangnya melihat wajah cerah kalian tersenyum gembira padaku."

"[name]?" Kini Susan menyenggol lengan [name].

Lamunannya buyar. "Ah, ada apa, Susan?"

Susan menggeleng menatap sahabatnya bingung. "Kau kenapa?"

"Kementerian Sihir selalu menganggap pendidikan penyihir muda dan penyihir sangat penting. Meski setiap Kepala Sekolah telah membawa sesuatu yang baru untuk kemajuan sekolah bersejarah ini demi kemajuan harus berkecil hati."

"Aku? Aku tidak kenapa napa."

"Mari kita lestarikan apa yang harus dipertahankan, sempurnakan apa yang bisa disempurnakan dan musnahkan yang seharusnya dilarang."

Susan menatap [name] menyelidik. "Kau bohong."

"Terima kasih Profesor Umbridge, itu benar-benar mencerahkan."

"Apa tadi yang Professor Umbridge katakan?" alih [name].













✧༺ 🌕 ༻✧













Kelas pertama bersama Umbridge. Dengan seragam kuningnya, [name] terduduk di ruangan kelas bersama Susan Bones.

"Menurutmu apa Professor Umbridge akan menyenangkan?" Susan bertanya.

"Tidak tahu." [name] menjawab tak sepenuhnya fokus berbincang.

Si Kembar Patil melayangkan burung origami ke seluruh penjuru ruangan. [name] yang merasa jenuh, pupilnya mengikuti kemana burung origami itu pergi. Sampai burung origami itu melintas ke barisan belakang, pupil [name] tak lagi mengikutinya. Ada yang lebih menarik perhatiannya; pemuda yang tertidur di barisan paling belakang. Draco Malfoy. Entah bagaimana perasaan [name] padanya saat ini. Ia marah, sungguh. Namun, ragu untuk mengekspresikannya.

Tiba-tiba origami Patil terbakar hangus.

"Good morning, children."

Semua murid menoleh kebelakang. Umbridge.

"Ordinary wizarding level, O-W-L. Lebih dikenal sebagai OWL." Umbridge melangkah ke depan kelas.

"Belajarlah dengan keras maka kalian akan dihargai. Jika gagal, akibatnya akan berat." Umbridge membagikan buku baru dengan tongkatnya.

"Materi pelajaran kalian sebelumnya sangat tak seimbang. Tapi mulai sekarang, kalian akan mendapatkan materi pertahanan magis yang telah di setujui kementerian."

[name] begitupun dengan Susan membuka buku yang baru saja mendarat di hadapan mereka. Isinya hanya teori-teori tak penting. Tak menyebutkan satupun mantra pertahanan didalamnya.

Hermione mengacungkan tangan.

"Yes?" Umbridge mempersilahkan.

"Disini tidak dijelaskan tentang penggunaan mantra pertahanan?"

"Penggunaan mantra? Aku tak mengira kalian membutuhkan mantra dalam kelas ku." Umbridge menjawab remeh.

"jadi kita tak menggunakan sihir?" Ron menimpali.

"Kalian akan mempelajari mantera secara aman, bebas resiko."

"Apa gunanya itu? jika kita sedang diserang, itu tidak akan 'bebas resiko'." sahut Harry.

"Siswa harus mengangkat tangannya ketika ingin berbicara di kelas ku." Umbridge berujar marah.

"Dia tidak bisa jawab." bisik Susan. Mendengarnya [name] terkekeh pelan.

Umbridge kembali berucap. "Ini pandangan kementerian, bahwa pengetahuan teori sudah cukup membawa kalian lulus ujian. Lagipula bukankah itu tujuan sekolah?"

"Bagaimana teori bisa mempersiapkan kita dengan apa yang terjadi di luar sana? " Harry menaikkan nada suaranya.

"Tak ada apa apa diluar sana, nak. Lagipula siapa yang ingin menyerang anak kecil seperti mu?"

"Entahlah mungkin, Lord Voldemort."

Seketika ruangan kelas hening. Umbridge kembali merangkai kata di otak dangkalnya.

"Sekarang, biarkan aku membuatnya lebih sederhana. Kalian telah diberi tahu, bahwa penyihir hitam kembali dalam pengejaran. Itu berita bohong."

Mendengarnya [name] menatap Umbridge tak suka, tak terima sepupunya sendiri secara tidak langsung dikatai seorang pembohong. Mulai detik ini, Umbridge telah sah menjadi figur antagonis dalam hidupnya. Tunggu, apa Draco termasuk?

"Itu bukan sebuah kebohongan. Aku melihatnya! Aku melawannya!" Harry semakin meninggikan nada bicara nya.

"Detensi, Mr. Potter!"

"Jadi Cedric Diggory mati dengan sendirinya?" Harry pantang mundur meski detensi kini menunggu dirinya.

"Kematian Cedric Diggory adalah kecelakaan tragis-"

Tak tahan lagi, [name] menyerobot.

"Ia dibunuh! Voldemort yang melakukanya! Harry bukan seorang pembohong!"

"CUKUP!" bentak Umbridge.

"Cukup. Ms-?"

"Eclipse." jawab [name]. Mrs. Malfoy, lebih tepatnya.

"Temui aku. Ms. Eclipse. Detensi bersama Mr. Potter di kantor ku."













✧༺ 🌕 ༻✧













"Kenapa kau harus membela ku, [name]? Seharusnya tidak perlu."

Mereka berbincang sembari keluar dari kantor Umbridge. Membawa oleh-oleh berupa luka sayatan dari sana.

"Kenapa? Karena aku menyayangimu, tentu saja."

Mendengarnya senyuman kecil terulas di wajah Harry. "Thanks, [name]."

Harry merangkul bahu sepupunya dengan tangan yang tak ada luka sayatan. Ia bersyukur memiliki saudari sepupu yang benar-benar menganggapnya sebagai keluarga. Tak seperti sepupunya dari keluarga sang ibu, Dudley Dursley. [name] adalah salah satu dari dua keluarga yang ia miliki saat ini. Satunya lagi, Sirius Black, ayah baptis nya.

[name] menyandingkan punggung tangannya yang tertera luka sayatan 'I will not against Professor' dengan punggung tangan Harry yang juga tertera luka sayatan 'I will not tell lies'. "Jadikan ini sebagai kenang-kenangan." [name] tersenyum meski masih merasakan perih di punggung tangannya.

"Ide bagus."

Mereka pun tertawa tawa kecil sembari melanjutkan perjalanan. Tak lama, langkah kaki [name] terhenti kala netranya menangkap pemandangan yang, tak enak dilihat.

"Ada apa, [name]?"

Draco dan Hermione. Sedang apa mereka berduaan di koridor sepi? Kini [name] lihat Hermione baru saja melangkah pergi. Mungkin urusan mereka telah usai. Dan itu berarti, kini Draco seorang diri. Ini saatnya. Ini saat yang tepat.

"Harry, duluan saja." [name] harap Harry tak melihat pemandangan tadi.

"Kenapa?"

"Itu, aku mau ke toilet."

"Oh, yasudah. Hati-hati, sudah malam."

[name] mengangguk. "Bye, Harry. Good night."

"Bye, [name]. Good night." Setelah menepuk bahu [name], Harry pun berlalu pergi.

Harry sudah pergi. Ini saatnya [name] menemui Draco yang baru saja selesai menemui Hermione.

[name] berlari menghampirinya. "Draco."

Merasa dipanggil, Draco menoleh. Berdecak malas saat mengenali seseorang yang memanggilnya.

"Sedang apa kau bersama Hermione?" [name] melirik sekilas koridor yang Hermione lewati tadi. Sungguh [name] bertanya-tanya. Sangat aneh melihat Draco bersama Hermione. Bukannya mereka saling tidak menyukai?

"Bukan urusanmu. Ada apa?" ketus Draco.

[name] menghela nafas dalam sebelum bicara. "Tolong, kembalikan cincinku."

Draco terdiam sejenak. "Hilang."

"Terjatuh di kereta." karang Draco.

[name] menggigit pipi bagian dalamnya menahan perasaannya yang tak karuan. Bagaimana tidak? Ia baru saja dibohongi. Terlebih lagi oleh suaminya sendiri. "Aku tahu kau memberi cincinku pada gadis lain."

[name] menjeda perkataannya sebentar sebelum kembali berkata,

"Pada Hermione." netra cokelat nya mulai berkaca-kaca menatap lekat Draco dengan raut wajah kecewa.

Draco tak mengira [name] akan tahu secepat ini. Seharusnya ia sudah mengira. [name] tak jarang bergaul dengan para Gryffindor.

"Kau sengaja menyimpan cincin ku untuknya, Draco? Kau jahat," [name] meremas lengan jubah Draco menyalurkan perasaannya.

Lama tak bergeming, Draco akhirnya membuka suara. Untuk apa berbohong lagi? Lagipula tak ada ruginya mengaku pada orang tak berpengaruh sepertinya.

"Dia melihat cincinmu. Mau tak mau aku memberikannya atau hubungan kami akan berada di ujung tanduk." terang Draco datar, tanpa ada rasa bersalah.

Menangkap sesuatu, [name] terdiam. "Maksudmu, Hermione, kekasihmu?"

Sungguh [name] sangat berharap Draco menjawab tidak meskipun kemungkinannya relatif kecil.

"Ya. Dia kekasihku."

Deg.

Bahkan rasa sakit di luka sayatannya pun kalah saing.

"Draco, kau sudah menikah,"

"Lalu?" timpal Draco dingin.

[name] menghela nafas. "Itu selingkuh namanya, Draco."

"Aku sudah bersama Hermione sebelum aku menikahimu, Eclipse." argumen Draco.

[name] terdiam membisu, Draco kembali berujar. "Dia kekasihku. Aku mencintanya. Dan jika kau meminta, tidak akan pernah aku memutuskannya." sungutnya dengan menekankan nada bicaranya.

Mendengarnya perasaan [name] tak karuan. Dadanya sesak. Tenggorokannya sakit menahan tangis. Tak dapat lagi ia membendung air mata yang sudah memenuhi indra penglihatannya.

"Draco, bisakah sedikit saja kau hargai aku sebagai istrimu? Sedikit saja."

Alih-alih menjawab, Draco berujar tak suka, "Jangan menangis, gadis lemah."

"Kau yang membuatku menangis, Draco."

"Atas dasar apa kau menangis? Kau juga tidak mencintaiku, bukan?"













✧༺ 🌕 ༻✧













Rembulan bersinar terang. Bintang bintang bertaburan menghiasi langit gelap. Sambil memandangi jendela kamar, [name] termenung. Memikirkan banyak hal di dalam otaknya.

"Atas dasar apa aku menangis, Coco?"

Secara logika, boneka adalah benda mati. Namun pernyataan itu ditepis oleh khayalan [name].

"Jangan tanya padaku, dong. Tanya pada dirimu sendiri. Bagaimana, sih?"

Jika bisa dideskripsikan, dalam benak [name] suara Coco persis seperti boneka-boneka imut dalam film-film kartun.

"Aku tak paham dengan perasaanku sendiri, Coco." ujar [name] pelan seraya melamun.

"Rasanya menyakitkan saja. Aku seperti tak dihargai."

Bagaimanapun juga, [name] seorang wanita. Wanita mana yang tak sakit hatinya kala diperlakukan seenaknya dan tak dihargai oleh seorang pria yang mana adalah suaminya sendiri? Terlebih lagi, [name] termasuk pribadi yang lembut. Selain mudah menyayangi seseorang, hatinya juga mudah sekali tergores.

"Huft, lupakan itu. Cincinmu, Cookie, bagaimana nasibnya?"

Jika [name] memanggilnya Coco, maka Coco memanggilnya Cookie. Pasalnya, [name] sangat menyukai kue cookie buatan neneknya.

[name] menggeleng pelan. "Entahlah. Kami belum sempat membahasnya lagi tadi."

Bicara soal cincin, sungguh [name] benar-benar kecewa dibuatnya. Selain merupakan lambang pernikahan yang sangat penting, [name] juga sangat menyukai cincin pernikahannya itu. Dari segi motif dan bagaimana serasi cincin miliknya dengan milik Draco.

"Aku menginginkannya kembali, Coco."

"Tapi dipikir-pikir, itu mustahil."

"Kenapa mustahil? Ambil paksa saja dari Hermione." cetus Coco, selalu dengan nada ceria.

"Itu tidak baik, Coco. Hermione terlihat sangat menyukainya. Tak mungkin juga tiba-tiba Draco meminta cincin nya kembali."

Dan soal Hermione, [name] tidak bisa menyalahkannya. Hermione tidak salah apa apa. Ia tidak tahu cincin itu milik [name]. Yang Hermione tahu hanya cincin itu diperuntukkan untuk dirinya, yang sudah terlanjur ia lihat sebelum waktunya Draco memberi cincin itu padanya. Dan justru Hermione lah yang seharusnya paling bersusah hati. Tidak bisa dibayangkan betapa hancur hati Hermione jika ia mengetahui bahwa kekasihnya telah menikah dan memiliki seorang istri yang mana itu adalah temannya sendiri.

Cinta Hermione dan Draco tak salah dan tak bisa disalahkan. [name] bisa menerka-nerka perjalanan hubungan mereka yang sulit, mengingat perbedaan status darah mereka yang mana itu adalah masalah besar bagi keluarga yang fanatik pada supremasi darah. Draco bahkan rela menghapus kebenciannya pada keturunan muggle demi hubungannya dengan Hermione.

Dengan itu [name] menyimpulkan, hubungan mereka sama indahnya seperti Romeo dan Juliet, sebelum ---

"Coco,"

"Bukan Hermione ataupun Draco yang seharusnya disalahkan,"

--- dirinya datang memupuskan segalanya.

"Tapi aku."

Coco memekik tak percaya. "Apa?? Yang benar saja, Cookie!"

"Akulah yang seharusnya disalahkan, Coco! Aku pengganggunya disini! Aku merusak cinta mereka!"

"[name]?! Kau kenapa?"

[name] segera menoleh kala seseorang berseru khawatir.

"S-susan,"

"Kau kenapa?" Dengan mata yang masih berat, Susan keluar dari selimutnya, turun dari ranjang dan menghampiri [name] yang terduduk disamping jendela.

"Aku, aku tidak apa."

"Kau, bicara dengan siapa tadi?" Susan bertanya bingung bercampur aneh.

"Aku, um, itu,"

"Tidurlah, [name]. Ini sudah larut malam." Susan tahu [name] takkan bisa menjawab.

[name] menghela nafas mengangguk. "Maaf aku mengganggu tidurmu." sesal [name].

Susan sedikit mengangguk. "Tidak apa, [name]."

Masih dengan wajah ala dihisap dementor, [name] berdiri, mengambil tangan Coco untuk ikut pindah ke atas ranjang. "Ayo, Coco. Maaf aku berteriak padamu tadi."

Seketika Susan mengerutkan alis, membulatkan mata terkejut.

'Jadi tadi itu dia berbicara dengan ... boneka?'

༶•┈┈☾ 𝐓𝐡𝐞 𝐔𝐧𝐰𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐄𝐜𝐩𝐥𝐢𝐬𝐞 ☽┈┈•༶























[name] - Coco, Five - Delores.

Continue Reading

You'll Also Like

12.3K 1.6K 8
Di dinding itu tergantung sebuah potret untuk mengenang seorang anak laki-laki. Orang-orang mengenangnya sebagai sosok yang baik, setia, dan pemberan...
25K 2.8K 61
"Kata orang cinta itu lebih dari segalanya,bahakan ada yang rela melakukan apapun untuk orang yang sangat di cintainya" Kutipan tersebut benar adanya...
31.4K 3.8K 26
Setelah keluar dari labirin, mereka diamankan oleh tentara dari Crank dan membawanya ke sebuah tempat yang aman. sebuah keanehan yang disadari oleh T...
27.3K 3.7K 20
(After The Cursed Child) "It is kinda strange knowing you like people like me." "Why?" "everyone says, imma Freak." "No ur not!"