ISTRI KECILKU ASMA

By MELANuri3

1.9M 18.1K 1.2K

PINDAH KE DREAME/INNOVEL 💋 Kisah cinta beda usia, Asma Anjani 18 tahun terpaksa menikah dengan seorang pria... More

PROLOG
Bab 1 Kelulusan
Bab 2:Melarikan diri
Tamat
PENGUMUMAN 🌸🌸🌸

Bab 3: Menikah muda

37K 3.3K 292
By MELANuri3

Peluh memenuhi wajah gadis itu, dia pegang erat tas selempang besarnya yang berisi pakaian. Dia sesekali menoleh untuk melihat apakah Iqbal berhenti mengikutinya, ternyata tidak. Iqbal malah terus melangkah cepat dan sesekali berlari kecil agar bisa menahan Asma. Dia ingin sekali menyeret gadis itu tapi situasi tidak memungkinkan, sangat ramai dan dia bisa celaka sendiri.

Bibir Asma tiba-tiba mengukir senyuman, dia berlari kencang dan Arif terus melambaikan tangannya. Tangannya tiba-tiba diam dan turun perlahan saat melihat Iqbal.

"Mampus, ada kakaknya Asma" ucap Arif berbisik. Asma kebingungan melihat Arif naik ke atas motornya dan pergi begitu saja.

"Arif gila! Kurang ajar!" teriak Asma, dia meringis saat pergelangan tangannya dicengkeram kuat. Iqbal menarik pergelangan tangannya kasar.

"Pulang" ajaknya sambil terus menarik lengan Asma. Asma menginjak kaki kanan Iqbal kasar.

"Aaaagh" Iqbal meringis dan melepaskan cengkraman nya, merasa mendapatkan kesempatan untuk kabur. Asma berlari dan Iqbal memegang kakinya yang berdenyut hebat. Ibu jarinya terluka dan berdarah.
Asma terus berlari, bercucuran keringat dan terus berusaha mencari bantuan. Iqbal yang merasa kesal, berlari menyusulnya.

Asma menarik pintu mobil entah mobil siapa tapi dia di dorong dari dalam oleh seorang pemuda sebayanya.

"Saya mohon, izinkan saya bersembunyi di sini. Saya mohon" ucap Asma dan terus memelas, laki-laki itu diam dan malah menutup kaca mobilnya.

Brak brak brak

Asma terus menggebrak kaca mobil tapi laki-laki itu diam tidak merespon. Iqbal menjambak rambut Asma dan menariknya, Asma meringis dan menangis. Merasakan ngilu di kepalanya yang begitu menyiksa, laki-laki di dalam mobil tadi terlihat biasa saja padahal seorang gadis di siksa di hadapannya.

Plak...

Tamparan keras mendarat di pipi kanan Asma, pipi cabinya terlihat merah berbekas lima jari Iqbal di sana. Asma terus di tarik, pinggangnya di rangkul kasar.

"Aku gak mau" lirih Asma.

"Kamu gak mau? Pernikahan kamu itu besok Asma. Ibu pingsan gara-gara kamu, kalau sesuatu terjadi sama ibu. Aku bunuh kamu Asma" tegas Iqbal mengancam, Asma menghela nafas panjang. Dia usap air matanya saat mendengar Bu Anna pingsan karena ulahnya, anak seperti apa dia yang membuat ibu dan ayahnya kesulitan, apa karena ini ayah dan ibu kandungnya Allah ambil darinya?.

Asma diam, dia terus menyalahkan diri sendiri.

"Jika harus aku bongkar semuanya, aku gak pernah suka padamu karena kamu pembawa sial Asma. Ibuku dan Rizky, menganggap mu seperti anak sendiri tapi apa balasan yang kamu berikan?" tegas Iqbal, Asma terdiam. Pipinya bengkak dan sudut bibirnya berdarah."Orang tuamu bahkan meninggal karena ulah kamu"

"Kalau Abang memang benci saya, hina saya. Tapi jangan bawa-bawa orang tua saya yang sudah meninggal. Abang keterlaluan" bentak Asma. Dia hendak melangkah tapi Iqbal mencengkram pergelangan tangannya kembali.

"Sekali saja kamu melangkah pergi, jangan harap kau bisa melihat ayah dan ibuku" tegas Iqbal. Ancaman yang membuat Asma terhuyung hampir terjatuh, dia tak mau sampai begitu. Dia ingin bertemu dengan Bu Anna dan pak Ramli.

"Walaupun hanya sedikit kewarasan dalam otak mu ini, gunakan itu sebaik-baiknya Asma" tegas Iqbal kembali seraya menoyor kepala Asma kasar."Kamu pilih, mau pergi atau tetap diam dan bisa melihat ayah dan ibu lagi?"

Asma semakin tersudut, dia tak bisa memilih keduanya sekarang. Iqbal memang pandai menyudutkannya. Melihat Asma terdiam, Iqbal menganggapnya sebagai sebuah persetujuannya.

"Ikut" ajak Iqbal dan menarik tangan Asma kasar, Asma menangis dan akhirnya dia ikut pulang bersama Iqbal. Dia sangat mencintai Bu Anna dan pak Ramli, dia tak bisa mengecewakan keduanya.

Sesampainya di rumah, Asma langsung mendapatan tatapan sinis dari semua keluarga. Asma tak memperdulikannya, dia langsung masuk ke kamar untuk melihat ibu Anna. Ibu Anna langsung memalingkan wajahnya saat melihat kepulangan Asma kembali.

"Untuk apa kamu datang Asma? Pergilah, atur dirimu sendiri. Jangan hiraukan ibu sama bapak, pergilah" usir Bu Anna, dia sudah pasrah dan tidak mau lagi mengatur kehidupan Asma yang tidak pernah menghargai keputusannya.

"Asma minta maaf Bu" lirih Asma, dia raih tangan Bu Anna dan terlihat Bu Anna meneteskan air matanya."Tolong maafkan anak ibu ini" suara Asma serak.

"Pergilah ke kamar mu Asma, istirahat. Besok kamu menikah, dan jangan berulah lagi" titah pak Ramli dan Asma masih berharap Bu Anna menoleh padanya tapi ternyata Bu Anna sangat marah sampai tidak mau melihatnya. Pak Ramli juga diam tidak menoleh sedikitpun.

Asma pergi ke kamarnya, dia menangis sejadi-jadinya disana. Semua orang mendiamkannya, karena kesalahan yang sudah dia perbuat sendiri.
*****
Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang tapi tidak dengan Asma. Gaun berwarna putih syar'i membalut tubuh langsing nya, di rias sedemikan rupa dan begitu terlihat sangat cantik. Pernikahan sederhana dia dengan Yusuf akan terjadi beberapa menit lagi. Asma sangat ingin menangis, tapi entah kenapa. Air matanya tak kunjung terjatuh, seolah melawannya.

"Rombongan pengantin pria sudah datang" seru anak-anak penuh dengan suka cita, Asma diam. Raut wajahnya tak menunjukkan sedikitpun rasa bahagia.

"Asma" panggil Bu Anna dan Asma menoleh. Akhirnya Bu Anna memanggilnya, panggilan lembut yang membuat Asma tersenyum."Masya Allah, anak ibu cantik sekali" puji Bu Anna dan Asma diam.

"Asma minta maaf Bu" ujar Asma, Bu Anna tersenyum seraya mengangguk. Dia membelai wajah Asma lalu mencium kening Asma begitu lama, hari ini Asma akan melepas masa lajangnya dan menjadi istri Yusuf.

"Semoga bahagia sayang" ucap Bu Anna dan Asma tertunduk dalam.

Bagaimana bisa aku bahagia dengan laki-laki yang bahkan tidak aku kenal, dan aku harus menerimanya?. Hanya perlu menikah, aku akan membuat pernikahan ini sulit baginya sampai dia menceraikan ku. Ya hanya itu saja...

Asma tersenyum tipis dan dia yakin Yusuf tidak akan bertahan lama dengannya. Bu Anna pun pergi untuk menyambut Yusuf dan keluarganya, Yusuf datang dengan keluarganya dan beberapa santri yang dia ajak.

Asma diam di kamar, dia akan keluar nanti setelah Yusuf mengucapkan ijab kabul.

"Bismillahirrahmanirrahim" suara Yusuf terdengar, dia akan membacakan surah Ar Rahman terlebih dahulu sebelum memulai ijab kabul, suasana hening. Ingin mendengarkan pria itu melantunkan mahar surah Ar Rahman yang dia jadikan mahar untuk Asma.

Di kamar, Asma terdiam mendengar suara merdu Yusuf. Sudah lama dia tidak mendengar ayat-ayat suci Al-Qur'an di telinganya, dia tidak pernah mengaji dan hanya pernah dulu saat kecil. Tiba-tiba rasa haru menusuk hatinya, dia tiba-tiba merasa kagum dengan suara Yusuf. Apa ini? Apakah dia mulai menerima? Tentunya tidak mungkin, dia tidak akan pernah melakukan itu.

Semua orang yang hadir hanyut dalam indahnya ayat-ayat suci Al-Qur'an itu, setelah membacakan surah Ar Rahman selesai. Yusuf bersiap untuk melakukan ijab kabul.

Semoga gagal, gagal tiga kali. Pernikahan tidak sah. Ayo gagal...

Asma terus berdoa, bukan berdoa untuk kebaikannya dan malah kebalikannya. Asma diam dan mendengarkan dengan baik berharap Yusuf gagal.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq" ucap Yusuf dalam satu tarikan napas, suaranya yang lantang, jelas dan membuat semua tamu berdecak kagum.

(Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah).

"Sah...."

"Sah..."

Seru semua tamu, semuanya menadahkan tangan untuk berdoa bersama-sama. Di kamar, tangan Asma terkepal kuat, bibirnya komat-kamit memaki Yusuf, pria itu benar-benar tidak terlihat ingin gagal menikah dengannya. Air mata Asma menetes, dia sudah menjadi istri dari Yusuf. Apa dia harus berusaha kabur lagi sekarang? Dia tidak memiliki keberanian kedua kalinya setelah melihat ibunya Anna.

Mempelai wanita pun dipersilahkan untuk keluar dan bertemu dengan suaminya, Yusuf diam. Asma di kamar tidak mau keluar dan terus menangis.

"Aku tidak mau, aku tidak mau melihatnya hiks,,," Asma terus menangis, Husna merasa sedih melihat Asma seperti itu.

"Asma" suara Bu Anna terdengar, Asma lekas mengusap air matanya. Dan Bu Anna tersenyum saat melihat Asma, dia rangkul lengan Asma lembut lalu mengajaknya keluar. Asma menundukkan kepalanya, tak mau dia menunjukkan wajahnya. Yusuf menoleh.

Deg....

Di sentuh dadanya sekilas, jantungnya berdegup kencang. Getaran yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya termasuk saat dengan Kanaya yang sudah 9 tahun menemaninya. Kenapa Asma begitu cantik, anggun dan sangat berbeda jauh dengan saat dia bertemu dengannya pertama kali.

Masya Allah, istriku.....

Tak sadar dia memuji Asma, gadis itu terus menunduk lemah. Tak terlihat dia bahagia dan semuanya tamu melihatnya jelas. Yusuf tidak merasa aneh, dia dan Asma hanya bertemu dua kali, yang ketiga kalinya adalah saat ini. Asma belum bisa menerimanya, dan dia pun juga seperti itu.

Asma duduk di sebelah Yusuf, Yusuf memandang wajah istrinya yang terlihat begitu sangat cantik walaupun hanya dilihat dari samping. Keduanya menandatangani beberapa lembar kertas, dan kini keduanya sudah menjadi suami istri secara hukum dan Agama.

Jangan cium aku..

Asma hanya mampu menjerit dalam hati, Yusuf menjatuhkan telapak tangannya di ubun-ubun nya lembut untuk membacakan doa.

"Allahumma inni as-aluka khairaha wa khaira maa jabaltaha alaihi, wa audzubika min syarriha wa syarri maa jabaltaha alaihi." Ucap Yusuf lirih.

("Ya Allah, aku memohon dari-Mu kebaikan istriku dan kebaikan dari tabiat yang Kau simpankan pada dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan istriku, dan keburukan dari tabiat yang Kau simpankan pada dirinya.)

Asma terdiam, baru pertama kali dia melihat Yusuf sedekat itu. Setelah membacakan doa sambil menyentuh ubun-ubun Asma, Yusuf terlihat ragu untuk mencium keningnya.

"Ayo, gak apa-apa" ucap Umi Salamah. Yusuf mengangguk, dia mendekatkan wajahnya, mengecup kening istri kecilnya dan Asma diam. Dia kepal kedua tangannya kuat, ingin sekali dia menampar Yusuf sekarang juga karena sudah berani menciumnya.

"Asma, salami tangan suami mu Nak" titah Bu Anna dan Asma diam, dia malah mendongak sampai tatapannya dan tatapan Yusuf bertemu, keduanya lalu sama-sama memalingkan wajah. Umi Salamah meraih tangan Yusuf dan tangan Asma, Asma terkejut dan kini tangannya sedang menggenggam tangan Yusuf, terasa begitu kasar. Begitulah tangan lelaki pekerja keras, Yusuf diam tanpa membuat ekspresi apapun.

"Asma sangat pemalu" ucap pak Ramli dan Umi Salamah mengangguk.

"Ayo salim sama suami kamu" titah umi Salamah, akhirnya Asma menyalami tangan suaminya itu tanpa menciumnya. Hanya menempel di hidung dan Yusuf diam, tidak lama Asma melepaskan tangan suaminya kasar dan Yusuf merasakannya jelas.
*****
Di pesantren, di sebuah rumah terlihat seorang wanita sedang duduk di teras rumahnya. Dia Kanaya, istri pertama Yusuf. Terlihat begitu murung dan sedih, bukan keputusan yang mudah untuk dia memberikan izin kepada suaminya untuk menikah lagi, sampai dia yang mencari kan calonnya.

"Kamu baik-baik aja Naya?" tanya umi Nur, ibunya Kanaya.

"Aku tidak apa-apa umi, hehe" senyuman yang dipaksakan, bibirnya tersenyum tapi kedua matanya berair. Umi Nur langsung memeluk putrinya itu. Tangisan Kanaya pecah, hatinya begitu pilu. Semua istri ingin memberikan yang terbaik untuk suaminya begitu juga dengan Kanaya, dia tidak bisa memberikan anak kepada Yusuf. Mengambil anak dari panti asuhan pun belum ada kejelasannya sampai sekarang,

"Naya ikhlas, Insya Allah mi" ujar Kanaya, suaranya serak. Rasa cemburu membakar perasaannya saat ini, entah sedang apa suaminya bersama istri mudanya.

Kanaya yang memutuskan sendiri, dia memaksa Yusuf untuk menikah lagi dan sempat bertengkar hebat dengan Yusuf. Yusuf jelas menolak, untuk melakukan poligami dia benar-benar tak sanggup. Tapi saat Kanaya bersimpuh di hadapan nya dia lebih tidak tega, Kanaya memaksa, sampai akhirnya Yusuf setuju untuk menikah lagi. Dengan gadis yang dipilihkan Kanaya.

"Semua keputusan kamu yang memilih, bukannya Yusuf sudah menolak tapi kamu yang memaksanya. Lalu kenapa kamu sekarang begini Kanaya, berhentilah. Hentikan tangisan mu ini" Umi Nur merasa tidak tahan melihat anaknya terus menangis.

"Apa Yusuf akan melupakan ku umi?"

"Pertanyaan macam apa itu? Yusuf tidak akan pernah melakukan hal itu, dia menikah lagi karena untuk memiliki keturunan. Yusuf cinta sama kamu Naya, jaga sikapmu. Jangan sampai kecemburuan mu ini menyulitkan mu nanti" tutur umi Nur dan Kanaya mengangguk lemah, kepalanya terus di usap oleh uminya lembut.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 35.7K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
92.1K 5.2K 27
âš Dont copy all of my storyâš  Yumna Anara. Nakal, tebar pesona, tomboy, dan semua sifat buruk lainnya yang tak seharusnya ada pada seorang gadis, namun...
17.5K 1.5K 41
Penakluk Iman & Hati ( sudah di bukukkan ) BAGAIMANA JIKA SEORANG WANITA BEBAS, DI JODOHKAN DENGAN SEORANG ANAK DARI KELUARGA YANG TEKUN DALAM AGAM...
983K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...