Dreaming Alone [Published]

By vanilla-twilights

1.1M 74.2K 2.9K

[Sudah terbit] ❝Is it me that you see when you fall asleep? Cause I know it's you I dream about every night.❞... More

prologue
ii. caught in the act
iii. can you stop playing with my feelings?
iv. saturday night
v. some advice
vi. she should let him love her
vii. the pain
viii. punishment
ix. thank god it's friday
x. why did he leave her alone?
xi. plans
xii. but i can't swim!
xiii. puberty hits him like a truck
xiv. fortunately he's here
xv. is he the one?
xvi. you're not good at tidying things up
xvii. can't help but smile
xviii. two hundred problems and a misunderstanding
xix. never been worse
xx. you're so unbelievable
xxi. a thousand miles
xxii. he should've been my mother
xxiii. emergency alert, i have nothing to wear!
xxiv. this dress makes me look like ariana grande
xxv. under a trillion stars
epilogue
bonus chapter: devan's point of view
announcement!
another announcement

i. who likes monday?

127K 4.8K 362
By vanilla-twilights

Status: Edited

Hari Senin dengan kejamnya datang untuk entah kesekian kalinya. Rasanya seperti kembali pada kenyataan yang pahit. Aku tahu aku terdengar sangat berlebihan, tapi aku yakin semua remaja—atau bahkan hampir semua kalangan setuju dengan pernyataanku barusan. Siapa yang suka hari Senin?

Aku tipe orang yang senang berkencan dengan tempat tidur, jadi wajar saja kan kalau aku ingin tinggal beberapa saat lagi? Tempat tidur ini lebih nyaman daripada kenyataan.

"Arinda, bangun sayang!" suara Mama mulai terdengar dari kejauhan.

Dan ya, itu artinya aku harus bangun sekarang juga untuk menghadapi realita. Realita sebagai siswi sekolah menengah keatas yang sedang mati-matian mengejar nilai namun secara bersamaan ingin menikmati hidup. Dilema pelajar.

Aku mendudukkan diriku dan meregangkan tubuhku. Aku harus cepat-cepat bangun sebelum Mama datang menyusulku dan mengomeliku dengan omelannya yang berkepanjangan dan tidak berujung. Aku sangat menyayanginya, tapi kadang omelannya suka membuat kepalaku pusing.

Dengan secepat kilat aku bersiap-siap dan mengenakan seragam sekolahku; kemeja putih dan rok putih. Entah kenapa aku tidak menyukai seragam hari ini, terlebih kelakuanku yang teledor suka menodai rok putihku. Sekarang nasib rok itu sudah tidak karu-karuan. Atau karena aku memang membenci semua hal yang berbau-bau hari Senin? Entahlah akupun tidak tahu.

Aku mengikat tali sepatu converse hitam andalanku—yang sudah sangat buluk karena aku memakainya setiap hari sejak sekolah menengah pertama. Nasibnya sangat mengenaskan, sungguh. Warnanya yang semula hitam sekarang sudah memudar, dan talinya yang semula putih sekarang sudah tidak jelas warnanya apa. 

Setelah semuanya siap, aku menunggu Mama dan Rizal, adikku yang masih duduk di kelas 5 sekolah dasar di ruang tamu.

Sejujurnya, aku malu mengakuinya tapi aku berangkat dan pulang sekolah masih dengan ibuku. Orang tuaku adalah tipe orang tua yang over protektif, buktinya saja aku tidak boleh bawa kendaraan ke sekolah sendirian dan tidak bisa pulang terlambat karena Mama akan menungguku di parkiran sekolah. Aku tidak boleh membawa kendaraan sendiri sebelum aku mendapatkan SIM-ku. Tapi aku sayang mereka dan semua itu tidak menjadi beban untukku. Um, mungkin kadang-kadang.

Mama selalu mengantarku kelewat pagi, buktinya sekarang baru pukul enam lewat sepuluh menit, mobil Mama sudah terparkir di depan gerbang sekolah.

"Hati-hati ya, Rin. Belajar yang bener, jangan main terus," ujar Mama.

Aku mencium tangan Mama dan mengangguk, "iya Mama bawel."

Sekolah masih sangat sepi. Parkiran motor yang barusan aku lewati baru terisi satu motor. Cuma murid-murid kelewat rajin saja yang mau datang kesini. Aku? Oh, aku bukannya rajin, tapi semua ini kulakukan karena unsur keterpaksaan. Kalau aku membawa kendaraan sendiri, mungkin aku akan terlambat hampir setiap hari.

Kini aku sampai di kelas 10 IPS 1. Kelas gila yang merupakan kelasku itu masih kosong-melompong. Aku memilih tempat duduk kedua dari depan karena aku akan mengantuk jika duduk di belakang. Aku meraih ponselku dan memasang headset karena bosan. Lantunan suara Chrissy Costanza, vokalis band Against The Current alias band favoritku langsung terdengar di telingaku.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu berderit dan suara bedebam yang cukup keras. Aku melepas headset-ku dan melihat apa yang ada di depan pintu.

Adira. Gadis yang telah menjadi sahabatku selama kurang lebih sepuluh tahun. Cewek kelewat rajin yang hobi datang pagi atas kemauannya sendiri, dan suka nabrak pintu. Entah keberapa kalinya ia menabrak pintu akibat bawaannya yang banyak.

"Nggak capek apa nabrak pintu mulu? Gue kasian... Sama pintunya," gurauku.

"Sialan lo." Ia berjalan ke arahku dan melempar tasnya asal ke bangku di samping kananku.

Tak lama setelah aku dan dia ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul, pintu kembali terbuka dan sosok Ben hadir di depan pintu dengan gaya sok keren yang padahal pada kenyataannya sama sekali berkebalikan. Nama "Ben" itu cuma nama panggilan. Aslinya sih Beni. Beni Aji Perwira. Satu hal, jangan pernah mengejek Ben di depan Adira atau dia bakal ngamuk-ngamuk. Secara, si Adira itu udah ngegebet cowok itu semenjak awal kelas 10. Aku bahkan tak mengerti apa yang ia lihat dari cowok itu.

Ben duduk tepat di depan Adira, alias bangku paling depan. Dan itu terjadi setiap hari. Si gadis penabrak pintu ini sangat senang akan hal itu. Yah, hitung-hitung buat modus sedikitlah. Mau nanya mulai dari hal yang berbau pelajaran sampai hal yang sama sekali tidak penting, tinggal colek depan dan simsalabim terjadilah percakapan. Sebetulnya, tidak semudah itu juga. Adira bisa menjadi orang yang amat-sangat pemalu.

"Ben," panggil Adira. Aku meliriknya sambil menaik-turunkan kedua alisku. Aku tahu ini adalah satu trik-trik modusnya saja. Ia menatapku penuh arti sambil meletakkan telunjuknya di depan bibir.  Terlihat jelas dari raut wajahnya, ia sedikit gugup.

"Ya, Dir?" ia menoleh ke arah Adira.

"Lo udah ngerjain um... PR ekonomi belom?" tanyanya.

"Udah, emang kenapa?"

"Umm... Gue nggak ngerti sama elastisitas harga, ajarin dong," pintanya. Ia terlihat santai tapi aku tahu jauh di dalam dirinya ia sedang gugup setengah mati.

"Ya udah duduk sebelah gue sini," kata Ben sambil menepuk kursi di sebelahnya. "Gampang kok itu."

Adira menatapku penuh kemenangan sementara aku hanya tersenyum sambil memutar bola mataku. Dasar Adira. Sekarang aku harus apa? Aku harus jadi kambing congek di antara mereka berdua? Huh.

Permodusan Adira bisa dikatakan gampang, karena kami masih ada dalam satu lingkaran pertemanan. Yang jadi masalah adalah, Ben tidak pernah memberi sinyal balik dan tidak ada yang pernah tahu apa perasaannya terhadap Adira.

Omong-omong tentang lingkaran pertemanan, selama hampir satu semester di kelas 10 ini aku dekat dengan tujuh orang yang berbeda-beda, terkumpul pada satu grup bernama Camaraderie yang kalau disingkat menjadi CRD. Artinya adalah sesuatu yang berhubungan dengan persahabatan. Just google it. I'm not a walking dictionary. Duh.

Bukan, kami bukan tipe geng seperti itu. Tempat nongkrong kami cuma satu, yaitu grup LINE. Atau paling banter rumah Zetta atau Ivory Cafe. Semuanya berawal dari grup LINE yang iseng-iseng dibuat oleh Kayla. Entah siapa yang membuat grup itu ramai, tapi akibatnya, kami jadi sangat dekat.

Biar kuperkenalkan satu persatu anggota grup tidak jelas ini.

Ada Mikayla atau Kayla yang cantiknya melebihi Barbie. Cewek ini jadi primadona 10 IPS 1, atau bahkan lebih luas daripada itu. Yang kedua ada Arzetta atau Zetta, aku tidak mengerti apakah dia laki-laki atau perempuan... Casing boleh cewek, tapi kelakuannya? Hmm. Otaknya juga sangat encer, tak heran dia bisa masuk peringkat 1. Selanjutnya ada Humaira, biasa dipanggil Maira. Cewek berhijab ini yang paling alim dan sering kali  menjadi Mamah Dedeh-nya CRD, tapi orangnya tetep asik. Lalu ada Adira, aku sudah cukup menjelaskan tentangnya.

Itu baru yang cewek, belum lagi trio kwek-kwek yang turut meramaikan grup itu. Yang pertama Andika atau Dika, cowok yang paling sok ganteng. Ada juga Rafael atau Rafa yang paling pintar dan kocak, juga Beni alias Ben yang nggak jelas dan otaku sejati sama seperti Zetta.

Daripada dicuekkin sama dua sejoli itu, aku kembali mendengarkan lagu sampai bel tanda upacara dimulai berbunyi. Matahari bersinar terik, membuat kemalasanku bertambah ratusan kali lipat. Bayangkan, sudah dandan rapi-rapi ke sekolah, lalu harus keringetan lagi. Belum lagi ketika amanat pembina upacara panjangnya melebihi jalan raya Anyer-Panarukan.

Zetta selalu berdiri di barisan paling depan, karena dia paling rajin. Dan aku selalu berdiri di belakangnya, dan Adira di belakangku. Aku tidak suka berdiri di barisan paling depan, aku hanya merasa tidak aman. Namun aku juga tidak suka baris di barisan paling belakang, hanya membuatku mengantuk saja.

Ada satu alasan lagi kenapa aku tidak mau jauh-jauh dari barisan depan.

Dia. Yang berdiri di barisan laki-laki paling depan. Sang ketua kelas yang merupakan temanku sendiri. Dika.

Aku tak tahu sejak kapan perasaan tak keruan itu muncul, tapi yang jelas ini sangat aneh. Wajahnya tidak bisa dibilang ganteng-ganteng banget, walaupun dia merasa seperti cowok paling ganteng sejagat raya. Menjijikan? Ya. Tapi aku menyukainya. Ada yang bilang, rasa suka itu bisa menutupi kejelekan seseorang, seperti ini contohnya.

"Shh Arin daritadi gue panggil kok nggak nengok sih!" Adira mencolek-colek punggungku, sontak aku menengok ke belakang, ke arahnya. "Ya elah, ngeliatin si Dika mulu. Di kelas juga bisa kali sampe enek juga."

"Ish, ga suka aja sih lo."

Tapi, ada satu hal yang membuat hatiku mengganjal. Dia tidak memandangku seperti aku memandangnya, karena ia... Menyukai seseorang. Yang jelas bukan aku.

Dan yang lebih buruk, orang yang dia sukai adalah salah satu sahabatku.

-:-:-

Continue Reading

You'll Also Like

151 114 6
Tawa kian menggema terdengar di telinga, tawa dari seorang perempuan berhijab dengan senyuman manis. Kulit putihnya kontras dengan sinar matahari di...
2.2K 1.5K 23
"Berada diantara kesalahan membuat ku memiliki rasa bersalah yang cukup besar" Kehidupan itu tidak lepas dari permasalahan. Jika mendapatkan masalah...
13.5K 4.1K 58
[PART MASIH LENGKAP] "𝐏𝐞𝐧𝐠𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐮𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐌𝐚𝐮𝐭." ☁☁☁ Ini bukan kisah cinta segitiga seperti yang kalian pikirkan. Ka...
2.6K 1.6K 35
[ Part Lengkap ] Soalnya versi novel beda sama versi wattpad 🤪 ____ Satu hal yang ada dipikiran Clarissa saat berdiri di tepian jembatan. Mengakhir...