My Annoying Cute Girl [✓]

By Aobana_Lily28

27K 2.7K 265

Choi Beomgyu, gadis dari keluarga konglomerat yang iseng kabur dari rumah karena ingin mencoba yang namanya k... More

CH 00 : PROLOGUE
CH 01 : HER & HIM
CH 2 : THE DIFFICULTIES
CH 3 : ACCIDENT
CH 4 : REASON
CH 5 : ONE ROOFTOP
CH 6 : SUNGCHAN'S ENGAGEMENT
CH 7 : HIDE & SEEK
CH 8 : BURDEN
CH 9 : THEY KNOW
CH 10 : MEMORY (YOU & ME UNDER THE SKY WITH FIREWORKS)
>> SIDE STORY (HEEHOON : 1)
CH 12 : MISS-FEVER
CH 13 : STAY WITH ME
>> SIDE STORY (YEONBIN : 2)
CH 14 : SUSPICIOUS
CH 15 : HER SECRET
CH 16 : HIS EX
SIDE STORY (JAKENO : 3)
CH 17 : RUINED PLAN
CH 18 : BROKEN HEART
CH 19 : LITTLE PRINCESS
>> SIDE STORY (JAYWON : 4)
CH 20 : CHOI HOUSE
CH 21 : MRS. KANG
CH 22 : UNSTEADY
CH 23 : SPRING PICNIC
>> SIDE STORY (JICHEN : 5)
CH 24 : UNEXPECTED
CH 25 : ISSUE
CH 26 : CLARIFY
>> SIDE STORY (MARKHYUK : 6)
CH 27 : YEONBIN'S WEDDING
CH 28 : CALM
CH 29 : FOR A WHILE
>> SIDE STORY (NOMIN : 07)
CH 30 : THE END [✓]

CH 11 : MEMORY (I WON'T LOSE YOU)

605 77 6
By Aobana_Lily28

---
》My Annoying Cute Girl 《
---
-:: TaeGyu ::-
-:: Tomorrow X Together ::-
-:: Fanfiction ::-
---
Disclaimer :
Cerita ini murni hasil pemikiran author
Cerita ini hanya bermaksud untuk menghibur
Cerita ini tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata tokoh-tokoh yang termuat dalam cerita ini
---

Warning!!
-Cerita ini mengandung unsur pertukaran gender. Udah diingetin yah-
-Nggak suka nggak usah baca-
-Mohon hargai hasil karya orang lain-
-Berikanlah kritikan dan saran yang membangun-
-No julid-julid area-
---
Chapter 11 :
::::::
Memory
(I Won't Lose You)
---

Hari-hari paling mengerikan untuk Jung Sungchan adalah hari dimana dia tidak bisa menemui Beomgyu disaat pemuda itu membutuhkan, ditambah saat-saat dimana semua keluarganya menaruh rasa curiga padanya mengenai perginya Beomgyu.

"Huff..." pemuda di sebelahnya menoleh.

"Kenapa lagi kau?" Sungchan menoleh.

"Beomgyu" pemuda itu terkekeh. Terlampau hapal kalau sahabatnya ini benar-benar menyayangi adiknya.

"Kali ini karena apa? Karena kau bingung dimana dia berada sekarang, atau karena kau takut keluarga mu marah padamu karena menyembunyikan kepergian Beomgyu" Sungchan mendengus.

"Jangan ikut-ikutan menuduh Jisung. Kepala hampir pecah karena ini. Oh ya, ngomong-ngomong... bagaimana tunangan mu?" pemuda itu menghendikkan bahunya.

"Ya begitulah. Sama seperti mu yang dijodohkan dengan kak Taro, aku juga masih harus menyesuaikan diri. Terlebih kewarganegaraan kita yang berbeda" Sungchan mengangguk paham.

"Oh ya, katamu dia mengikuti kegiatan pertukaran pelajar dan masuk di Big Hit Art bukan?" Jisung mengangguk. Sementara Sungchan kembali terdiam.

"Chenle adalah sahabat lama Beomgyu, apa mereka akan mengetahui satu sama lain".

"Oh! Jisung, Sungchan... kalian bolos" kedua pemuda itu tersentak lalu menoleh dan menemukan empat orang yang sepertinya sedang hangout.

"Chenle? Kami hanya keluar sebentar untuk istirahat kok. Heheh" bohong besar. Sungchan menggeleng maklum. Selain Beomgyu, sebenarnya ada orang lain yang suka mengajaknya bolos. Alasannya sama, bosan karena pelajarannya hanya soal bisnis, bisnis, dan bisnis. Untuk Sungchan pintar, jadi bisa menyesuaikan. "Lalu Chenle sedang apa di sini?".

"Oh, sekolah kami akan mengadakan pameran kesenian tiga Minggu lagi. Jadi kami mulai mempersiapkannya" Jisung mengangguk paham. Manik empat gadis itu beralih pada Sungchan yang hanya terdiam. "Baiklah, kami pergi dulu. Semoga kalian tidak kedapatan kak Nana saat membolos yah" ujar Chenle lalu pergi bersama tiga sahabatnya.

Jisung dan Sungchan terdiam. Chenle tidak bisa dibohongi ternyata.

Sungchan menghela nafas dan menatap lega punggung Chnele.

"Dia bersama teman-teman Beomgyu. Aku yakin dia belum tau kalau Beomgyu di Big Hit Art adalah Beomgyu yang sama dengan sahabat kecilnya" batin Sungchan.

Sementara itu, kekacauan sedang terjadi di kediaman keluarga Kang. Pagi ini, setelah bangun dari tidurnya... nyonya Eunha meminta putra bungsunya itu untuk pulang. Dan... yah, kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi.

"Kenapa kau tidak bilang-bilang pada kami kalau kau tinggal dengan seorang gadis di apartemen mu?" Taehyun merotasikan matanya. Padahal dia baru sampai dan langsung ini yang dilakukannya... berduduk di sofa berjam-jam dan mendengarkan ocehan bundanya. Sementara di sebelah sang bunda sudah ada tunangannya yang kelihatan marah dengan kelakuan Taehyun.

"Untuk apa bunda. Toh dia hanya ku minta jadi pembantu di apartemen ku" nyonya Eunha mendengus.

"Justru itu. Akan jadi apa kalau orang lain sampai dengar kabar ini?" Taehyun menghela nafasnya.

"Karena itu aku menyembunyikannya. Kalaupun sampai terbongkar, sudah pasti si mulut besar itu yang menyebarkan beritanya" ujar Taehyun sembari menunjuk Chaeryeong dengan dagunya. Yang ditunjuk hanya bisa mendengus. Sementara nyonya Eunha mencebik.

"Bunda tidak mau tau. Usir perempuan itu" Taehyun menggeleng. Enak saja mau main usir Beomgyu.

"Tidak bunda" wanita itu menghela nafas.

"Kau menjalin hubungan dengannya?".

"Aku sudah mengatakannya bunda" wanita itu menatap tajam putranya.

"Taehyun kau sudah punya tunangan. Jangan macam-macam lagi".

"Iya-iya bunda. Memang salah begitu kalau aku dekat dengan orang lain?".

"Sekarang terserah kau saja. Tapi ingat ini yah! Dia hanya pembantumu. Jangan menaruh perasaan lebih padanya. Akan seperti apa pandangan orang-orang saat tau bahwa direktur utama Solomon Corp memiliki hubungan dengan pembantunya".

"Bunda ku mohon. Berhenti mengaturku, kenapa bunda selalu membeda-bedakan pekerjaan orang lain. Toh kalau dia bisa diandalkan bunda harus mengapresiasinya" ujar Taehyun dengan tampang memelasnya.

"Bisa yah sekarang kau melawan bunda. Pasti perempuan itu menghasutmu sampai kau seperti ini bukan?" Taehyun tersentak.

"Haah... tidak begitu bunda. Menyinggung soal bunda saja tidak pernah. Ya ampun... aku tidak pernah berniat melawan bunda. Tapi lihat perempuan seperti yang bunda pilihkan untukku. Dia tidak serajin Iseul, tidak seramah Iseul, tidak sebaik Iseul. Itu baru Iseul, jika ingin dibandingkan dengan pembantu ku sekarang... dia tidak ada apa-apanya".

"Taehyun... perempuan itu pasti benar-benar sudah mencuci otak mu" Taehyun terkekeh sarkas. Apa yang bisa dilakukan gadis polos seperti Beomgyu.

"Terserah bunda mau bilang apa. Sebelumnya aku sudah bilang bukan? Aku akan berusaha menyukai Chaeryeong kalau dia mau merubah sifatnya. Tapi kalau tidak... aku akan memilih Gyumie untuk tetap di samping ku meski bunda melarang. Toh ayah dan kakak tidak protes dengan itu" Taehyun berucap tepat saat sang ayah baru kembali dan sang kakak yang baru turun dan hendak pergi.

"Ada apa lagi ini?" tanya tuan Jungkook dengan nada lelah dan raut parahnya. Pasal jodoh Taehyun tidak pernah beres.

"Taehyun menyukai pembantunya" ujar nyonya Eunha dengan tampang kesalnya. Tuan Jungkook menatap tanya putra sulungnya.

"Memang kenapa dengan itu? Pembantu pun tidak masalah kalau dia mumpuni" Heeseung yang melihat itu terkekeh. Yah... terlampau mumpuni malah. Seandainya mereka tau kedok dibalik kata pembantu itu.

"Sudahlah ma. Ketimbang Chaeryeong memang kekasih Taehyun lebih baik. Dia siswi beasiswa, bertalenta, rajin, manis, menggemaskan, penurut, pintar memasak, dan sederhana. Tidak seperti Chaeryeong yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sama sekali" gadis itu memberengut setelah mendengar ucapan Heeseung.

"Untuk apa aku melakukan pekerjaan rumah sementara para maid bisa mengerjakannya" keempat anggota keluarga Kang terdiam. Heeseung tertawa, Taehyun dan tuan Jungkook menghela nafas, sementara nyonya Eunha menepuk jidatnya.

"Bagaimana kalau aku jatuh miskin nanti. Sudah pasti kau akan meninggalkan aku bukan?" ujar Taehyun membuat Chaeryeong tidak tau harus menjawab apa. "Lihat ma, istri macam apa yang tidak bisa membereskan rumah. Kalau rumah saja tidak bisa, bagaimana dia akan mengurus suaminya?" nyonya Eunha menghela nafas. Dia tidak bisa membela Chaeryeong kali ini.

"Chaeryeong, kau tau keluarga Kang tidak pernah membiarkan para pelayan yang memasakkan untuk kami bukan? Kalau pemikiran seperti itu... akan jadi apa putra ku nanti" Chaeryeong menundukkan kepalanya.

"Tapi Taehyun kan sudah biasa dimasakkan pembantu murahannya itu" Taehyun mencebik dan segera menggeleng.

"Tidak. Aku menyukainya dan aku tidak menganggapnya sebagai pembantu ku. Jadi dia tidak bisa dihitung sebagai pembantu" Heeseung mengangguk setuju.

"Kau bahkan berapa kali lebih tua dari Sunghoon dan gadis itu. Tapi kau kalah banyak. Apa saja yang kau lakukan selama dua puluh tiga tahun ini" Chaeryeong mencebik mendengar ucapan Heeseung.

"Berhenti menyudutkan Chaeryeong. Bunda akan mengajarinya mengurus rumah. Kalian tenang saja" Taehyun merotasikan maniknya.

"Semoga berhasil. Sudah terlambat bunda. Perasaan ku untuk perempuan tidak berguna itu tidak akan berubah" ujar Taehyun sembari berdiri dari duduknya dan bersiap-siap pergi.

"Mau kemana kau Taehyun?".

"Tentu saja kerja bunda. Gyumie sedang ke sekolah, tidak ada yang bisa ku lakukan selain bekerja kalau dia tidak ada" nyonya Eunha mendengus.

"Pergi kencan dengan Chaeryeong hari ini. Bunda tidak mau tau pokoknya" Taehyun mendengus.

"Ya terserah. Kalau sampai dia mempermalukan aku. Jangan marah kalau aku meninggalkannya" nyonya Eunha menatap nyalang putra bungsunya.

"Taehyun, tidak bisakah kau menyenangkan hati bunda sekali saja?" Taehyun mencebik.

"Bunda, aku sudah bilang. Aku mau... tapi kalau dia sampai membuat masalah, aku akan meninggalkannya" nyonya Eunha mendengus. Manik Taehyun menatap tak suka pada Chaeryeong. "Kau! Cepat ikut aku!" ujar pemuda itu sembari berbalik meninggalkan ruangan itu, sementara Chaeryeong mengekori Taehyun.

Nyonya Eunha menghela nafas lelahnya. Maniknya menatap ke arah putra sulungnya.

"Mau kemana kau Heeseung?".

"Ke tempat Hoonie bunda. Katanya dia tidak enak badan hari ini. Jadi aku ingin menjaganya" nyonya Eunha mengangguk.

"Bagus. Pergilah" Heeseung mengangguk lalu pergi dari tempat itu. Nyonya Eunha menatap tuan Jungkook yang juga menatapnya. Wanita itu mendengus lalu pergi ke dapur. Sementara tuan Jungkook hanya bisa pasrah dengan tingkah istrinya itu.

Manik pemuda bernama lengkap Kang Taehyun itu menatap ke jendela besar yang mengarah ke taman indah di sebuah restourant. Sebelah tangannya menopang dagunya, sementara sebelahnya lagi mengaduk-aduk makannya.

Jika dia seperti ini di depan Beomgyu... gadis itu pasti akan marah karena tidak memperhatikan table manner yang selalu diutamakan oleh keluarga konglomerat. Maniknya melirik malas pada wanita yang duduk berseberangan dengannya.

"Pelayan!" wanita itu tiba-tiba berseru membuat Taehyun menatap tanya padanya. Kenapa lagi perempuan di depannya ini.

"Iya nona, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah seorang pelayan setelah berdiri di sebelah meja Taehyun dan Chaeryeong.

"Kenapa masakannya tidak enak? Tunangan ku sampai tidak mau memakannya" baik Taehyun maupun dan pelayan itu tersentak. Buru-buru pelayan itu menunduk dengan tubuh bergetar.

"Kenapa kau bisa bilang tidak enak?" tanya Taehyun dengan raut bingungnya.

"Coba saja kau rasa masakannya. Benar-benar menjijikkan" Taehyun mengernyit dan mencoba makanan di piring Chaeryeong.

"Apa yang salah? Tidak ada yang salah dengan masakannya" Chaeryeong tersentak. "Ini enak kok. Kalau kau tidak suka, masak sendiri sana" dengus Taehyun dengan tampang jengahnya.

Si pelayan mendengus menahan tawanya. Chaeryeong yang sadar akan kelakuan pelayan itu mendengus.

"Berani kau menertawai ku" pelayan itu kembali terdiam.

"Tidak perlu marah. Toh skill memasak mu memang berada dibawah pelayan" Chaeryeong mendengus.

"Taehyun, harusnya kau membela ku?".

"Apa yang harus ku bela darimu kalau semua yang kau lakukan itu salah" Chaeryeong memberengut. Sementara pelayan itu susah payah menahan tawanya.

"Ya tapikan tidak perlu membandingkan aku dengan orang-orang rendahan seperti mereka" Taehyun mencebik.

"Kau benar-benar tidak belajar ya Chaeryeong. Kau tau apa yang tidak ku suka darimu? Sikap sombong mu dan sifat mu yang selalu merendahkan orang lain. Apakah sulit untuk mu menghargai orang lain?" Chaeryeong memberengut.

"Untuk apa aku menghargai orang-orang seperti mereka. Menjijikkan, buang-buang waktu".

'BRAK'.

Dengan emosi Taehyun menggebrak meja itu hingga membuat Chaeryeong juga sang pelayan terperanjat.

"Taehyun... kau mengaget-".

"Aku benar-benar sudah muak denganmu Chaeryeong. Aku terima kalau kau tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Kau tidak bisa masak, kau bisa belajar pada bunda dan ibumu. Tapi aku paling tidak suka kalau kau sampai merendahkan status sosial, derajat, atau pekerjaan mereka" Chaeryeong melongo.

"Tapi... untuk apa. Ayolah, maksudku. Menghargai mereka hanya buang-buang waktu. Mereka tidak penting dalam kehidupan kita" Taehyun mengangguk.

"Jadi itu menurut mu?" Chaeryeong mengangguk dengan yakin. "Pelayan, apa ada roti bawang?" dengan gugup pelayanan itu mengangguk. "Tolong bungkus kan beberapa untuk ku".

"Baik tuan".

"Tunggu dulu!" ujaran Chaeryeong membuat pelayan itu kembali berhenti. "Kenapa kau beli roti bawang? Untuk apa? Aku tidak suka itu" Taehyun merotasikan maniknya.

"Itu untuk Gyumi bukan untuk mu. Tidak sudih aku membelikan orang yang bisanya hanya merepotkan aku. Tolong cepat bungkus kan" pelayan itu langsung pergi untuk menyiapkan pesanan Taehyun.

"Lalu bagaimana dengan sampah yang menumpang di rumah mu itu. Kau lebih memilih dirinya ketimbang aku? Memang apa yang sudah dia berikan padamu? Apa dia memberikan tubuhnya untuk-".

"CUKUP CHAERYEONG!" seru Taehyun yang emosinya sudah berada di ubun-ubun.

"Kau membentak ku? Apa yang salah? Aku benarkan?" Taehyun mendesis.

"Maaf saja. Gyumie bukanlah orang yang sama seperti mu. Dia gadis yang baik dan tidak akan membiarkan dirinya dinodai oleh sembarang orang" ujar Taehyun. "Yah... meskipun aku sudah menodai bibir manis, tapi itukan masih wajar. Toh kami juga saling suka" batin Taehyun. "Kau mau tau apa yang sudah dia lakukan untukku? Intinya bersamanya itu lebih baik ketimbang bersama mu" Chaeryeong membelalak dan menatap tak percaya pada Taehyun.

"Yang benar saja".

"Maaf tuan, ini pesanan anda" Taehyun mengangguk lalu mengambil sekantung roti bawang dari pelayan itu.

"Ini bayaran roti ini juga makananku. Uangnya pas. Untuk makanan perempuan itu... dia bayar sendiri. Kalau dia tidak punya uang, suruh saja dia cuci piring" pelayan itu menunduk.

"Yaak!! Taehyun bisanya kau" pemuda itu acuh dan tetap melangkah pergi. Chaeryeong mencebik. Dia benar-benar kesal hari ini. Wanita itu melirik pelayan di sebelahnya. Semua karena makanan dan pelayan itu.

Di apartemen Taehyun, Beomgyu yang baru pulang dari sekolah sibuk menyelesaikan lukisannya. Dia akan menyembunyikannya dari Taehyun. Biar bisa jadi kejutan nanti.

'Kriet'.

Pintu itu tiba-tiba terbuka dan membuat Beomgyu buru-buru menghampiri pintu, lalu menghalangi Taehyun untuk tidak masuk. Pemuda itu mengernyit.

"Kenapa?" Beomgyu mengercutkan bibirnya.

"Aku sedang melukis, kakak jangan lihat dulu" Taehyun merotasikan matanya. Lalu berbalik dan pergi dari kamar Beomgyu. Si gadis hanya bisa menatap bingung punggung si pemuda. Apa majikannya itu bad mood lagi?.

Buru-buru Beomgyu membereskan peralatan lukisnya dan menyembunyikan hasil lukisannya yang belum setengah jadi. Setelah beres, Beomgyu pergi ke kamar Taehyun. Untuk sekarang gadis itu sudah dibebaskan keluar masuk kamar Taehyun, tapi tidak untuk ruang kerja pemuda itu.

'Tok... tok... tok...'.

"Kakak?".

"Masuk Gyu" gadis itu langsung membuka pintu kamar Taehyun. Beomgyu menggeleng begitu mendapati Taehyun yang berbaring telungkup di atas ranjangnya.

"Kenapa kak?" tanya gadis itu setelah berduduk di sisi ranjang tepat di sebelah kepala Taehyun.

"Chaeryeong" Beomgyu tersenyum lembut. Sebelah tangannya bergerak mengusap lembut surai Taehyun.

"Apa bundanya kakak meminta kakak pulang karena nona Chaeryeong?" Taehyun mengangguk. "Lalu apa yang terjadi?".

"Aku diminta pergi kencan dengannya" gerakan Beomgyu berhenti sejenak, sebelum lanjut mengusap surai majikannya itu.

"Lalu?".

"Aku kesal dia menjelek-jelekan mu" Beomgyu mengulum senyumnya.

"Memang apa yang dia katakan soal aku?" Taehyun mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Pemuda itu menatap ragu pada gadis itu.

"Kau ingin tau?" Beomgyu mengangguk. "Sebaiknya kau tidak tau" si gadis mendengus.

"Bikin penasaran saja" dengusnya dan sukses membuat Taehyun terkekeh gemas. Tangan pemuda itu menarik si gadis hingga gadis itu berbaring telentang di atas tubuh pemuda itu. Sementara tangan Taehyun bergerak melingkari tubuh gadis itu.

"Aku tidak ingin membuat mu sakit hati. Jadi ku sembunyikan saja yah?" Gadis itu menghela nafasnya, lalu menyandarkan kepalanya ke dada bidang Taehyun.

"Terserah kakak saja" tangan mungilnya bergerak memilin bagian atas kaos Taehyun.

"Kapan pameran sekolah mu diadakan?".

"Hngg? Pameran sekolah?" Taehyun mengangguk sebelum mengecup sayang pucuk kepala Beomgyu. "Tidak lama lagi" Taehyun terkekeh.

"Tidak lama laginya itu kapan Gyumie sayang" gadis itu mengangkat kepalanya dengan manik yang mengerjap.

"Sayang?" Taehyun mengembangkan senyumnya sebelum mencuri satu kecupan pada bibir gadis itu. Baiklah... wajah Beomgyu sudah pasti kembali memerah. "Kakak... kebiasaan" Taehyun terkekeh dan kembali menarik Beomgyu ke dalam pelukannya.

"Kenapa? Kau tidak suka?" bibir gadis itu mengercut.

"Bukan tidak suka... hanya saja... hubunganku dengan kakak belum sampai ke tahap itu. Aku tidak ingin kelewatan. Kakak punya tunangan, lalu... aku belum memberi tau keluarga ku soal ini" Taehyun mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa keluarga mu juga harus dilibatkan?".

"Kakak tidak serius menyukai ku kalau begitu" Taehyun tersentak.

"Kenapa kau berpikir begitu? Aku benar-benar serius sayang padamu tau" Beomgyu merenggangkan pelukannya.

"Kalau kakak serius, tentunya kakak mau hubungan kita diketahui keluarga. Kalau tidak, itu artinya kakak tidak serius" Taehyun mengembangkan senyumnya. Yang seperti ini Chaeryeong bilang murahan?

"Maaf-maaf. Kakak salah" Beomgyu memberengut dan kembali memeluk Taehyun.

"Tapi... kakakkan punya nona Chaeryeong. Bundanya kakak juga pasti tidak akan menyetujui hubungan kita. Apa bisa kita sampai ke jenjang yang serius. Terlebih... aku ini hanya pembantu kakak" Taehyun mencebik dan kembali mengubah posisi mereka. Tadinya Beomgyu yang menindih Taehyu. Tapi sekarang kebalikannya.

"Sudah kakak bilang jangan merendahkan dirimu. Kau itu istimewa. Soal hubungan kita... kalau kita berusaha, kita pasti bisa" Beomgyu menghela nafas.

"Jangan membuat aku terlalu berharap pada kakak. Aku tidak ingin sakit hati pada akhirnya"  Taehyun berpindah berbaring di sebelah Beomgyu lalu menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Kau bisa memberi kakak waktu bukan?" Beomgyu mengangguk. "Kakak akan berusaha untuk mu" Beomgyu kembali menghela nafas sebelum menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Taehyun. "Oh ya, tadi kakak beli roti bawang. Kau mau?".

"Sebentar saja. Aku sudah terlanjur nyaman" Taehyun terkekeh.

Yah... keduanya sama-sama sudah terlanjur nyaman. Saking nyamannya... mereka tidak bisa bayangkan akan seperti apa mereka jika mereka kehilangan satu sama lain.

Beberapa hari kemudian, di kantin Big Hit Art High School. Nampak empat gadis masih sibuk mengunyah makan siang masing-masing.

"Haah... rasanya tidak asyik kalau kak Sunghoon tidak masuk" ujar Jungwoon dengan wajah lemasnya.

"Yah... Jungwoon kan paling dekat dengan Sunghoon" celetuk Beomgyu dan ditanggapi dengusan oleh Sunoo.

"Mana ada. Dia juga selalu mengeluh kalau kau tidak masuk. Aku yang capek terus menerus mendengar keluhannya" Jungwoon mendengus, sementara Beomgyu terkekeh. "Kau juga, kau itu mudah sekali sakit. Tolong jaga kesehatan mu" Beomgyu mengembangkan senyumnya.

"Hehe... terima kasih. Kalian perhatian sekali".

"Kalau kak Sunghoon yang sakit, aku sih tidak heran. Dia selalu sibuk latihan. Sudah itu, latihan dance dan latihan ice skating yang sama-sama makan tenaga. Lah Beomgyu, terkena hujan sedikit saja sudah langsung demam" ujar Chenle membuat Beomgyu memberengut.

"Kau pikir aku mau begitu. Tapi ngomong-ngomong... kalian sudah pergi menjenguknya?" Sunoo dan Chenle menggeleng.

"Mamaku cukup dekat dengan bundanya kak Sunghoon. Jadi aku sudah sempat pergi menjenguknya. Tapi ada kak Heeseung jadi aku tidak bisa mengganggu mereka".

"Bagaimana kalau sebentar sore kita ke sana?" tanya Sunoo dan ditanggapi anggukan oleh Chenle dan Jungwoon. "Beomgyu bagaimana?".

"Ngg... aku harus minta izin dulu" ketiga sahabatnya mengangguk paham. Mereka tau Beomgyu tidak tinggal sendiri, jadi gadis itu tidak begitu bebas untuk beraktivitas di luar.

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan lukisan mu? Bukankah Minggu depan sudah penilaian?" Beomgyu mengangguk.

"Sudah hampir selesai ko" ketiga gadis itu menatap iri pada Beomgyu. "Kenapa melihat ku begitu?".

"Lukisan mu sudah pasti lolos. Jadi kau tidak perlu serius belajar di kelas lagi" Beomgyu terkekeh mendengar celetukan Jungwoon.

"Hey, kalian juga ikut kegiatan pertunjukannya bukan? Kalau kalian terpilih... hadiahnya juga sama dengan hadiah ku".

"Ya terserah lah. Semoga berhasil Gyu" gadis itu mengangguk. Mereka kembali fokus dengan makan siang mereka dan diselingi perbincangan kecil oleh empat gadis itu.

Satu minggu kemudian...

Skip time terus yee. Biarlah, biar Gyu-nya cepat pulang.

Dengan senyum lebar dan raut bahagianya, Beomgyu berlari menyusuri lorong menuju apartemen Taehyun. Tangan gadis itu membawa lukisan hasil karyanya yang tertutup sebuah kain.

Ya karena sudah pasti lukisannya akan dibeli kalau dipajang, jadi Beomgyu batal memajangnya, karena niatnya kan memang untuk diberikan pada Taehyun.

Dengan semangat gadis itu menekan beberapa tombol untuk membuka pintu apartemen Taehyun.

"Kak Tae-" seruan gadis itu tiba-tiba berhenti begitu mendapati tiga orang asing di ruang tamu apartemen Taehyun. "O-oh, ada tamu?" tanya gadis itu dengan raut polosnya.

"Bunda lihat, apa bunda akan membiarkan Taehyun bersama perempuan tidak tau sopan santun sepertinya?" Beomgyu menelengkan kepalanya dan menatap bingung dia perempuan yang belum di kenalinya.

Dua perempuan itu cukup terkejut dengan penampilan Beomgyu. Seperti yang di duga Heeseung, keduanya cukup terkejut dengan tipe gadis yang disuka Taehyun sekarang. Apa tidak salah Taehyun menyukai gadis bertampang bayi seperti ini?.

"Ehem..." wanita itu berdehem dan menatap Beomgyu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Yang ditatap tentu saja tidak nyaman. Gadis itu menatap ke arah Taehyun yang kelihatan merasa bersalah. "Jadi kau pembantunya Taehyun?" Beomgyu mengangguk gugup. "Betulan hanya pembantu?" Beomgyu menatap Taehyun lalu mengangguk ragu. "Kau memiliki perasaan lebih padanya?" dan kali ini Beomgyu terdiam.

"Dasar tidak tau diri. Kau tau Taehyun sudah punya tunangan, masih juga kau dekati? Dasar perempuan kegatalan" cibir Chaeryeong membuat Beomgyu dan Taehyun diam-diam mendengus.

"Siapa namamu?" tanya si gadis yang sejak tadi hanya menyimak.

"J-Jung Beomgyu" gadis itu mengangguk.

"Melihat dari seragam mu... sepertinya kau siswi di Big Hit Art yah?" Beomgyu mengangguk. "Kau masuk jalur beasiswa?" Beomgyu kembali mengangguk.

"S-sebenarnya itu beasiswa untuk di HYBE, tapi ku alihkan ke Big Hit Art" gadis itu terdiam. Mendapat beasiswa di HYBE dan diizinkan untuk dialihkan ke cabang yayasan sekolah lain. Sudah pasti gadis di depannya ini bukan gadis yang bisa diremehkan. Sebuah seringai tercipta di wajah cantik gadis itu.

"Begitu? Tapi sayang sekali kau hanya pembantu. Kau pikir kau pantas bersama kakak ku?" Taehyun mencebik.

"Kalian berlebihan. Sudah ku bilang aku tidak memandang pekerjaan dan kasta mereka, yang penting mereka kompeten".

"Kenapa cari yang pintar kakak? Bisa saja dia berniat menjebak kakak. Dia hanya pura-pura baik pada kakak supaya dia bisa menguasai harta kakak" ucapan gadis itu sontak membuat Taehyun dan Beomgyu tersentak. Gadis itu langsung menggeleng dan tidak membenarkan ucapan gadis itu.

"Yuna, ucapan mu keterlaluan" protes Taehyun yang ditanggapi hendikan bahu oleh adik sepupunya itu.

"A-aku sama sekali tidak punya niat seperti itu. Aku tulus menyayangi kak Taehyun" ujar gadis itu dengan raut memelasnya. "Untuk apa juga, toh saham ku di perusahaan papa juga banyak" batin Beomgyu.

"Hati orang siapa yang tau" Taehyun menghela nafas dan memijat pelipisnya.

"Gyumie, masuk kamar sana" titah Taehyun dengan nada lembutnya dan lagi-lagi membuat tiga perempuan itu terkejut. Sementara Beomgyu mengangguk. Gadis itu hendak pergi, namun ucapan nyonya Eunha menghentikan langkahnya.

"Siapa yang mengizinkan mu pergi huh?" Beomgyu bimbang. Gadis itu menatap bingung pada Taehyun dan nyonya Eunha. Sejujurnya Yuna ingin sekali tertawa melihat ekspresi kebingungan Beomgyu. Tapi berusaha dia tahan.

"Gyumie, menurut pada kakak yah?" Beomgyu menghela nafas.

"Maaf nyonya" lirih gadis itu dan langsung pergi ke kamarnya. Wanita itu menghela nafas.

"Kenapa kau menyuruhnya pergi? Tentunya bunda harus tau seluk beluk tentang gadis yang kau sukai. Terutama asal usul keluarganya" Taehyun mendengus.

"Untuk apa bunda? Bunda mau mempermalukan keluarganya sama seperti bunda mempermalukan keluarga Iseul waktu itu? Ku mohon bunda. Berhenti memaksa ku untuk menyetujui perjodohan bodoh ini. Aku tidak pernah dan tidak akan pernah mencintai Chaeryeong".

"Kau belum mencobanya Taehyun".

"Siapa bilang? Aku bahkan sudah memberikannya kesempatan berkali-kali. Tapi apa? Dia selalu mengecewakan aku".

"Ya, karena di kepala mu sudah terpenuhi dengan perempuan itu" Taehyun terkekeh.

"Aku tidak akan mengelak soal itu bunda. Tapi... sebelum aku mengenal Beomgyu pun sudah seperti itu bukan? Sekali benci, aku tetap benci. Tidak ada perasaan lain untuk Chaeryeong selain benci dariku bunda" wanita itu terdiam. "Aku tidak berniat mengusir bunda, tapi... kalau bunda sudah selesai... tolong tinggalkan tempat ini. Aku tidak akan mengikuti kemauan bunda soal perjodohan dengan Chaeryeong karena dia sudah mengacuhkan setiap kesempatan yang ku berikan" wanita itu mendengus.

"Taehyun kau-".

"Sudahlah bibi. Tidak ada gunanya memberi tau kak Taehyun dengan emosi. Sebaiknya kita pulang" wanita itu mendengus dan akhirnya pergi bersama Yuna dan Chaeryeong.

Taehyun menghela nafas. Dia sudah lelah dengan perjodohan paksanya dengan Chaeryeong. Langkah kaki pemuda itu membawanya ke kamar Beomgyu.

'Tok... tok...'.

"Gyumie" panggil pemuda itu dengan nada lembutnya. Tak lama Beomgyu keluar dengan raut wajah yang terlihat kebingungan.

"Kenapa kakak?" Taehyun tidak menyahut. Pemuda itu sibuk menatap wajah manis Beomgyu dengan tangannya yang mulai membelai surai sepinggang gadis itu.

"Gyumie, sayang... ku mohon... apapun yang terjadi jangan tinggalkan aku" ujar Taehyun sembari memeluk Beomgyu. Gadis itu menghela nafas disertai anggukannya.

"Iya kakak".

Hari ini, benar-benar hari yang tidak disangka oleh Beomgyu. Baru kemarin dia berjanji pada Taehyun... tapi hari ini, dia akan melanggarnya.

"Gyu!" gadis itu menoleh dan menemukan kakak kelas sekaligus sahabatnya.

"Kenapa kak Sunghoon?" gadis itu menatap ragu pada Beomgyu. Saat ini mereka berada di ruang lukis, tempat dimana Beomgyu biasa menghabiskan waktunya kalau sedang kosong.

"Ada yang ingin bertemu dengan mu" Beomgyu mengangkat sebelah alisnya dan menatap tanya pada Sunghoon. Tak lama setelahnya... seorang wanita memasuki ruangan itu. Buru-buru Beomgyu membungkuk memberi hormat.

Wanita itu melirik Sunghoon sejenak.

"Kau kenal gadis ini?" Sunghoon mengangguk.

"Iya bibi. Beomgyu sahabat ku" nyonya Eunha mengangguk paham.

"Lalu... apa kau juga tau kalau Beomgyu tinggal di apartemen Taehyun?" Sunghoon kembali mengangguk. "Lalu kenapa kau tidak bilang pada bibi?".

"Aku tidak mengatakannya karena... seperti yang dikatakan kak Heeseung, jangan ikut campur masalah pertunangan kak Taehyun dan kak Chaeryeong. Jadi aku memilih diam" nyonya Eunha terdiam. "Kalau begitu aku permisi bibi" ujar gadis itu kemudian pergi.

Perhatian nyonya Eunha kembali teralih pada Beomgyu. Sebenarnya... dia lemah di depan Beomgyu. Gadis itu terlalu ikut untuk disakiti.

"Ehem... Jung Beomgyu benar?" si gadis mengangguk. "Aku tidak akan berlama-lama. Sebagai bundanya Taehyun, aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuk putra ku. Aku tidak ingin putra ku berbaur dengan orang-orang yang akan merugikannya. Aku tidak berniat menyakiti mu, jadi... ku mohon jauhi putra ku sebelum aku melakukan lebih padamu".

Beomgyu terdiam. Gadis itu tidak bisa mengiyakan juga tidak bisa menolak.

"Itu saja. Ku harap kau mau mendengarkan aku".

Beomgyu kembali berduduk di kursinya setelah nyonya Eunha pergi.

"Apa yang harus aku lakukan? Haah... maaf kakak. Aku tidak bisa menolak permintaan seorang ibu".

"Aku pulang!" seru Taehyun begitu memasuki apartemennya. Pemuda itu mengernyit saat tidak mendapatkan balasan dari gadisnya. Langkah besarnya langsung menyusuri seluruh area apartemennya. "Gyumie? Kau dimana?" baik... pemuda itu mulai panik karena tidak menemukan Beomgyu dimana-mana.

Taehyun langsung pergi ke kamar Beomgyu. Tanpa mengetuk pintu, Taehyun langsung membuka pintu itu lalu memasukinya. Pemuda itu naik ke tempat dimana ranjang Beomgyu berada.

Pemuda itu menghela nafas lega begitu mendapati Beomgyu yang tengah tidur dengan lelapnya.

"Ya ampun... mengkhawatirkan aku saja" gerutu pemuda itu sebelum ikut berbaring di sebelah si gadis dan sukses mengganggu tidur gadis itu.

"Mmhh..." Taehyun terkekeh melihat wajah Beomgyu yang kelihatan terganggu.

"Bangun beruang kecil ku. Kau mau tidur terus?" ujar Taehyun sembari mencubit gemas pipi Beomgyu.

"Hnggh... aku mengantuk kakak" lirih gadis itu sembari meringsek masuk ke pelukan Taehyun. Si pemuda hanya bisa terkekeh gemas melihat tingkah lucu si gadis yang muda beberapa tahun darinya itu.

"Sampai kapan kau mau tidur hm?" pemuda itu mengalah dan membiarkan Beomgyu tidur memeluknya. Kepala pemuda itu bersandar pada telapak tangannya yang menumpu pada kasur Beomgyu. Sementara sebelah tangannya sibuk mengusap surai lembut Beomgyu.

"Aku belum lama tidur kakak. Sepulang sekolah, aku langsung beres-beres dan baru tidur beberapa menit yang lalu" Taehyun kembali terkekeh.

"Kalau begitu, maaf mengganggu mu sayang" ujar pemuda itu sembari memeluk erat tubuh Beomgyu. Si gadis mengangguk dalam pelukan Taehyun.

Mereka diam dalam posisi itu hingga Beomgyu kembali tertidur. Sadar kalau dirinya masih memakai baju kerjanya, Taehyun segera bangkit dan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Tidak berniat mengganggu beruang kecilnya, Taehyun akhirnya masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

---

Keesokan paginya. Beomgyu sudah terjaga dari tidurnya meski waktu masih menunjukkan pukul empat pagi. Dengan cepat gadis itu beranjak bersiap untuk membereskan apartemen Taehyun. Tak lupa juga gadis itu menyiapkan makan pagi untuk pemuda yang benar-benar sudah mencuri hatinya itu.

Setelah semua beres, Beomgyu masuk ke kamarnya Taehyung. Ditatapnya lamat-lamat wajah tampan Taehyun yang sedang tertidur. Gadis itu ingin sekali menangis saat melihatnya. Dengan hati-hati gadis itu tertidur di sisi ranjang Taehyun. Tangan mungil gadis itu perlahan mengusap surai si pemuda.

"Maafkan aku kak. Aku ingin terus bersama kakak. Tapi... aku tidak ingin menyakiti hati seorang ibu yang tidak rela putranya dekat dengan perempuan yang bukan pilihannya" lirih gadis itu sebelum mengecup lembut kepala Taehyun. "Aku mencintai kakak".

Beomgyu bangkit, kemudian pergi ke kamarnya. Alasan kemarin Beomgyu tidur juga karena sibuk membereskan barang-barangnya. Manik pemuda itu menatap lukisan berisi kenangannya bersama Taehyun yang terpajang rapi di-jangka lukisnya. Beomgyu tersenyum miris menatap lukisan itu.

"Selamat tinggal kak, tolong jangan cari aku" dan setelah itu... Beomgyu benar-benar pergi dari apartemen Taehyun.

Mentari semakin meninggi. Cahaya yang masuk melalui celah gorden kamar Taehyun mulai mengusik tidur pemuda itu. Pekerjaannya di kantor selalu membuat tenaganya terkuras. Apalagi kalau bundanya sudah memintanya untuk kencan dengan Chaeryeong. Lelah fisik, lelah batin. Itulah yang Taehyun rasakan.

Pemuda itu bangkit dari tempat tidur setelah meregangkan otot-ototnya. Langkah kakinya membawa pemuda itu keluar, berharap gadis kesayangannya masih sibuk berkutat di dapur. Namun yang ditemukan oleh Taehyun adalah kekosongan dan meja makan yang sudah dipenuhi beberapa jenis masakan.

"Gyu!" pemuda itu berseru dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar Beomgyu. Tidak ada sahutan. Pemuda itu mengernyit bingung. Pasalnya ini masih terlalu panjang untuk Beomgyu pergi ke sekolah.

'Kriet'.

Kosong. Itulah yang Taehyun dapatkan begitu melihat kamar Beomgyu. Namun maniknya jatuh ke lukisan indah yang terpajang di kamar. Meski ada yang sedikit berbeda... tetapi pemuda itu yakin bahwa dua orang yang berada di lukisan itu adalah dirinya dan Beomgyu.

(Ilustrasi lukisan Beomgyu kayak gini yah. Gambar bukan punya Ily, pict-nya nemu dipinterest doang).

Senyum Taehyun mengembang, namun seketika juga senyum itu menghilang saat maniknya menangkap beberapa patah kata pada selembar kertas yang tersemat pada lukisan itu. Rahang pemuda itu mengeras dan segera mencabut juga meremas kertas tak bersalah itu.

"Kau pikir mudah lari dariku Gyumie? Aku tidak akan membiarkan kejadian lama terulang kembali. Aku akan menemukan mu, aku tidak akan kehilanganmu"...

  -:: TBC ::-

See you next chapter...
Bubye....

Continue Reading

You'll Also Like

101K 14.3K 58
Campus' Diary "Jun, kak Yunseong kapan jadi pacar gue?" "Kapan-kapan kalo lo mimpi." "Ih, kok lo jahat, sih, sama gue? Bodoh ah, gue pundung." "He, p...
503K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
467K 28.9K 26
Bagaimana kisahnya 6 bersaudara bertemu dengan 6 bersaudara lainnya yang berasal dari negeri tirai bambu. Mereka yang awalnya saling membenci berubah...
504K 37.5K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.