DEVANDRA [PRE ORDER]

By STRAWBERRYMILK_38

5.5M 380K 55.9K

BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ⚠️WARNING⚠️ TERDAPAT KATA-KATA KASAR DAN ADEGAN BERBAHAYA! TIDAK UNTUK DIT... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CAST/VISUAL
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 15
CHAPTER 19
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 50
CHAPTER 53 [END]
INFORMATION
SEQUEL
SPIN OFF [DANIEL & CACA]
DEVANDRA TERBIT?!
VOTE COVER
PRE ORDER DEVANDRA

CHAPTER 10

156K 12.9K 1.9K
By STRAWBERRYMILK_38

STRAWBERRY MILK BACK!

SAY HI TO VANO 🤘

SAY HI TO DANIEL 🤘

SAY HI JUGA TO ZARCO 😜 🤙

HAPPY READING 📖

Sesungguhnya kebahagiaan itu tak abadi. Di balik gelak tawa, tak terhitung berapa kali pertengkaran dijalani, rasa cemburu yang membakar, posesif begitu meningkat, kecurigaan menjadikan hari-hari seperti penuh kerikil tajam untuk dilewati dan sebagainya.

* * * * * *

CHAPTER 10: GEDUNG APARTEMEN DEVAN 1

Kriingg kriingg
Today's study time has finished. See you later.

"Saya akhiri pelajaran hari ini, selamat siang semua."

"Siang, Bu."

Seluruh murid kelas XI IPA 1 merapikan buku-buku yang ada di meja. Memasuk kan nya kembali ke dalam tas. Satu persatu pergi meninggalkan kelas.

"Udah? Ayok," ajak Lauren. Gadis itu berjalan mendahului mereka bertiga, saat sampai di depan pintu, Lauren berhenti sejenak.

"Kenapa, Ren?" tanya Aurel.

"Ada mereka," jawabnya seraya menunjuk pintu keluar dengan dagu.

Alexa, Aurel, dan Clara saling bertatapan. Alexa melangkah menyusul Lauren yang sudah di depan pintu. Saat keluar, Alexa melihat Devan yang berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana dengan punggung yang disandarkan di dinding, di belakangnya ada ke-enam sahabatnya.

"Udah lama nunggunya?" tanya Alexa mendekati Devan.

Devan menoleh, tersenyum saat mendapati gadisnya yang berjalan ke arahnya. " Belum," jawab Devan.

Mereka semua berjalan menuju parkiran. Sepanjang koridor, banyak yang memperhatikan mereka, dimana-mana selalu menjadi pusat perhatian. Devan merangkul bahu gadisnya.

"Mau naik mobil atau motor?" tanya Devan saat sampai di parkiran.

"Kamu waktu berangkat naik apa?" Alexa bertanya balik.

"Tadi berangkat naik motor, tapi kalau kamu mau naik mobil nanti aku bisa nyuruh orang rumah bawain mobil ke sini," tutur Devan.

"Cowok cuek kalau udah bucin, damage nya nembus dimensi lain," celetuk Arya.

"Nggak mikirin temen! Kita-kita cuma dianggep makhluk halus," sindir Vano sambil melirik Devan.

"Orang bucin jangan diganggu, kena gaplok rasain lo," kata Kenzo, mengingatkan Arya dan Vano. Ini yang lagi bucin Devan loh, ketua geng, sindir dikit bacok.

"Kalau nyindir pakai bahasa Arab, kek. Biar barokah dikit," sahut Farrel.

"Jadi pulang nggak?" Aurel jengah dengan perdebatan mereka.

"Iya tuh, masa adu bacot di parkiran, nggak elit banget," cibir Clara.

"Yaudah ayok balik."

Kenzo, Rayyan, Farrel, Vano, Daniel, dan Arya mengendarai motor masing-masing. Sedangkan Aurel, Clara, dan Lauren menggunakan satu mobil. Mereka memang berangkat bersama tadi, menggunakan mobil Aurel. Mereka semua meninggalkan Devan dan Alexa.

"Jadi kamu mau naik apa?" Devan kembali bertanya.

"Naik motor aja, biar cepet, ditinggal kan sama mereka. Kamu sih lama," omel Alexa, sebenarnya Devan tidak perlu berlebihan seperti itu, hal itu malah menghambat waktu.

"Iya, maaf." Alexa mengangguk sebagai balasan.

Devan mengeluarkan motornya dari parkiran, menaikinya lalu memakai helm full face nya. Menyuruh Alexa untuk naik. "Udah?" tanya Devan kepada Alexa yang berada di belakangnya.

Alexa mengangguk, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Devan, menenggelamkan wajahnya pada punggung Devan, menghirup aroma citrus yang menguar dari tubuh lelaki itu.

Devan tersenyum dibalik helm full face nya. Tangan kirinya terulur menggenggam tangan Alexa yang berada di perutnya. Mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, ingin lebih lama menikmati waktu bersama gadisnya, seperti tidak ada hari esok.

"Mau pulang kemana?" tanya Devan berusaha memecahkan keheningan yang menyelimuti keduanya.

"Anterin pulang ke rumah dulu, habis itu mau ketemu Mama Maureen," jawab Alexa sedikit berteriak.

Devan mengangguk. "Aku malem ini mau tidur di apartemen, kamu mau ikut?"

"Iya." Setelah itu, keadaan kembali hening.

Devan mengantarkan Alexa di Mansion gadis itu. Alexa turun dari motor, memperhatikan Devan yang tengah melepas helmnya, dirinya terpesona selama beberapa saat.

"Aku tau aku ganteng." Devan melakukan wink, mengedipkan satu matanya dengan senyum jahil yang terpatri di wajahnya.

"Geer banget, Mas," sinis Alexa.

Devan terkekeh lalu mengenggam satu tangan Alexa, mengajaknya memasuki Mansion gadis itu. Para pelayan dan bodyguard menundukkan kepalanya.

Sonya turun dari tangga. Tumben, biasanya pakai lift. "Alexa, Devan, kalian udah pulang," ucap Sonya berbasa-basi.

"Belum, Bun. Ini arwahnya." Alexa memutar bola matanya malas, basa-basi yang nggak bermutu.

"Kamu bercandanya bisa aja, udah sana ganti baju dulu," pinta bunda.

Alexa mengangguk, melepaskan tangannya dari genggaman Devan. "Aku ke atas dulu, kamu ngobrol aja sama bunda." Alexa melangkah menuju lift.

Sonya mengajak Devan ke ruang tamu. "Devan mau ngajak Alexa ke rumah."

Walaupun wajahnya datar, Devan masih punya rasa hormat kepada yang lebih tua. Terlebih, itu adalah Bunda gadisnya, calon mertuanya.

Sonya tersenyum lembut, memaklumi sifat kekasih putrinya. "Iya, kamu jagain Alexa, ya." Bunda memberikan izin. Devan mengangguk.

"Devan mau minum apa?"

Devan menjawabnya dengan gelengan. Keadaan hening, Sonya membaca koran dan Devan memainkan handphonenya.

Alexa menghampiri mereka dengan mengenakan hoodie polos berwarna putih, jeans hitam, sepatu sneakers putih, slingbag coklat dan rambut yang terurai rapi.

"Udah siap?" Alexa mengangguk.

"Kita pergi, Bun," pamit Devan, lalu mencium tangan Sonya diikuti dengan Alexa yang melakukan hal sama.

"Dadah, Bunda." Alexa melambaikan satu tangannya yang menganggur. Sonya tersenyum lalu mengangguk.

* * * * * *

"Mama!" Alexa berteriak girang saat sampai di Mansion Devan.

"Jangan teriak, Alexa. Tenggorokan kamu bisa sakit," tegur Devan dengan nada lembut.

Alexa nyengir. "Oke."

"Alexa!" teriak Maureen dari atas tangga.

"Jangan lari Maureen, kamu bisa jatuh." Ucapan itu berasal dari belakang Maureen, terlihat Davis yang sedang menuruni tangga.

"Aku udah bilang pakai lift aja, lebih cepat," ucap Davis setelah berdiri di samping istrinya.

Hari ini Davis ambil cuti. Maureen berkata Alexa akan datang ke rumah, sebagai calon mertua yang baik, ia harus ikut menyambut calon menantunya.

"Tapi pakai tangga lebih sehat," balas Maureen, menatap Suaminya sinis.

Maureen menoleh ke arah Alexa, senyumnya langsung mengembang, berbanding terbalik saat menatap Davis tadi.

"Alexa, Mama kangen." Maureen menarik Alexa ke pelukannya.

Alexa membalas pelukan Maureen. "Lexa juga," ujar Alexa dalam pelukan Maureen.

Davis dan Devan hanya memperhatikan kedua orang itu. Jujur, mereka cemburu, Davis yang cemburu karena Maureen hanya tersenyum saat melihat Alexa dan menjadi jutek saat melihatnya.

Devan yang cemburu karena Maureen terlalu lama memeluk Alexa. Alexa hanya akan memeluknya, dia tidak sudi jika Alexa memeluk orang lain, sekalipun itu orangtuanya.

"Jangan lama-lama peluknya." Devan menarik Alexa dari pelukan Maureen.

"Mama itu masih kangen sama Alexa, lagian kamu punya banyak waktu kalau mau peluk Lexa. Sedangkan Mama? Cuma kalau kamu bawa dia kesini," curhat Maureen.

"Bener, Van. Aku juga masih kangen sama Mama." Alexa berkata kepada Devan dengan wajah cemberut.

Devan yang tidak tega melihat wajah gadisnya seperti itu menghela nafas, lalu mengangguk.

Alexa tersenyum lalu kembali memeluk Maureen. Maureen mengecup puncak kepala Alexa berkali-kali, membuat Devan semakin cemburu. Davis menepuk bahu anaknya. "Mending kamu ganti baju, daripada mati cemburu disini," saran Davis.

Devan mendengus, tak urung ia mematuhi saran Papanya, berjalan masuk ke dalam lift menuju kamarnya.

"Kita ngobrol di ruang keluarga aja." Alexa hanya mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan menuju ruang keluarga. Davis yang melihat itu merasa tidak terima.

"Sayang aku---"

"Davis mending kamu masuk kamar, ganti baju, terus ke kantor, cari uang yang banyak biar aku nggak ngambek lagi," usir Maureen masih dengan nada juteknya.

* * * * * *

Dua perempuan itu masih berada di ruang keluarga, mengobrol, melepas rindu. Devan menghampiri mereka, ia mengenakan casual simpelnya. Hoodie polos berwarna abu-abu, jeans hitam, dan sepatu sneakers putih.

"Kita pergi," pamit Devan kepada Mamanya, mencium tangan Maureen, begitupun dengan Alexa.

"Padahal Mama masih mau ngobrol sama Lexa," ucapnya tersirat nada sedih.

"Nggak papa, Ma, kalau Lexa ke sini kita ngobrol sepuasnya," bujuk Alexa, ia tidak tega melihat wajah sedih Mama Maureen.

Maureen mengangguk. "Kalian hati-hati ya." Devan mengangguk, Alexa mengacungkan kedua jari jempolnya.

Devan mengajak Alexa ke parkiran. "Kita naik mobil aja."

"Kamu tunggu bentar, ya." Alexa mengangguk.

Devan berjalan masuk ke garasi mobil, laki-laki itu mengambil salah satu mobil sport nya.

Mobil Lamborghini Mansory Carbonado Apertos.

Devan keluar dari mobil, berhenti tepat di hadapan Alexa. Membuka pintu mobil, mempersilahkan Alexa masuk, meletakkan tangannya di puncak kepala gadisnya agar tidak terpentuk pintu atas. Kemudian ia duduk di kursi kemudi. Mobil mewah itu melesat meningalkan Mansion menuju apartemen Devan.

* * * * * *

Mobil Lamborghini itu telah tiba di basement apartemen. Devan terlebih dahulu keluar, berjalan memutari bagian depan mobil, membuka pintu mobil untuk gadisnya.

Mereka berjalan beriringan, tangan Devan melingkar di pinggang Alexa. Menunjukkan kepada orang-orang bahwa Alexa adalah miliknya.

Semenja keluar dari mobil, mereka berdua berhasil mencuri perhatian orang-orang yang ada di gedung apartemen itu. Langkah mereka seolah di iringi musik, yaitu sorakan dari orang-orang yang memuji ataupun mencibir keduanya.

Kini Devan dan Alexa berada di dalam lift. Devan berada di belakang Alexa, ia melingkarkan kedua tangannya di perut Alexa, memeluknya dari belakang, meletakkan dagunya di bahu kanan Alexa.

Bukan tanpa sebab ia melakukan itu, dalam lift yang mereka gunakan saat ini mayoritas nya rata-rata laki-laki. Tentu dirinya tidak ingin jika tubuh gadisnya dilihat oleh laki-laki lain.

Pintu lift terbuka, satu persatu penghuni dalam lift keluar.

Brukk

* * * * * *

Gimana ceritanya? Maaf kalau nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.

Boleh minta tolong? Screenshot part yang kalian anggap menarik, terus upload di medsos kalian. Tiktok, Facebook, WhatsApp, Instagram, dll.

Atau aja temen-temen kalian buat baca cerita ini yaawww ❤

Cmiiw 🖤

Jangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi silent readers.

Seeyou 👋

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
GUNTUR By Listaaa

Teen Fiction

48.9K 3.7K 32
Cerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik ata...
ALTARA [END] By TD

Teen Fiction

1.9M 128K 82
Gimana rasanya dijadikan bahan taruhan sama ketua geng motor? Alta Arsenio Wijaya, Manusia berdarah dingin yang paling ditakuti di kalangan Geng moto...
4.4M 428K 53
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN😈 Argos, geng legendaris yang saat ini sedang dipimpin oleh R...