Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

Від vioneee12

137K 17.9K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) Більше

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (1)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

13

3.1K 476 30
Від vioneee12

"Kau sudah lama menunggu?" Yuta bergegas menghampiri seorang gadis bermantel cokelat yang sedang berdiri didepan pintu restoran Jepang yang cukup mewah itu.

"Kenapa tidak langsung masuk saja? Aku sudah memesan mejanya,"

Gadis itu, Yuna, hanya tersenyum sambil menggeleng.

"Aku baru saja tiba, Nakamoto-san."

Yuta tidak menjawab lagi, lelaki tampan itu hanya mengisyaratkan agar Yuna mengikutinya masuk.

Yuna mengikuti saja langkah panjang suaminya itu, gadis itu berjalan dengan agak kagok karena sepatu high heels yang dipakainya.

"Sepertinya sepatu ini agak bermasalah, apa karena sudah lama tidak dipakai?" gumam Yuna pelan sambil melirik sepatunya yang berwarna hitam itu.

Dubrak!

"Aduh!"

Dan karena tidak melihat jalan dengan baik, Yuna menabrak punggung seseorang dan kemudian jatuh terduduk.

"Choi Yuna?!"

Yuna mendongak sambil meringis, rupanya yang ia tabrak itu tidak lain adalah suaminya sendiri, Yuta.

"Kau tidak apa?" Yuta mengulurkan tangannya membantu Yuna berdiri, wajah gadis itu terlihat memerah, mungkin karena malu karena ia sekarang menjadi pusat perhatian beberapa orang.

Yuna merasakan sesuatu yang aneh saat dia berdiri, dan benar saja, heels sebelah kanannya patah.

"B-bagaimana ini?"

Sementara Yuta hanya bisa menghela nafas berat, "Sepatu macam apa yang kau pakai?"

Melihat Yuna yang masih fokus mencoba memperbaiki sepatunya itu, yang sudah dengan jelas hanya akan sia-sia.

"Meja kita ada dilantai dua, kan?" tanya Yuna pelan, ia takut Yuta akan marah karena insiden kecerobohannya ini. Sedangkan ia tahu, kalau Yuta tidak suka jika ia menjadi sorotan banyak orang.

"Tunggu disini, aku akan meminjamkan sandal untuk sementara."

Yuna hanya bisa mengangguk pelan, dan tak lama kemudian, Yuta kembali dengan membawa sepasang sandal jepit yang ia pinjam dari pelayan restoran.

"Pakai ini dulu,"

"T-terimakasih."

...

Keduanya menikmati hidangan sushi dengan hening, tanpa ada yang berniat membuka pembicaraan.

Yuna beberapa kali mencuri pandang untuk melihat bagaimana ekspresi Yuta.

Yah, kembali dingin seperti biasa, tak tersentuh.

Padahal disaat awal datang tadi, Yuta menyapanya, terlihat aura lelaki itu yang sedikit menenangkan, bahkan terkesan ramah padanya, dan itu merupakan hal yang sangat langka.

Yuna memainkan sumpit ditangannya dengan canggung.

Harus bagaimana ini? Apa harus minta maaf?

Yuna mencoba meyakinkan dirinya, ia tidak ingin momen makan malam diluar berdua yang baru pertama kali terjadi ini berakhir begitu saja.

"Maafkan aku, Nakamoto-san. Karena kecerobohanku jadi merepotkanmu,"

Yuta tidak langsung menjawab, ia terus melahap sushinya tanpa merasa terganggu.

"A-aku tahu kau pasti semakin membenciku karena tadi, maafkan aku, aku akan pastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." ucap Yuna sungguh-sungguh.

Tak.

Yuta meletakkan sumpitnya, ia memberikan Yuna tatapan dinginnya.

"Apa kau memang selalu minta maaf karena hal-hal begitu? Apa kau tidak tahu kalau bisa saja orang terganggu karena kau selalu- ah sudahlah, lupakan."

Yuna menundukkan wajahnya, takut tentu saja dengan tatapan lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Ta-tapi, gara-gara aku-"

"Cukup, kau tidak perlu membahasnya lagi, Yuna. Lanjutkan makanmu,"

Yuna tidak berani membahas lagi, ia mengangguk patuh dan melanjutkan makannya.

"Dan aku ingin mengoreksi ucapanmu,"

Yuna menatap Yuta bingung sambil mengunyah sushinya.

"Aku tidak membencimu."

Dan Yuna mematung, tidak hanya karena pernyataan Yuta yang tiba-tiba itu.

Tapi sekarang, lelaki itu mengulurkan tangannya, mengusap noda saus yang menempel disudut bibir istrinya itu.

...

"Kau harus mengembalikan sandal itu ke pelayannya,"

Yuna melirik sandal yang dipakainya itu, "Ah, aku hampir lupa." ucapnya, kemudian Yuna berjalan menuju pelayan yang dimaksud.

Kemudian gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Yuta polos.

"Lalu bagaimana caranya aku berjalan ke parkiran mobil?"

Yuta menghela nafas berat lagi. "Kembalikan dulu sandalnya,"

Yuna mengangguk saja, meski sebenarnya ia bingung, apa ia memang harus jalan telanjang kaki?

Yuna mengembalika sandal tersebut kepada pemiliknya, dan setelah berterimakasih, Yuna ingin mencoba memakai heels-nya yang sudah patah sebelah itu.

"Kau ingin membahayakan kakimu?" tanya Yuta tidak habis pikir dengan Yuna.

"L-lalu bagaimana?"

Yuta berjongkok membelakangi Yuna.

"Naik,"

"Huh?"

"Aku bilang naik, aku akan menggendongmu."

Yuna mengerjapkan matanya beberapa kali, sementara Yuta yang mulai risih karena orang-orang mulai melihatnya dengan aneh.

"Yuna!"

"A-ah baiklah!" jawab Yuna gagap, kemudian memposisikan diri untuk naik kepunggung suaminya itu.

...

Sampai dirumah, dikamar, Yuna yang sedang duduk dikursi rias sambil mengeringkan rambutnya, terus menepuk-nepuk pipinya yang terus memanas.

"Sadar Choi Yuna, sadar!"

Meski sudah berapa kali berusaha untuk meredakan perasaan itu, tetap sia-sia.

Sudut bibirnya terus tertarik membentuk senyuman.

Hatinya berbunga-bunga.

Apa ini bisa dibilang kencan? Mungkin tidak, tapi bagi seorang Choi Yuna, hal ini adalah hal yang pernah ia anggap tidak mungkin, namun sekarang ia baru saja mengalaminya.

Sikap Yuta yang mulai melembut padanya, entah itu hanya perasaannya saja atau bagaimana, tapi sikap lelaki itu jauh lebih baik memperlakukannya sekarang.

Apa Yuta sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya?

Membayangkannya membuat Yuna hampir gila sendiri.

Ia senang, senang sekali.

Meskipun ucapan terimakasihnya tetap tidak digubris seperti biasanya, tapi itu bukanlah masalah bagi Yuna.

Dan sekarang, lelaki itu terdengar sedang mandi.

Jadi, Yuna memanfaatkan momen itu agar ia bisa tersenyum menggila sepuasnya mengingat perlakuan manis Yuta padanya saat direstoran.

Dan sesaat kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka, terpaksa membuat Yuna kembali menormalkan ekspresi wajahnya.

Tentu saja ia tidak mau jika Yuta memergokinya tersenyum-senyum tidak jelas seperti itu.

"Hei, kakimu baik-baik saja?"

Yuna menoleh kearah Yuta bingung. "Kakiku? Tidak apa-apa, kenapa?"

Yuta mengerutkan dahinya, ia menunjuk pergelangan kaki kanan Yuna yang agak memar itu.

"Kakimu memar."

"Memar?"

Yuna melirik kakinya sendiri, dan betapa bodohnya ia baru menyadari jika pergelangan kakinya sudah seperti itu, sejak kapan?

Setelah menyadarinya, barulah rasa sakit itu perlahan datang.

Yuta hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Kau tidak merasa sakit?"

Yuna tidak berani menatap Yuta, "Sakitnya baru terasa sekarang, t-tapi tidak terlalu sakit kok."

Yuna mencoba berdiri dan berjalan, memang sakit, tapi tidak mengganggu untuk berjalan.

Dan anehnya, kenapa baru terasa sekarang?

Apa karena ia terlalu senang sampai tidak sadar? Konyol sekali.

"Kau bisa mengobatinya?"

Yuna melirik Yuta sekilas, kemudian memgangguk sambil tersenyum.

"Aku punya krim penyembuh nyeri paling ampuh pemberian ibu. Ini bukan masalah besar,"

Yuta mengangguk saja sambil melanjutkan kegiatan mengganti bajunya.

...

Ditengah malam, Yuta merasa risih karena tidak bisa tidur.

Lelaki itu beberapa kali mengubah posisinya, namun ia selalu merasa tidak nyaman.

Yuta memejamkan matanya, berharap ia bisa tidur dengan tenang.

Namun nihil, matanya kembali terbuka dengan sempurna.

Yuta mendengus kesal, ia merasa tubuhnya sangat lelah, tapi matanya sedang tidak bersahabat (?)

Yuta melirik Yuna yang tertidur lelap disampingnya dengan posisi telentang.

Selimut gadis itu melorot sampai pinggang, kemudian tangan kanannya bergerak mengelus lengan kirinya.

Yuna kedinginan.

Yuta yang melihat itu, berinisitaif memperbaiki letak selimut Yuna.

Yuta, entah sadar atau tidak, sekarang ia memandangi lekat wajah gadis yang sudah hampir tiga bulan menjadi istrinya itu.

"Kau. Kenapa harus kau?"

Yuta menggerakkan telunjuknya menunjuk mata Yuna yang tertutup rapat.

"Mata ini, selalu memberikan sorot seolah kau sepenuhnya tahu tentang diriku."

"Choi Yuna,"

Yuta terus bergumam pelan tanpa berhenti memandangi wajah tertidur Yuna.

Ia tetap tidak bisa tidur. Tubuhnya seperti menginginkan sesuatu.

Sesuatu yang begitu menenangkan.

Mengingat kembali hal kemarin malam.

Yuna yang memeluknya.

Dan anehnya, sekarang Yuta menginginkannya lagi.

"Kalau aku membangunkannya, itu akan terlihat sangat bodoh, bukan?"

Yuta menyerah, ia ingin sekali tidur.

Dan yang ia lakukan sekarang adalah, menarik Yuna mendekat padanya, dan entah bagaimana hal itu membuat Yuna terbangun.

Mungkin ia seorang lightsleeper.

"Nakamoto-san?"

Yuta tidak peduli lagi, memilih membuang ego dan gengsinya jauh-jauh kali ini.

"Biarkan seperti ini. Aku membutuhkannya." Setelah mengucapkan hal itu, Yuta mempererat pelukannya.

To Be Continued.

XIXIXI GIMANA PART INI GUYS? TULIS KOMENTAR KALIAN SEBANYAKNYA YA? LUV!

Dan jangan lupa votenya juga! ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12






















































Продовжити читання

Вам також сподобається

420K 39.4K 71
‼️UPDATE KALO INGET‼️ Gimana rusuhnya mereka yang ketemu kembali setelah nikah dan punya anak? (EXO, RED VELVET, NCT, MORE)
501K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
515 121 8
(Completed) Short Story - Local Fanfiction Cast : Hoshyer Romance | Short Chapter THE DIFFERENCE Orang bilang hidup itu ibarat roda yang terus berput...
37.6K 4.1K 31
[COMPLETED] [SUDAH REVISI] "Lo ada di dua-duanya, Ci. Lo ada di antara dinding itu. Lo cewek yang gue suka, lo juga sahabat gue dari orok." -Juniart...