DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓

By rezamelissaa

95.4K 9.7K 1.4K

"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembal... More

| FOREWARD |
| Prologue |
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38- END!
Extra Chapter🔥
Destiny 1'Nuit.
Update

Part 23

2.2K 231 32
By rezamelissaa

"Aahhh...."

Jimin menarik sudut bibir nya. Wajahnya terangkat sebentar guna manatap Alisa yang sedang mendalami kenikmatan.

"Opp--aah...ghhmm" desah Alisa lagi tertahan.

Sakit dan nikmat melebur jadi satu.

Hantaman yang tidak terlalu kuat, kerap sering mempermainkan ketika Alisa merasa dirinya akan habis, Jimin malah menarik ulur begitu saja hingga gadis itu prustasi.

Jimin kembali memasuki dirinya. Pelan. Lalu keluar, dan memasukinya lagi--sangat pelan. Seakan sengaja membuat Alisa menunggu lama.

"Oppa, aku moho--aahhgmm..."

Jimin memasuki nya lagi. Membuat Alisa spontan meremas pundak Jimin melampiaskan dan menarik diri rapat-rapat. Kepala itu menjorok masuk lagi ke dalam ceruk Alisa. Sedang di bawah sana pergerakan nya masih sama--pelan, lambat, perlahan, sangaja membuat Alisa prustasi. Mati menegang dengan keprutasian menunggu Jimin menghujam nya kencang-kencang.

Jimin menjilat lehernya. Sesekali menghisapnya, dan menggigit kecil memancing Alisa melenguh hebat hingga dadanya terangkat minta di belai lebih jauh, dan lebih dalam.

Masih bergerak pelan di bawah sana, kepala Jimin mulai menuruni dari leher tadi ke permukaan dada. Semakin turun hingga bibir ranum itu menemukan mainan nya yang sedari tadi belum puas ia mainkan.

Jimin mengulum papilla itu lembut. Memainkannya di dalam sana dengan gerakan memutar bersama lidah. Menghisapnya dalam-dalam dan memainkan lagi dengan ujung lidah. Hal yang membuat tubuh Alisa di bawah sana serasa mengeluarkan sesuatu sebab senang di perlakukan demikian.

Alisa semakin menggila kala Jimin sedikit bangkit dan menahan kedua tangannya di atas kepala. Menahan nya agar tidak memberontak seolah akan ada peperangan setelah ini. Alisa sudah siap menunggu gerakan-gerakan yang membuatnya gila.

Jimin mendekatkan wajahnya menempel di samping telinga Alisa. Menggigit daun telinga itu pelan sebelum berucap,

"Aku tidak tahan, Alisa." ujarnya pun sama-sama prustasi seperti Alisa.

Sedang di bawah sana tempo yang Jimin berikan sangat-sangat lambat--sengaja mempermainkan hanya untuk menikmati wajah prustasi Alisa yang terlihat sangat seksi.

Sensual. Hangat. Menggelitik dan berhasil membuat Alisa meremang. Sayu pun tak lagi kuasa, Alisa lantas membalas. "You make me wait!" ujar Alisa yang terdengar merintih.

Jimin tersenyum dalam gelapnya kamar sedang diri nya tengah sibuk menjelajahi leher jenjang Alisa. Puas di sebelah kiri, bibir tebal itu akan berpindah kesebelah kanan. Sesekali menggoda sampai pangkal langan nya, membuat Alisa bergelinyang menahan geli.

Alisa mengigir bibir bagian dalam itu melampiaskan. Tubuhnya meremang sebab begitu bergairah kala menatap mata sayu Jimin yang memindai bibir nya. Jimin melumat lagi dan mulai bergerak lagi. Tapi kali ini tampak beda dari tempo sebelumnya.

Sedikit dalam dan untuk beberapa saat Jimin mendiamkan nya di dalam. Hal yang membuat dada Alisa kian sesak sampai tangan yang sedari tadi Jimin tahan, terlepas kala Alisa menyentak paksa dan beralih menangkup wajah Jimin.

"Tidak bisakah--aahhhh."

Jimin mendesak nya dalam-dalam. "Opp--aahhhh."

Sebelah tangan Alisa meremas bahu Jimin, sedangkan tangan satu lagi sibuk menyurai surai pirang tersebut. Mengecup bahu Jimin hingga menyuarakan decakan, Alisa rasa diri nya benar-benar gila karna menunggu Jimin menghantamkan dengan kencang.

Jimin mempermainkan nya. Mengulur tempo yang biasanya selalu kencang dan keras, mendadak malam ini Jimin terlihat ingin bermain-main dengan keprustasian Alisa.

"Iya, sayang." jawab Jimin lambat. Di kecupnya bibir merah sang istri sebelum kepala itu ia tengadahkan ke langit-langit kamar. Jimin masih bergerak di bawah sana, menikmati bagaimana Alisa mengapitnya kencang dan tempat itu menjadi sempit menjepit.

"Aahhhh...." kali ini Jimin yang mendesah. Alisa menarik bahu nya turun hingga gadis itu mulai memancing Jimin dengan menjilati leher nya. Alisa memeluknya erat. Bersamaan di bawah sana bibir nya sibuk menjilati, menghisap dan gantian memberikan gigitan kecil seperti yang Jimin lakukan tadi.

"Alis--aahhh..."

"Ini benar-benar nikmat, saya--aghmmm." gumam Jimin tertahan.

Alisa semakin menarik Jimin tenggelem dan menjilati leher nya sedikit lama.

"Kau membuatku gila." cecar Jimin setelah berhasil sedikit menegakkan tubuh dan menatap Alisa yang begitu ingin dilepaskan.

Alisa menatapnya sayu. "Kau pun membuatku prustasi."

Lantas Jimin kembali tersenyum. Bak mendapatkan kesempatan akan pelampiasan, Alisa menarik leher Jimin lagi turun tanpa aba-aba, agar bisa diciumi. Tapi Jimin tidak mengindahkan.

Dia tersenyum, dan beralih mengecup bibir Alisa sambil di jilat sengaja menggoda.

"Ahhh..Oppa!" kesal Alisa akhirnya.

"Aku suka." ucap Jimin kemudian. Sedangkan Alisa hanya diam. Tangan nya sibuk mengusap pipi mulus itu dan memainkan bibir Jimin dengan ibu jari nya.

"Haruskah kita mulai?" tanya Jimin saat wajah mereka begitu rapat, sampai kedua bibir mereka bersinggungan dan Alisa bisa merasakan segar mint dari deru nafas Jimin di wajahnya.

Alisa mengangkat tangan nya dan menangkup wajah Jimin sambil tersenyum. Perlahan kepalanya meneleng ke kiri dan menarik Jimin mendekat agar Alisa bisa mendapatkan ranum yang menjadi dambaan nya.

Alisa memejamkan kedua mata nya serius. Merasakan Jimin menyatukan bibir mereka sebelum lidah itu bertamu dan menarik ulur lidah Alisa. Bergumul di dalam sana seraya Jimin hisap. Nikmat, hangat, candu. Itu yang Alisa rasakan.

Perlakuan yang memabukkan, sentuhan yang membuat candu, wajah yang menjadi dambaan kini Alisa rasa sedang memiliki semua seutuhnya.

Lupakan soal takdir. Menatap Jimin yang terpejam dan berbagi nafsu dengan nya lebih gila dan sangat dahsyat dampak nya pada tubuh Alisa.

Seraya meladeni lumatan Jimin yang kian menuntut lebih dalam, dominan dan memimpin itu, Alisa membuka kedua mata nya sambil menangkup wajah Jimin dengan kedua tangan. Mengusap kelopak mata Jimin dan menyibak surai yang berjatuhan. Indah sekali. Sayang sekali. Ya--Alisa sangat menyayangi makhluk Tuhan yang satu ini. Benar-benar sayang.

Apa setelah ini Alisa benar akan tergila-gila?

*******

Jam baru menunjukkan pukul 8 pagi. Baru saja mendapatkan tidur setelah bergumul sampai hampir fajar, kini suara memekakkan di luar sana membuat Alisa naik spaning.

Siapa yang sedang mengetuk-ngetuk pintu kamar nya? Dasar!

"Alisa bangunnnnn!! sudah jam delapan!! bangunnnn!!" teriak seseorang di luar sana. Yang Alisa yakini adalah si ular betina galak. Siapa lagi kalau bukan Aera.

Menutup kedua telinga nya dengan tangan sedang maniknya masih terpejam, Alisa mencari tempat ternyaman pada dada Jimin yang langsung di sambut dengan pelukan hangat oleh sang empu untuk berlindung dari panggilan setan di di luar sana.

Jimin memeluk nya erat. Membantu Alisa menutup sebelah telinga dengan tangan besarnya dan menarik selimut tebak itu dalam-dalam.

"Alisaaaa!!! Mina Ssaem sudah menunggu! kau tidak mau keluar?"

Deg

Secepat itu Alisa langsung membuka mata. Kantuk nya hilang seketika.

"Mina Ssaem?" guman Alisa pelan. "Bagaimana bisa--"

"Aku yang menyuruhnya kesini." balas Jimin dengan suara serak khas bangun tidur.

Loading. Alisa bingung. "Untuk apa?" katanya polos.

Jimin tersenyum. Mengucek mata sebentar lalu memberikan morning kiss untuk sang istri di bibir merah itu. "Kalau mau lulus, kau harus rajin belajar sayang."

Detik itu juga mata Alisa membola. Spontan tangan nya pun mendorong dada Jimin hingga memisah jarak.

"Oppa!" kaget Alisa tidak tanggung-tanggung. "Kenapa tidak bilang padaku semalam." sambil mengelus lehernya hendak mencari sebuah jejak yang Alisa yakini pasti membekas disana.

Bukan nya ikut panik, Jimin malah tersenyum dan menarik tangan Alisa dari lehernya. "Dia sudah tau kok."

Sekali lagi, Alisa membelalak tidak percaya. "Oppa!"

"Guru mu itu teman kuliah ku dulu Alisa. Apa salahnya?"

Menelan saliva susah payah, Alisa rasa meskipun guru nya itu adalah teman Jimin--suaminya sendiri, tetap saja Alisa tidak siap kalau ada orang lain yang mengetahui soal pernikahan dini ini. Bayangkan apa yang Mina Ssaem pikirkan setelah mengetahui pernikahan ini, seorang siswi yang berusia 19 tahun menikah dengan pria yang sebelah tahun lebih tua dari nya.

Astaga!

"Tidak seharusnya Mina Ssaem tau--"

"Sudahlah." Jimin bangkit dari tidurnya. Menarik tangan Alisa agar gadis itu juga ikut bangkit lalu mengerlingkan sebelah mata, nakal.

"Sebaiknya kita mandi." ucap Jimin seklibat mata mengangkat tubuh telanjang Alisa ke kamar mandi bersama nya.

*******

Tiga jam setelah dicekoki dengan buku-buku pelajaran membuat kepala tiga gadis cantik itu serasa akan pecah. Memang benar ya, bagaimanapun membosankan belajar di kelas, lebih membosankan lagi kalau belajar privat begini.

Alisa yang biasanya akan merebahkan kepalanya di atas meja saat rasa bosan melanda, kini terpaksa kedua mata itu ia paksa tetap terbuka meski pikiran dan keinginan hati nya sudah berlainan.

Bagaimana bisa ia akan tidur atau bermalas-malasan sedangkan Mina duduk di hadapan mereka--hanya terpisah oleh meja. Sial sekali!

Beruntunglah hal membosankan itu pun berakhir. Pelajaran selesai. Terimakasih, Tuhan. Gumam Alisa di dalam hati

Alisa menoleh ke arah ruang meja makan. Maniknya memperhatikan Mina dan Jimin yang baru diberitahu tadi adalah teman kuliah nya dulu. Mereka sedang berbincang-bincang entah soal apa di meja makan.

Setelah materi yang Mina bahas selesai, Jimin langsung memanggil Mina untuk berbincang-bincang sebentar. Tidak punya pikiran lain, Alisa rasa itu hal biasa. Jadi ia tidak ambil pusing. Lebih baik merebahkan diri di ruang tamu sambil menonton tv bersama dua beruang betina di samping nya kini.

Bak tak luput dari perhatian kedua sahabatnya itu, tau-tau saja Alisa di buat kaget kala Aera berbisik pelan seakan menakut-nakuti di belakang telinga nya. "Apa yang sedang kau lakukan?" desis Aera pelan.

"Kamcha--ah!" Alisa langsung menoleh ke arah sang pelaku yang sedang tersenyum manis. "Kau mengagetiku, sialan!"

"Hehehe, maaf."

Menghela nafas tertahan, Alisa membalik tubuh nya lagi memunggungi Aera.

"Kau tidak mau berbagi denganku?" bisik Aera lagi mencuri-curi perhatian.

Alisa langsung menggeleng dan menutupi layar ponselnya yang menyala. "Ini bersifat pribadi." tegas Alisa seakan hal ini tidak bisa ia bagi meskipun kepada sahabatnya sendiri.

Menghela nafas pelan, Aera mengubah posisi tidur nya yang semula menyamping dibelakang punggung Alisa, jadi menelentang. "Baiklah. Aku pun akan begitu." rungut gadis cantik itu terang-terangan. "Kalau ada apa-apa, aku juga tidak akan memberitahumu apalagi merepotkanmu."

"Ae--"

Secepat kilat Aera membalik badan, memunggungi Alisa dan memeluk Lyra yang serius menontol serial kesayangannya. "Kau tidak bosan disini?" tanya Aera spontan.

Lyra yang tidak bisa membagi fokus ketika ia mendalami hal yang ia sukai, lantas menjawab cepat. "Tidak, disini aku bisa menonton film yang tidak akan bisa aku tonton kalau dirumah."

Diam.

Aera tidak lagi bersuara.

"Kenapa? apa kau bosan?" Lyra yang merasakan ada sedikit sedih dari gestur teman nya itu tentu saja langsung bertanya.

Aera mengangguk. Dan Alisa memperhatikan itu.

"Aera."

"Sudahlah Al." pungkas Aera cepat.

Mendadak canggung, dan suasana tidak sehangat tadi, Lyra yang sejak tadi hanya tidur nyaman diatas kasur empuk yang khusus di taruh di ruang tv itu langsung duduk. Lyra menatap Aera yang memunggungi Alisa sedang maniknya terpejam. Sedangkan Alisa menatapnya seakan memohon.

"Kalian kenapa?" tanya Lyra aneh.

Lyra menepuk pantat Aera sedikit keras. "Ada apa? kau kenapa? aku tidak terbiasa dengan sikapmu yang merajuk seperti ini."

Diam.

Aera tidak menjawab.

"Ya! Go Hye Ra!"

"Aku hanya sedang mencari tahu soal Bae Aruem, ibu kandung Jackson Oppa yang ternyata kakak tiri suamiku."

Mendengar itu seketika Aera duduk.

"Artis terkenal yang menikah dengan anak taipan itu?" Aera tampak bersemangat seakan nama yang baru saja Alisa sebutkan bukanlah asing dalam ingatan nya.

"I-iya," jawab Alisa ragu-ragu.

Detik itu juga Aera menepuk paha Alisa dan menarik gadis itu untuk segera bangun dan duduk. "Ya! apa benar dia ibu mertuamu?" antusias Aera penasaran.

Alisa menggeleng cepat. "Bae Aruem bukan ibu kandung Jimin Oppa."

"Jadi ma-maksudmu," Aera menoleh ke belakang, menatap Jimin dan Mina Ssaem yang masih bercengkrama di meja makan.

"Bae Aruem adalah istri pertama ayah mertua, dan suamiku adalah anak dari istri keduanya."

Tidak bisa menahan keterkejutan nya, Lyra sontak berteriak sedikit keras. "WHAT!"

Alisa memejamkan kedua mata keras, menekan paha Lyra memperingati kalau suara gadis itu terlalu keras. "Maaf maaf maaf." ucap Lyra tidak enak.

Aera pun mendekatkan wajahnya kedepan wajah Alisa. "Jadi pria yang waktu itu kau ceritakan ke kami adalah kakak tiri suamimu, benarkah?"

Alisa mengangguk membenarkan.

"Lalu untuk apa kau susah payah mencari tau soal Bae Aruem? bukankah putranya dan suamimu adalah tempat yang tepat untuk bertanya?"

"Tidak Ae." tolak Alisa. "Mereka tidak akan bisa menjadi tempatku bertanya."

Lyra pun menyela. "Kenapa tidak?"

Menelan saliva lumayan berat, bibir Alisa terkunci rapat untuk tidak menjawab apa yang Lyra tanyakan. Tidak, Alisa tidak bisa menceritakan semua hal yang terjadi dalam rumah tangga nya kepada orang lain. Ya, Lyra dan Aera adalah orang luar dari keluarganya meski fakta mengatakan kalau mereka adalah bersahabat.

Alisa masih ingat nasihat sang kakak dulu. Taehyung mengingatkan Alisa agar apapun yang terjadi dalam rumah tangga nya, tidak berhak dan tidak ada kesempatan untuk Alisa bisa menceritakan itu kepada orang lain.

"Pokoknya mereka tidak bisa aku tanyai soal ini." kilah Alisa menahan diri agar ia tidak kelepasan dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.

Jika satu masalah bocor, maka masalah-masalah kecil lain nya pasti akan di korek tuntas oleh Lyra dan Aera. Kalian tidak lupa kan dengan sifat dua sahabat Alisa ini yang sangat peduli dan penasaran tidak beda jauh.

Lyra mengangguk paham, meski tatapan nya menelisik tidak percaya. Dari tatapan Alisa yang tersirat cemas dan ketakutan, Lyra mengetahui kalau Alisa sedang menyembunyikan sesuatu dari nya.

"Baiklah. Memang informasi apa yang ingin kau ketahui soal Bae Aruem?" Lyra mulai menantang Alisa. Memasuki gadis itu perlahan bak dia bukanlah lawan yang sepadan untuk Alisa kecohkan.

Ragu, tapi entah kenapa Alisa tetap menjawab. "Kematian nya."

Dan merasa sedikit tau soal itu, Aera kembali menyela. "Aku tidak tau ini benar atau tidak, tapi ibuku dulu sering membicarakan Bae Aruem dengan teman-teman nya kalau mereka berkumpul dirumahku."

Alisa pun mengubah posisi duduknya berhadapan lurus dengan Aera. "Ceritakan padaku apa yang ibu dan teman-teman ibumu bahas soal Bae Aruem." menjeda sebentar dan kembali memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan pencarian soal Bae Aruem kepada Aera dan Lyra. Lantas Alisa melanjutkan, "Lihat! tidak ada satupun informasi Bae Aruem di internet sekalipun."

Lyra merebut ponsel Alisa cepat dari tangan sang empu. "Aneh. Bukankah katamu dia seorang artis terkenal?" tunjuk Lyra ke arah Aera.

Sang empu pun mengangguk tegas. "Iya. Bae Aruem itu artis terkenal dulu nya, tidak ada yang tidak mengenal Bae Aruem. Ratu Korea yang berhasil menjadi menantu Taipan. Tapi mati dalam keadaan tidak wajar."

"Tidak wajar?" Alisa dan Lyra serentak mengulangi.

"Aku benar-benar tidak tau kalau dunia ini ternyata memang begitu sempit." Aera mengeluhkan soal kenapa dia tidak sadar kalau ternyata putra taipan yang menjadi suami Bae Aruem adalah ayah Jimin. Dan Jimin adalah anak dari pewaris salah satu putra taipan.

"Apa kau tidak tau sama sekali soal kematian Bae Aruem?" tanya Aera ke Alisa. Aera masih tidak percaya saja kalau Alisa mencari tahu soal Bae Aruem sedangkan ia adalah menantu dari pria yang dulu nya adalah suami Bae Aruem.

Dengan polos Alisa menggeleng. "Aku bahkan baru tau kalau Jimin Oppa punya saudara laki-laki lain ibu. Bukan aku saja, keluargaku juga mungkin tidak tau soal Jackson Oppa dan Bae Aruem."

"Kau sudah bertanya pada ibu dan ayahmu?" Lyra pun memastikan.

Namun gelengan kepala Alisa bersamaan wajah polos seperti anak kecil yang di introgasi itu adalah alasan kenapa Lyra dan Aera menepuk jidat dan menghela nafas prustasi.

Teman nya yang satu ini benar-benar payah.

"Seharusnya kau bertanya ke ibu mu bodoh!" kesal Aera mendadak. "Tidak mungkin ibumu tidak kenal dengan Bae Aruem sedangkan ayahmu dan ayah Jimin bersahabat sejak dulu." Aera sampai mengelus jidad nya lelah. Alisa benar-benar lambat dalam beberapa situasi yang mengharuskan dia untuk sigap.

Detik itu juga Alisa membeku.

Waktu seolah berhenti saat itu juga. Pikiran Alisa melalang buana memikirkan kedua orang tua nya mengetahui soal ini tapi tidak pernah memberitahu bahkan menceritakan sedikitpun soal Jimin dahalu nya.

Membawa perasaan yang semu soal teka teki yang belum bisa Alisa selesaikan, tangan nya dengan enteng mengambil kembali benda pipih yang tadi Lyra rebut. Dua jari Alisa sibuk mencari sebuah kontak yang sangat ia butuhkan pertolongan nya.

Tertera disana sebuah kontak bernamakan Tae Oppa♡.

Ya, Alisa membutuhkan Taehyung untuk membantunya. Maka dengan yakin jemari lentik itu sibuk menekan-nekan papan tombol pada layar.

Selesai.

Sebuah pesan singkat sudah Alisa kirimkan.

To : Tae Oppa♡

Oppa! aku ingin informasi soal kamatian Bae Aruem 20 tahun yang lalu. Ayah dan ibu pasti tau soal ini. Hubungi aku secepatnya kalau Oppa mengetahui sesuatu.

[]







Akhir-akhir ini aku lumayan kehilangan semangat nulis, yokk semangatin aku lagi kayak kemaren² kalian nyamangatin aku 🥺🥺 Jangan lupa vote yaa teman-teman 🙌🏻🙌🏻🙌🏻😍

Continue Reading

You'll Also Like

728K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
40.9K 4.3K 58
❝𝘮𝘢𝘺𝘣𝘦 𝘸𝘰𝘳𝘴𝘦 𝘪𝘴 𝘰𝘶𝘳 𝘴𝘦𝘤𝘰𝘯𝘥 𝘯𝘢𝘮𝘦.❞ [21+] [M] [⚠️] [VERY EXPLICIT] [🔞] - Kembalinya Maurielle ke San Jose merupakan sebuah su...
3.5K 449 18
Sebuah cerita perjodohan dari dua manusia yang tak sama sekali mengenal. Mereka dipaksa untuk melaksanakan perjodohan karena umur mereka sudah tak l...
57.3K 3.2K 13
[𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! 𝙈𝙖𝙩𝙪𝙧𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙚𝙣𝙩 +²¹] Bagaimana jika seseorang pria dewasa berusia 28 tahun menikah dengan gadis remaja yang genap akan b...