ANTARIKSA

Af myliaxera

194K 21.8K 1.5K

Bermula dari Rasel yang sengaja cari cewe buat dipalakin, eh malah salah sasaran. Cewe yang ia palakin ternya... Mere

Prolog
01 - Rasel's Daily
02 - Tragedi Batagor
03 - Jadi Bahan Taruhan
04 - Kronis
05 - Abim dan Serkan
06 - Run Rasel, Run!!
07 - Manuskrip Sialan
08 - Tidur Bersama?
09 - Singa atau Buaya
11 - Kenapa Dia Disini?
12 - Abimanyu
13 - Murid Baru

10 - Kemusuhan

14.8K 1.5K 204
Af myliaxera

"Tidak ada posisi paling menyedihkan daripada terlambat hadir di hidup seseorang dan jatuh cinta pada waktu yang salah."
—Antariksa—




Happy reading!







Sinar mentari pagi menembus jendela kamar hotel yang ditempati oleh lelaki cantik yang masih setia bergerumul di dalam selimut putih. Saat merasa terganggu dengan penerangan dari luar, alam bawah sadar Rasel memaksanya untuk membuka mata hazel tersebut.

Lelaki bermata kucing itu menyipitkan matanya ketika tak sengaja bertatapan dengan lampu kamar. Tangan mungilnya mulai meraba kekosongan di bagian kasur lain, merasa seperti ada kejanggalan sesaat jari-jemarinya menyentuh sprei.

Tunggu, kenapa tidak ada seorangpun disebelahnya? Bukankah tadi malam ia tidur bersama Serkan? Lalu,

—DIMANA SERKAN?!

Rasel menggigit bibirnya, pikirannya mulai panik. Kedua manik matanya kemudian berkeliling melihat ke sekitar,

tidak ada Serkan disini.

Dilihatnya kamar sudah sangat rapih, bahkan sampah totebag piyama kemarin juga telah menghilang. Pintu kamar mandi sepenuhnya terbuka, pertanda bahwa Serkan tidak sedang berada di kamar mandi.

Jangan bilang...Rasel benar-benar ditinggalkan disini seorang diri?

Tatapannya lalu terhenti saat menoleh ke nakas kecil di samping kasur. Mata hazelnya melotot tajam menatap benda yang berada diatas nakas tersebut. Itu terlihat seperti
Post it dan kartu debit?!
Tanpa membuang waktu, dengan cepat Rasel menarik post it tersebut dan membaca tulisan yang tertera diatasnya.




——————————————————
Untuk Sayangnya Serkan:

Bisa nyetir kan? Gue tinggalin mobil di basement, lo pulang sendiri aja ke Bandung. Maaf , gue ada urusan penting.
——————————————————




"Anak anjing!"

Rasel merobek post it tersebut usai membacanya. Amarahnya memuncak habis-habisan sekarang.

Dasar cowo gila!

Habis kaburin anak orang jauh-jauh ke Bogor, malah ditinggal pulang sendiri.

Pandangannya kini kembali mengarah ke kartu debit yang masih berada di atas nakas. "Ngasih uang setelah nyulik gue ke hotel semaleman—LO KIRA GUE LONTE?!" Lagi-lagi Rasel menggeram marah.

Sialan. Sialan. Sialan.

Sumpah ya, kalo bokap Rasel itu John Cena, udah di smackdown sampe pingsan si monyet satu itu. Serkan bangsat, sebenarnya dia tau gak sih....

RASEL KAN GA BISA NYETIR!!!!!

)o(

"Weh Sel, kemana aja lo? Baru muncul sekarang." Abim menepuk pundak sahabatnya ketika lelaki imut itu berjalan melewatinya sepanjang koridor kelas.

"Gatau ah babi, gue mau nyakar orang rasanya." Wajah Rasel tertekuk kesal, bahkan tangan kanannya kini terkepal dengan erat saat otak sialannya kembali memutar ulang kejadian menyebalkan kemarin.

Abim kemudian mendekati Rasel untuk mengajaknya masuk kelas bersama. Ia meraih tangan lelaki cantik di depannya itu untuk digenggam. Namun, usahanya gagal ketika genggaman itu langsung dihempaskan Rasel dengan kasar.

"ARGHHH!! JAUH-JAUH LO DARI GUE!!" Rasel berlari menjauhi Abim dan langsung masuk ke kelas. Sahabatnya yang kebingungan hanya bisa menatap Rasel dengan heran.

Kenapa Rasel tiba-tiba sensian? Dia gak lagi masturbasi kan?

Eh, menstruasi maksudnya.

"Acel, tungguin gue!" Buru-buru Abim mengejar Rasel masuk ke dalam kelas. Disana terlihat anak-anak kelas mulai mengerubungi Rasel yang sedang memalingkan pandangannya ke jendela, tak lupa dengan bibir mungilnya yang dimanyunkan.

'Ah..imutnya' batin Abim berteriak pelan. Kapan lagi coba Abim bisa liat Rasel yang lagi badmood unyu-unyu gini. Gemes banget! Bibirnya ituloh, kayak lagi minta diperawanin.

"Queen Acel hari ini lagi badmood ya? Utututu sini abang gendong.." Itu suara Ujang, si pentolan kelas yang hobi banget gangguin Rasel sejak kelas 10. Entah motifnya apa, tapi Ujang selalu kepo banget sama kehidupan pribadi Rasel.

Tak mau ambil pusing, Rasel hanya menanggapi candaan Ujang dengan tatapan sinis yang membuat lelaki berambut jabrik itu terdiam seketika.

"Gimana taruhan kemaren? Sekolah kita kalah kan?" Sindir Rasel dengan wajah ketus.

Ujang baru saja ingin membuka mulutnya untuk menjawab, namun niatnya gagal karena langsung dibungkam oleh Memet. "Harusnya sih draw, tapi kapten basket sebelah nganggepnya kita kalah karena nyerah pas lu tumbang."

Memet juga tak kalah kesalnya dengan Rasel, ia memang paling benci dengan SMA Dirgantara. Ditambah lagi, kejadian yang terjadi baru-baru ini terkesan curang dan hanya menguntungkan satu pihak. Memet tidak bisa menerima kekalahan begitu saja. Nama baik sekolah justru yang bakal jadi taruhan bila SMA Antara hanya diam menerima kekalahan.

"Aduh...Gue ga mau pindah ke sekolah itu. Lagian tolol sih, temen sendiri dijadiin barang taruhan," Rasel mencibir frustasi. Sementara yang lain ikut menunduk, mereka jadi merasa bersalah telah ikut menjadikan Rasel umpan. "Tenang aja Cel, kita ga bakal semudah itu ngelepasin lo buat pindah ke sebelah." Timpal Asep yang baru saja nimbrung ke meja Rasel.

"Yah, seenggaknya kalo gue beneran harus pindah kesana lo semua harus bantuin gue bayar SPP nya. Dipikir murah anjrit, 30 juta perbulan. Masa gue harus ngelonte dulu biar bisa sekolah?!"

Sahabat-sahabat Rasel meringis mendengar ocehan lelaki cantik itu. Tubuh Rasel memang sangat menawan dan bahkan keelokannya dapat melebihi tubuh wanita. Namun, bukan berarti mereka ingin Rasel menjual diri. Lagi pula, kalau dipikirkan kembali, taruhan ini sepenuhnya kesepakatan antara pihak luar dengan kapten basket mereka, si Abim. Rasel bahkan tidak ikut campur sama sekali dalam taruhan tersebut. Akan lebih tidak adil lagi jika Rasel yang harus menanggung beban taruhan yang telah disepakati oleh pihak luar.

"Sel, lu kalo beneran disuruh pindah ke sebelah. Pake uang gue aja nanti bayar SPPnya. Tapi, ehm... Sekalian juga ditambah bonus service bj buat gue, boleh kan? Hehe.." Memet memandang bibir Rasel dengan tatapan mesum.

"APANYA YANG 'HEHE' ANJRIT, MINTA BJ SAMA OM RAGIL SONO. DASAR CABUL!!!" Rasel sontak menendang biji salak Memet dengan kencang hingga lelaki itu meringis.

Shit, RIP Memet Junior.

"Owh sayang, lo agresif juga ternyata." Bukannya kapok, Memet justru mengedipkan sebelah matanya genit sambil meringis sakit.

"Dasar banci, harusnya biji lo sekalian gue potong aja jadi dadu!!" Rasel berlari mengejar Memet yang sudah duluan kabur keluar kelas. Sialan, teman cabul seperti Memet memang harus dimusnahkan dari muka bumi.

Ya begitulah, hari yang panjang ini dihabiskan dengan pertengkaran Rasel dan Memet hingga akhir jam pulang sekolah.

Tidak berhenti sampai disitu, bahkan di stasiun kereta pun Rasel masih membicarakan keburukan-keburukan Memet yang selama ini ia pendam kepada Abim. Dan tentu saja tugas Abim hanyalah mendengarkan dan mendukung semua kebencian Rasel kepada Memet. Hinaan Rasel bahkan tak kunjung habis setelah turun dari kereta, hingga perjalanan menuju komplek perumahan keduanya.

"Dasar cowo tolol! Temen ga guna, mirip tokek. Bisa-bisanya minta service blowjob. Dikira gue homo!" Cibiran Rasel masih berlarut ketika mereka sudah selangkah lagi masuk ke dalam rumah masing-masing.

Abim tersenyum kecil melihat tingkah sahabatnya. Bibir Rasel yang terus mengucapkan sumpah serapah itu terlihat imut dimatanya. Ah, bibir merah nan lembut itu.. Bagaimana ya rasanya bila ia cium? Mungkin saja rasanya akan sangat manis.

Eh bentar, kok jadi melenceng gini!

Pikiran Abim sudah mulai kehilangan fokus. Sadar Bim, Rasel temen kecil lo dan yang pasti ga boleh ada rasa suka diantara persahabatan ini.

Dan juga, mengenai persahabatan.. Abim dan Rasel memang pernah berjanji satu hal ketika mereka masih berada di bangku SMP.

Sekitar 2 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 14 Februari. Rasel mendapatkan banyak cokelat di hari valentine. Yah, Mungkin kalian berfikir itu adalah hal yang wajar dilakukan para remaja ketika ingin mengungkapkan rasa cinta kepada gebetan mereka.

Namun, hal itu justru terlampau sangat aneh bagi Rasel dan Abim yang bersekolah di SMP khusus putra. Rasel mendapat segundukan coklat di lemari bukunya, bahkan beberapa coklat ada yang di titipkan ke loker Abim karena loker Rasel sudah penuh dengan coklat dan hadiah lainnya. Lelaki manis itu tidak tahu harus berbuat apa, nama Rasel malah semakin terkenal di sekolah karena insiden kebanjiran cokelat di hari valentine tersebut.

Jika seperti ini, tidak menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak lelaki yang menyukai Rasel kedepannya. Jadi, mulai saat itu Rasel merasa was-was dengan semua pria yang mendekatinya. Ia pun meminta Abim untuk berjanji agar tetap bersahabat dan tidak boleh ada cinta yang tumbuh diantara keduanya.

Abim merasa sulit untuk mengiyakan. Namun ia tak punya pilihan lain. Ia sadar, Rasel memang dari awal adalah lelaki straight dan bukanlah gay seperti dirinya.

Justru yang salah disini adalah perasaan Abim kepada Rasel yang melebihi kodrat seorang sahabat. Tidak seharusnya Abim mencintai Rasel yang bergender sama dengannya. Cinta ini seperti bencana bagi Abim. Maka dari itu, keputusan untuk menepati janji mereka dan mengubur dalam-dalam perasaan laknat ini adalah keputusan yang paling baik bagi Abim.

Ia merelakan cintanya pada Rasel demi mempertahankan persahabatan mereka. Bagi Abim, Rasel lebih penting daripada perasaan cinta itu sendiri.

"—heh Bim, kok lo diem aja sih? Biasanya kalo gue ngoceh bakal diladenin." Rasel menarik dekat wajah Abim yang masih berlarut dalam pikirannya.

"Woy, Abimmm!!!" Rasel menoyor dahi Abim dengan jarinya. Teriakan Rasel sepenuhnya mengembalikan kesadaran Abim.

Sedetik kemudian, Abim tertawa renyah menyadari apa yang baru saja ia pikirkan. Cih, dasar Abimanyu. Harusnya lo kubur lebih dalem lagi perasaan sialan itu.

"Maafin ya Acelkuuu, tadi abang lagi mikir gimana caranya bayar uang SPP adek kalo beneran pindah kesana. Apa abang bikin akun onlyfans aja ya?" Abim mencubit pipi sahabatnya berusaha menggoda.

"IHHHH ABIM MESUM!!" Rasel buru-buru meninggalkan Abim yang tertawa terbahak-bahak dibelakang.

Blushh—Pipi Rasel langsung berubah sepenuhnya menjadi semerah tomat. Ia malu mendengar perkataan Abim barusan.

Persetan, apa-apaan panggilan "abang-adek" itu. Udah kayak panggilan pasutri baru kawin semalem tau gak. Arghh, Rasel beneran malu setengah mampus.

Lagi pula,


—kenapa wajahnya jadi tersipu begini?!

Sepertinya seorang Raselio Atmajaya harus segera mandi air panas setelah ini. Ngobrol bareng Abim sangat tidak disarankan untuk kesehatan jantung dan hati.





Radizka Abimanyu

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

487K 18.7K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
5.3M 227K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
ARSYAD DAYYAN Af aLa

Teenage Fiktion

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
745K 35.5K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...