SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

59 - PAST

21.4K 3.8K 1.3K
By an11ra

Pejuang "clue" mana suaranya???
🤭


Oh yaa,
Clue yang aku maksud itu tentang "status" Pangeran Anusapati dan posisi Praya yang nggak bisa jadi Ratu
Bukan "nama" istri Pangeran Anusapati
(Percaya atau nggak, ada pria yang mencintai lebih dari satu wanita atau wanita yang mencintai lebih dari satu pria. Namun di Indonesia, umumnya yang diperbolehkan itu poligami sedangkan poliandri terlarang)

Tenang,
Bagi yang penasaran siapa NAMA istri Pangeran Anusapati mungkin suatu saat akan diberitahu oleh Author lain entah di cerita yang mana, yang pasti bukan dari-KU. BIG No No...
atau silahkan LANGSUNG tanya ke Pangeran Anusapati maupun Ranggawuni

(Hmm... Kebetulan yang bersangkutan sekarang ada di AKHIRAT... Dipersilahkan...
Kalau aku sih nggak kepo 😁)

------------------------------------------------

Aku dan para pelayan lain berjajar di pendopo depan. Kata Ayu, hari ini Ndoro Bango Samparan akan berkunjung ke rumah. Sejak pagi memang rumah sudah dibersihkan untuk menyambut beliau. Sejujurnya, aku penasaran juga dengan sosok Ayah Raden Panji Kenengkung ini.

Anehnya, semua orang malah terlihat tegang bukannya senang. Ayu juga mengatakan bahwa beliau jarang berkunjung, namun jika datang biasanya akan ada hal penting terjadi dan yang sudah-sudah tentu berhasil menggemparkan seisi rumah. Setelah mengatakan itu, sudah dipastikan Ayu mendapat hadiah berupa pukulan sudip kayu tepat di kepalanya oleh Mbok Sinem. 

Jujur, aku tak punya banyak gambaran tentang ayah dari Ndoro-ku itu alias Bango Samparan. Setahuku dia memiliki dua orang istri yaitu Genuk Buntu dan Tirtaya. Raden Panji Kenengkung ini adalah salah satu anak dari istri muda beliau yaitu Tirtaya.

Bango Samparan katanya juga adalah tukang judi dan karena ini pula dia akhirnya bertemu dengan Ken Arok yang dipercaya bisa membantu melunasi hutang judinya. Jalinan takdir kadang terjadi hanya karena hal sederhana. Makanya sebagian orang percaya bahwa tidak ada yang namanya "kebetulan" sebab semua itu sebenarnya "takdir" yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Jangan kira Ken Arok amat kaya raya sehingga bisa membayar hutang Bango Samparan, justru kenyataan yang ada itu sebaliknya. Namun, Bango Samparan yang mendapat petunjuk gaib kemudian membawa Ken Arok untuk berjudi dengan Bandar di Karuman tempat dia memiliki hutang. Nyatanya, Ken Arok menang judi dari Bandar tersebut maka hutang Bango Samparan dianggap lunas.

Sejak saat itu, Ken Arok diangkat anak oleh Bango Samparan. Hal yang juga dijelaskan dalam catatan sejarah bahwa Ken Arok berselisih dengan istri muda Bango Samparan dan juga anak–anaknya, sehingga menyebabkan dia pergi dari rumah. Dia terjerumus dalam dunia hitam sebagai perampok hingga akhirnya seolah membalikkan takdir, dia malah menjadi Raja Singasari.

Itu juga rahasia Sang Pencipta. Takdir baik tidak hanya milik manusia yang baik tetapi juga sebaliknya. Maka jangan meremehkan seseorang karena tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi di masa depan. Ibaratnya, batu kali saja bisa berubah jadi batu berlian di tangan pesulap. Sudah dipastikan, Tuhan lebih tak tertandingi dalam membolak-balik takdir manusia.

Sebenarnya aku bingung, tapi yang terjadi di hadapanku Ken Arok tampak tidak bermasalah dengan Raden Panji Kenengkung. Mungkin juga masalah keluarga dianggap selesai dan mereka bersilaturahmi lagi. Apalagi di dunia ini tidak ada yang abadi, perselisihan bisa saja berubah menjadi perdamaian atau sebaliknya perdamaian bisa tiba–tiba berubah menjadi perselisihan. Entahlah aku bingung sebenarnya.

Akhirnya sebuah kereta kuda memasuki rumah. Seorang laki–laki paruh baya keluar dari salah satu pintunya. Walau rambutnya penuh uban tapi penampilannya tidak tampak lemah. Pria tua itu justru terlihat membawa aura arogansi yang kuat. SEGAN... Itu adalah first impression yang kurasakan saat berhadapan langsung dengan beliau.

Mirip dengan Raden Panji Kenengkung yang aku kenal di awal, dia juga tampak tidak suka tersenyum. Kami serentak membungkung guna memberi hormat padanya. Namun perhatian kami teralihkan pada seorang gadis yang ikut turun dari kereta kuda juga.

Aku yakin seratus persen dia bukan Cucupuranti alias Adik Raden Panji Kenengkung karena wajahnya berbeda dengan yang terakhir aku lihat. Mungkin dia malah istri ketiga dari Bango Samparan yang tidak tercatat dalam sejarah. Kata Sawitri dulu, dia malah anak ayahnya dari istri ketujuh, padahal aku yakin ayahnya bukan bangsawan.

Masalahnya, perempuan ini terlihat masih seumuran denganku bahkan malah lebih muda. Mungkin uang dan status sosial entah di masa lalu maupun masa depan tetap memiliki daya tarik kuat untuk mendapatkan jodoh. Aku ingat ada ungkapan bahwa jika tidak tampan maka jadilah mapan.      

“Romo sehat–sehat sajakan?” tanya pelan Raden Panji Kenengkung yang tiba–tiba membuatku tersadar dari pikiran yang berkelana ke mana-mana. Dia sepertinya baru keluar saat mendengar kereta kuda milik ayahnya datang.

Memandang sekilas dirinya karena sejak pembicaraan kami dua malam kemarin, dia sepertinya masih marah hingga kini. Masalahnya, Ndoro-ku itu juga baru pulang tengah malam dan pagi ini malah kedatangan ayahnya bersama perempuan entah siapa ini. Apa boleh buat? Mungkin nanti aku bisa berbicara padanya, itupun jika bisa. Tidak mungkin juga aku mengemis-ngemis padanya.

“Ayo kemari Dahayu!” ajak Bango Samparan pada perempuan yang masih berdiri di undakan.

“Selamat pagi Raden Panji Kenengkung,” ucapnya sambil tersenyum manis.

Pemahamanku muncul seketika melihat sikap perempuan ini. Tidak perlu jadi orang jenius untuk tahu bahwa dia pasti bukan istri muda ayah Raden Panji Kenengkung. Bukan pula adik tiri, sepupu, apalagi keponakan. Aku yakin 99,99% perempuan ini mungkin adalah calon istri Raden Panji Kenengkung sendiri. Jelas aku hafal gelagat orang tua di hadapanku itu karena Mama juga sering melakukan hal serupa.

Ternyata entah di masa depan maupun masa lalu kisah cintaku tidak ada yang mulus dan mudah. Aku memilih menunduk dan berusaha berkonsentrasi memperhatikan jari kakiku dibanding memperhatikan interaksi mereka. Itu rasanya lebih aman untuk menjaga kesehatan hatiku.

Apakah aku cemburu? Iya, pasti. Mana ada perempuan yang tidak merasa terancam jika mendapat saingan yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Sudah berstatus istri, namun kenyataannya kedudukan itu saja bisa digantikan kapanpun oleh perempuan lain. Bahkan, ada suami yang ingin menolong janda dengan cara men-janda-kan istrinya sendiri. Apa kabar nasibku ini? Apalagi aku tidak punya status apapun dengan Raden Panji Kenengkung.

“Kau pasti lupa dengan Dahayu, benar tidak Panji? Kau padahal dahulu kala sering Romo ajak untuk berkunjung ke rumah Ayahnya Dahayu,” timpal Bango Samparan pada putranya.

“Aku_____” ucapan Raden Panji Kenengkung terhenti.

“Kangmas Panji sepertinya tidak melupakan Dahayu, Paman Bango Samparan. Dia juga sudah bertemu dengan Dahayu di hutan, bahkan dia juga menghukum mereka yang hampir mencelakai Dahayu.” sergah Dahayu dengan binar kekaguman di matanya memandang sosok Raden Panji Kenengkung.

Rasanya ingin tertawa dalam hati mendengar ucapan Dahayu barusan, karena ternyata laki–laki itu sama saja.  Benarkah tidak ada laki–laki tampan yang baik hati? Sepertinya mulai sekarang aku harus percaya pada ungkapan bahwa jangan menaruh harapan terlalu besar pada manusia.

Cemburu??? Mungkin kini perasaanku lebih buruk daripada itu. Kecewa, marah dan sakit hati bercampur jadi satu. Namun, sebagian dari hatiku tetap percaya bahwa Panji tidak sama dengan Tommy yang mudah untuk berkhianat karena perempuan.

Masalahnya, perempuan ini tidak mungkin berbohong saat mengatakan bahwa Raden Panji Kenengkung membawanya ke hutan juga? Jika berbohong, untuk apa? Jujur, aku menunggu apa jawaban Panji.

“Hahaha… Benarkah Panji? Bagus kalau begitu! Hahaha… Romo senang!” ucap Bango Samparan sambil tergelak.

“Lebih baik kita berbincang di dalam, Romo,” ucap Raden Panji Kenengkung buru–buru.

Sialan... Sepertinya aku terkhianati untuk kedua kalinya. Tapi, jangan panggil aku Malinda Rengganis Putri jika bisa dipermainkan begitu saja. Mengemis pada laki-laki bukan gayaku. Jika dia memilih perempuan itu... Silahkan saja.

Aku dulu bisa membuktikan pada Tom Tom Yam bahwa aku kuat untuk melepaskan penghianat itu. Jadi sekarang aku mesti membuktikan juga pada Panji Kangkung sialan ini hal yang sama. Malinda Rengganis Putri adalah perempuan yang kuat. Tidak akan aku tunjukkan kelemahanku di hadapannya. Menangisnya nanti malam saja.

“Tentu mari Kita masuk, Romo juga sedikit haus!” balas Bango Samparan kemudian melangkah memasuki pendopo dalam.

“Oh, Dahayu tadi sempat membuat kudapan. Semoga Kangmas Panji mau mencicipinya,” ucap Dahayu sambil tersenyum sedangkan aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendengus.

“Eheem… tidak perlu repot sebenarnya. Silahkan masuk!” ucap Raden Panji Kenengkung lalu ikut memasuki pendopo setelah Dahayu masuk.

***

“Sampai kapan kau mau mengaduk wedang jahe itu, Rengganis? Bisa–bisa wedang itu akan keburu dingin atau bahkan tamunya keburu pulang!” ucapku mencoba menyadarkan temanku yang sepertinya tidak hanya sibuk mengaduk tetapi juga sibuk melamun.

“Eehh...” balas Rengganis sambil tersenyum kecut.

Aku kadang heran kenapa orang yang cantik tetap saja terlihat cantik walaupun raut wajahnya kecut begitu? Coba saja aku yang menampakkan raut wajah kecut, pasti tak ada yang sudi berdekatan denganku. Tapi segala hal itu sudah ditakdirkan oleh Dewata, paling tidak karena tidak secantik Rengganis nasibku tidak semembingungkan seperti dirinya.

Setiap orang pasti mempunyai kesulitannya masing-masing. Cantik atau tampan saja tidak cukup. Kaya saja juga kadang tidak cukup. Intinya hidup itu terlalu rumit. Kadang keberuntungan lebih dibutuhkan dibandingkan wajah atau harta.

Sebenarnya aku sudah menduga hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Kenyataanya kasta Rengganis dan Ndoro-ku amat sangat berbeda dan tak mungkin bersatu. Apalagi jika melihat perangai Ndoro Besar Bango Samparan yang amat memegang teguh bobot, bibit, bebet.

Lihat saja Ndoro Cucupuranti yang tidak dianggap anak lagi karena menikah dengan seorang pedagang. Padahal suaminya itu bukan pedagang miskin. Apa kabar dengan Rengganis yang hanya seorang pelayan rendahan? Nyaris tak ada harapan. Angel wes angel.

“Lebih baik aku saja yang membawa minuman itu ke depan, Rengganis!” ucapku menawarkan diri karena aku kasihan padanya.

“Tidak perlu Ayu, ini memang tugasku,” balasnya sambil tersenyum lemah.

Ck, melihatnya tersenyum begitu malah membuat aku ingin menangis, padahal bukan aku yang seharusnya sakit hati. Untung, perempuan bernama Dahayu itu sudah pulang juga. Jika dipikir–pikir, calon yang dijodohkan oleh Ndoro Besar kali ini tergolong perempuan yang cukup percaya diri dibandingkan perempuan sebelum-sebelumnya.

Apalagi Raden Panji Kenengkung sepertinya mengenal dekat perempuan ini. Jujur, buatku aneh sebenarnya. Tidak mungkinkan tadi perempuan itu berbohong di hadapan Ndoro Besar? Namun, Raden Panji Kenengkung juga tidak membantahnya. Aarrrggg... Aku pusing lama-lama.

“Yakin? Kau terlihat ingin pingsan,” ucapku bercanda sambil mengekorinya ke luar dari dapur.

“Hahaha… apa aku terlihat seperti itu?” balasnya santai.

“Ingat, doaku selalu bersamamu, Rengganis,” ucapku tenang.

“Apa sih Ayu, jangan mengada–ada. Kembali ke pendopo belakang sana dan bantu Mbok Sinem sebelum kau kena pukulan sudip lagi!” jawabnya sambil berjalan menuruni undakan.

Menghela napas pelan saat melihat Rengganis berjalan semakin jauh “Ya, paling tidak perasaan hatimu mendapat balasan dari pria yang kau cintai, Rengganis. Itu lebih baik dibanding aku. Ck, jangankan dibalas perasaanya, dilirik saja tidak… iiisshhh, menyebalkan!”

“Siapa yang tak membalas perasaanmu, Ayu?” suara Ragasa tiba–tiba terdengar di belakangku dan berhasil membuatku kaget.

Berbalik badan sambil menyipitkan mata memandangnya lalu berkata, “Anak penjual singkong di pasar!” jawabku ketus lalu berjalan melewati laki-laki menyebalkan yang sialnya aku cintai itu.  

***  

Sebenarnya ini hari apa? Sumpah, aku bingung sekaligus kesal tapi sayangnya aku harus menahan diri sebisa mungkin. Masalahku saja belum selesai dan mungkin karena hal ini akan menjadi makin rumit. Sebenarnya aku sudah menduga akan ada kejutan yang terjadi saat Romo memutuskan untuk berkunjung.

Aku kira beliau akan membicarakan masalah adikku Cucupuranti tetapi yang terjadi lebih parah. Bukan adikku saja yang dijodohkan kini tetapi aku sendiri. Berhubung ini bukan kali pertama jadi aku akan mencoba menyelesaikan dengan cara halus seperti biasa.

Parahnya, perempuan yang dibawa Romo itu ternyata adalah orang yang kebetulan bersama Rengganis waktu di hutan dulu. Kebetulan macam apa ini? Dia juga cukup percaya diri ternyata, berbeda dari perempuan yang diperkenalkan padaku sebelum-sebelumnya. Biasanya jangankan berbicara panjang lebar, mengangkat kepala memandangku saja mereka segan.

Tetapi satu hal yang aku sadari ternyata hati manusia itu aneh. Aku tidak pernah terganggu jika Rengganis banyak bicara bahkan mengatakan hal yang tidak masuk akal sekalipun. Namun, itu hanya berlaku untuk Rengganis... Iya, hanya Rengganis karena aku nyatanya terganggu saat perempuan lain seperti Dahayu melakukannya. Jangankan tertarik, aku malah muak dan berharap tidak bertemu lagi dengan Dahayu.

Sialnya, kedatangan Dahayu menimbulkan masalah baru bagiku. Jangan kira aku tidak menyadari perubahan gelagat Rengganis saat perempuan itu berbicara. Sayangnya, aku tetap harus menjaga etika di depan Romo maupun tamuku sehingga tak bisa bersikap kasar. Sudah dipastikan bahwa perempuan yang aku cintai itu akan salah paham padaku.

Memandang orang yang berjasa membuat aku bisa menghirup udara di bumi. Setidak sukanya aku pada sifat dan sikapnya tetapi beliau tetap adalah Romoku yang tetap harus aku hormati. Maka sampai ujung napasku nanti, baktiku tetap harus tertuju padanya.

“Romo, aku sudah tua sekarang bahkan putraku saja sudah beranjak besar. Sepertinya agak aneh jika kehidupanku harus terus diurus oleh Romo,” ucapku tenang dan berusaha membuatnya sadar jika aku tidak suka dia mengatur hidupku.

“Romo akan ikut campur sampai kau berhenti bertindak bodoh, Panji!” jawabnya ketus.

“Bodoh bagai____” ucapku terputus kala Rengganis mendekat lalu bersimpuh dan meletakan kendi dan cangkir di meja.

Memandangnya sekilas yang sejak tadi tak sekalipun mau memandangku sama sekali. Hatiku tambah tak tenang melihatnya seperti itu. Aku sadar masalah kami akan semakin bertambah rumit setelah ini.

“Apa kau pelayan baru?” tanya Romo dan berhasil membuatku seketika menatap pria tua angkuh di sampingku ini.  

Rengganis memberi hormat singkat “Benar, Ndoro. Hamba bertugas mengurus keperluan Raden Reksa.” ucapnya sambil menunduk hormat.

“Kembali ke pendopo belakang, Rengganis!” perintahku cepat.

“Ba___baik Ndoro. Hmm… hamba undur diri Ndoro Besar,” ucapnya agak terbata kemudian bangkit berdiri untuk meninggalkan tempat ini.

“Memang pelayan yang cantik. Pantas saja kau nekat berbuat bodoh, Panji!” ucap Romo sambil menyeringai.

“Bisakah kita menghentikan pembicaraan ini, Romo?” pintaku karena sadar ada yang mendengarkan percakapan kami.

“Dahayu adalah perempuan yang cocok mendampingimu. Keluarganya juga bisa mendukung statusmu.”

“Aku tidak tertarik, Romo.”

“Kau butuh perempuan yang baik bobot, bebet dan bibit-nya. Kali ini pilihan terbaik, apalagi kau kelihatanya mengenal dia dengan baik.”

“Apa Romo sedang terlilit hutang judi lagi pada ayahnya Dahayu atau bagaimana? Jika iya, biar aku yang selesaikan,” ucapku karena ingin segera mengakhiri pembicaraan dan agar masalah tidak melebar ke mana–mana.

“Hahaha… Jangan bodoh Panji. Kau tidak hidup sendiri. Manusia adalah bagian dari masyarakat, maka kita yang harus menyesuaikan diri bukan sebaliknya. Jangan hanya mementingkan nafsumu semata, pikirkan juga masa depan anakmu!”

“Apa maksud Romo?"

“Romo tidak melarangmu untuk menikahi pelayanmu. Jangankan satu pelayan, sepuluh pelayan saja boleh."

"Tolong jangan menghinanya, Romo!"

"Romo hanya menyampaikan kenyataan, Panji. Kau jelas tahu bahwa dia tidak akan bisa jadi istri pertamamu. Maka kau butuh Dahayu untuk tetap menjaga nama baik dirimu. Jangan bodoh hingga kau mempertaruhkan pangkat dan jabatanmu hanya karena seorang pelayan. Kau ini Panglima Kerajaan dan bukan petani miskin, Panji. Romo juga dengar bahwa mulai ada pembicaraan soal kau yang akan diangkat jadi akuwu*”

*Akuwu adalah jabatan setingkat kepala daerah.

“Bagaimana jika aku rela menjadi petani, Romo?”

Braaaaaak” suara gebrakan meja terdengar karena kemarahan Romo telah tersulut.

Memejamkan mata karena jujur aku sudah memperkirakan hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Aku tahu bahwa Romo akan selalu memantau keadaan anak–anaknya. Tak ada yang bisa luput dari pengamatannya, padahal dirinya tinggal jauh dan malah kadang pergi ke berbagai tempat untuk berjudi. Kebiasaan buruknya sejak muda dulu tak pernah hilang.

Aku sadar bahwa mencintai Rengganis membawa akibat yang luar biasa. Kasta kami jauh berbeda di mata masyarakat. Padahal tidak tahu saja mereka siapa sebenarnya Rengganis itu.

Aku bodoh karena melawan tradisi? Iya.

Aku pura-pura tidak tahu bahwa jurang perbedaan kami terlalu jauh? Iya.

Aku terancam kehilangan pangkat dan jabatanku saat nekat mencintai perempuan itu? Iya.

Mungkin benar kata Romo bahwa aku telah bertindak bodoh karena cinta. Tapi lebih bodoh lagi jika aku melepaskan Rengganis. Aku ingin bersamanya… menghabiskan sisa waktuku di dunia ini… menua bersamanya... Hingga menjadi debu dan mencapai nirwana nantinya.

"Dulu aku sudah menuruti keinginan Romo yang tiba-tiba mengatur pernikahanku. Tidak bisakan untuk sekali saja dalam hidupku aku memilih sendiri perempuan mana yang akan aku jadikan istri. Selama ini aku tidak pernah meminta apapun pada Romo, tapi kali ini aku sangat memohon restumu."

"Romo melakukannya demi kebaikkan dirimu, Panji. Tidak ada orang tua yang ingin menghancurkan masa depan anaknya sendiri! Lagipula, aneh sekali kau memikirkan untuk menikah lagi, padahal selama tujuh tahun kau selalu menolak perempuan yang Romo ajukan untuk menjadi ibu baru bagi Reksa. Saat anak itu bayi saja, kau nekat membesarkan dia sendiri bersama adikmu, padahal Reksa benar-benar butuh sosok ibu."

“Kali ini aku mencintai perempuan itu Romo,” ucapku pelan dan sebenarnya putus asa.

“Romo tahu… jelas tahu... sangat tahu. Tapi gunakan otakmu dan pikirkan juga masa depan anakmu. Apa kau rela membuat putramu yang sebenarnya berhak berdiri gagah memegang keris itu malah harus hidup memegang cangkul dengan tangan berlumur lumpur sebagai petani seumur hidupnya, haah?”

“Romo!”

“Dahayu tidak akan keberatan kau menikahi perempuan lain selain dirinya. Dia terlihat telah jatuh cinta padamu. Pikirkan, dengan menikahi Dahayu dan menjadikan dia sebagai istri pertamamu artinya kau bisa menikahi perempuan yang kau cintai serta menjaganya aman tetap di sisimu. Selain itu, kau juga bisa menjaga status dan jabatanmu tetap di tempatnya bahkan bisa naik lebih tinggi lagi. Reksa… masa depan anak itu juga akan terjamin. Maka kau bukan hanya membunuh dua burung hanya dengan satu batu, tetapi lebih dari itu, putraku!”

---------------Bersambung ---------------

6 Agustus 2021

----------------------------------------------------

Nah loh,
Katanya mau ending kok masalah makin banyak???
(Iya donk, kan cerita ini sejenis "anomali" dari cerita biasanya)
🤭

"Hidup di dunia" itu dinikmati dan cobalah dibawa santai aja apalagi
"hidup di dunia Wattpad" yaa kecuali ada yang ngajak ribut sih
🤔

𝔽𝕠𝕣 𝕪𝕠𝕦𝕣 𝕚𝕟𝕗𝕠𝕣𝕞𝕒𝕥𝕚𝕠𝕟,
𝕋𝕙𝕚𝕤 𝕤𝕥𝕠𝕣𝕪 𝕚𝕤 𝕛𝕦𝕤𝕥 𝕗𝕚𝕔𝕥𝕚𝕠𝕟
𝕊𝕠 𝕕𝕠𝕟'𝕥 𝕓𝕖 𝕥𝕠𝕠 𝕤𝕖𝕣𝕚𝕠𝕦𝕤 𝕘𝕦𝕪𝕤

*

*

*

*

Continue Reading

You'll Also Like

516K 54.3K 31
Dewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agr...
1.3K 109 35
Bagimana jika kamu yang awal nya takut dengan pria yang hanya bisa kamu lihat tetapi semakin berjalan nya waktu kamu malah mecintainya. Pria itu t...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
405K 60.2K 85
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...