DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 59

49.2K 5.7K 7.5K
By devitnask

Double up lagi, jangan sampai triple up.
Besok aja tamatnya. 😸

Btw, Tante Acil gabisa donorin sumsum tulang. Selain karena kurang cocok, punya Tante Acil juga udah ga sehat. Dia suka minum obat pengencer darah karena sakit jantungnya dari dulu.

°°°

Happy Reading...

Elvan tertidur di meja operasi dalam posisi tertelungkup, kesadarannya semakin menipis saat obat bius menyebar ke seluruh tubuhnya.

Suara beberapa orang yang berada di dalam ruang operasi itu semakin teredam, pintu tertutup, monitor yang dinyalakan, beberapa percakapan samar yang tidak tertangkap dengan jelas, juga alat-alat medis yang mulai dipersiapkan.

Bau obat menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya, membuat tubuh Elvan semakin lemas karena tersugesti dengan sendirinya.

Sepasang netra dengan iris tajam itu pun tertutup, semuanya semakin gelap. Elvan semakin tidak sadarkan diri, bahkan saat punggung bagian dadanya dibedah pun tidak akan merasakan apapun.

Elvan malah bermimpi, scene masa lalunya terputar. Masa-masa kecilnya dulu...

Bugh! Bugh! Bugh!

"Akh!" ringis Elvan kecil tertidur di trotoar. Beberapa anak laki-laki terus menendang tubuhnya tanpa ampun. "Berhenti, to-long."

"Anak pelakor ih! Harusnya nggak pernah hidup! Anak haram lu!"

Bocah berusia sepuluh tahun itu mulai menangis. "Haram enggaknya itu tergantung cara pandang orang lain, anak nggak ada yang haram, tapi caranya yang haram--"

Bugh! Bugh!

Brug! Sebuah batu besar terlempar hingga mengenai salah satu kepala anak kecil yang memukuli Elvan. Anak itu langsung menangis.

"Kalian ngapain siiiiiihhhhh?!" bentak seorang gadis kecil berambut panjang dengan ikatan dua seperti Meimei.

"Nggak usah ikut-ikutan, mau belain anak haram ini lagi?!" sahut yang lain.

"Emangnya kenapa kalau haram? Situ kok sewot? Emangnya Elpan pernah bikin kalian rugi? Kenapa? Bapak kau mati gara-gara Elpan? Enggak kan? Pergi kalian, atau aku lempar batu lagi nih?!"

"Sini kalau berani, cemen!"

Aurel mendekat serentak, ia menjambak rambut pendek anak laki-laki di depannya sampai kepala anak laki-laki itu tertarik ke samping.

Merasa terancam, Aurel pun mundur. Dia tetap mempertahankan tatapan nyalangnya karena takut diserang jika ia menunjukkan rasa takutnya.

Bagaimana tidak takut? Mereka semua laki-laki, bahkan umurnya mencapai dua tahun di atasnya. Aurel yang hanya seorang gadis kecil lemah mana mampu melawan mereka.

"Oh, berani lu sama gua?!" Bocah laki-laki yang sebelumnya Aurel jambak itu maju, mendorong tubuh Aurel hingga keseimbangannya goyah dan terjatuh di tanah samping trotoar.

"Ahahahahaaa, digituin aja udah takut."

"Pergi kalian!" sentak Aurel dengan suara lantang. Tangan Aurel mengambil pasir di atas tanah yang ia duduki, lalu melemparkannya pada anak-anak nakal itu berkali-kali.

"Pergi! Nggak usah main main sini lagi!"

"Aduh mata gua sakit, Itik!" Aurel diseret, dia ikut dipukuli hingga wajahnya berdarah.

"Udah, Din. Udah, ntar Mamaknya dateng heh, ada motor lewat tadi."

"Cabut-cabut...," Anak-anak itu pergi dari sana.

"Uhuuukkk," Elvan terbatuk, lalu bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor dengan cap kaki tiga.

Aurel ikut terbatuk, tetapi terlalu dibesar-besarkan, seolah ingin pamer pada Elvan jika ia sudah menolongnya.

Tangan Aurel terangkat, sangat ingin Elvan menariknya dan membantu gadis itu berdiri. Tetapi, Elvan malah pergi.

"HEEEEEHHH!" pekik Aurel duduk di trotoar, dia memutar setengah tubuhnya menatap punggung Elvan yang menjauh. "Udah aku tolongin, jahat banget kamu!"

Elvan berbalik. "Aku kan nggak pernah minta ditolongin, salah kamu sendiri yang suka ikut campur."

"Kenapa kamu malah diem aja sih dipukulin kayak gitu? Kenapa nggak ngelawan?"

"Karena aku yakin, mereka bakalan berhenti kalau udah capek. Aku cuma perlu waktu, dan bersabar buat nunggu saat itu tiba."

Aurel membersihkan diri, lalu berdiri mendekati Elvan. "Aurel!" katanya mengulurkan tangan.

"Nggak nanya," Elvan kembali berjalan pergi, dan Aurel masih mengikutinya. "Kamu ngapain ngikutin aku?"

"Aku suka sama kamu, Elpan."

"Tapi aku nggak suka!" tegas Elvan terlihat tidak ramah, mungkin dia malu karena ditolong oleh seorang gadis.

"Tapi aku suka sama kamu gimana?"

"Iya apa urusanku?" Elvan berjalan lagi, lalu Aurel menghadangnya dengan merentangkan tangan lurus-lurus. "Mau apa sih?!"

"Beliin aku lolipop."

"Dih?" Elvan mengangkat salah satu sudut bibirnya bingung bin risih.

"Aku udah nolongin kamu jadi beliin aku lolipop," paksa Aurel, padahal sebenarnya ia hanya ingin berlama-lama bersama Elvan.

"Males,"

"Huaaaaaaaaaa," Aurel menangis, hal itu tentu membuat Elvan terkejut. Dia menatap ke sekeliling karena tangis Aurel terlalu kencang. Aneh, saat dipukuli ia tidak menangis, giliran ditolak Elvan langsung menangis.

"Iya, iya, aku beliin. Tapi satu aja, uangnya nggak cukup."

"Heheee," Aurel langsung tersenyum.

Sejak saat itu, Aurel terus mengikuti Elvan, dan Elvan terus mendorong Aurel agar menjauh, hingga akhirnya Elvan lelah sendiri dan memilih membiarkan Aurel terus mengikutinya.

***

Proses operasi selesai, Elvan dan Asa sudah dipindahkan ke ruangannya masing-masing. Keduanya masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, hanya saja, denyut nadinya masih menyentuh angka normal.

Aurel terus menggenggam tangan Elvan sambil menangis. "El, Elvaaann, bangun, jangan kayak gini."

Berhari-hari Aurel menunggu Elvan sadar, tetapi semakin hari semakin mengkhawatirkan, tidak ada perubahan, kondisinya masih nol, tidak memburuk, tidak membaik juga.

Sampai di hari ke tujuh, saat Aurel meletakkan bunga di vas rumah sakit, tangan Elvan bergerak, grafik di monitor mulai berubah.

"Elvan?" Aurel langsung mendekati ranjang Elvan, ia sontak menggenggam tangan Elvan, merasakan setiap sentuhan yang bergerak samar.

"Elvaaaaannn!" Aurel terisak haru. "Elvan bangun," Aurel memeluk Elvan dengan posisi tubuh membungkuk, kepalanya menempel di dada Elvan.

Sejurus kemudian, mata Elvan terbuka secara perlahan. "Ma-maa," katanya sangat lirih.

"Tante Acil udah dimakamin," info Aurel sambil terisak bahagia.

Tangan Elvan terangkat, membalas pelukan Aurel. Mungkin, mungkin saja, di dasar hatinya, Elvan masih menyisihkan perasaan untuk gadis penyelamatnya itu.

Hanya saja, ia terlalu gengsi akan masa lalunya yang terlalu lemah.

***

Tiiit... Tit...

Di sisi lain, keadaan Asa masih kritis dan semakin memburuk. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, Asa terus tertidur seperti mayat dengan jantung masih berdetak, cara bernapas pun masih memakai ventilator intubasi.

Liam terus mendampinginya selama berhari-hari, tangisnya tidak pernah selesai. Setiap kali secercah harapan muncul, semuanya langsung dipatahkan dengan denyut lemah Asa.

Rey? Rey di mana? Lupakan Rey sejenak! Dia masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan selang infus menempel karena harus menyumbangkan darahnya lagi. Pasokan darah rumah sakit masih kurang karena golongan darah O cukup sulit mendapatkan darah yang cocok.

Liam membasuh wajah Asa menggunakan kain basah, selalu saja seperti itu. Ia melakukannya lima kali dalam sehari seolah sedang memberi Asa wudhu, semua rasa bersalahnya menyatu, rasa sesal itu benar-benar ada.

Seumur hidup Asa bernapas di bumi ini, ia hanya mendapatkan luka. Entah dari ayahnya sendiri, dari teman-temannya, bahkan dari orang yang ia cintai.

Liam mencium punggung tangan Asa, isakannya semakin jelas. Rasanya sangat terpukul melihat putrinya terbaring seperti ini.

Wajah Asa terlalu pucat, bahkan melihat alat bantu pernapasan yang masuk ke dalam tenggorokannya saja terasa sangat menyakitkan bagi Liam. Asa seperti sedang tersiksa sekarang.

"Asa," panggil Liam. "Maafin Papa, Nak."

"Kamu pasti kesakitan ya? Maafin Papa, Nak. Maafin Papa yang nggak pernah bahagiain kamu, maafin Papa yang nggak pernah ada buat kamu, maafin Papa yang nggak perhatian, maafin Papa, hikss,"

"Maafin Papa udah paksa Asa buat jadi yang sempurna," Liam menatap kulit penuh bekas luka di tangan Asa, rasanya semakin menyesakkan.

"Maafin Papa yang udah ngatain kamu caper waktu kamu berusaha nyakitin diri sendiri, maafin Papa Asaaaaaaaa."

"Kamu pasti kesulitan, kamu pasti kesakitan sejak dulu. Bahkan sampai sekarang pun kamu masih kesakitan,"

Liam mengusap puncak kepala Asa, air matanya masih senantiasa menderai. "Ini berat ya? Apa ini terlalu berat buat Asa? Papa pengen kamu bertahan, tapi... tapi...,"

Liam menunduk, mengambil napas dalam-dalam untuk menguatkan diri sendiri. Sangat berat rasanya, melihat Asa terbaring tanpa kemajuan apapun terasa seolah-olah gadis itu sedang merasakan sakit yang luar biasa di setiap detiknya.

"Asa," Liam mengecup kening Asa. "Kalau kamu mau pergi, it's okay, Papa akan berusaha ikhlas, Nak."

Liam menghapus air matanya yang terus mengalir deras. "Papa rela, asalkan kamu nggak kesakitan lagi. Papa nggak suka liat kamu kayak gini, maafin, Papa."

Liam menggenggam tangan Asa, menempelkannya di kening yang menunduk.

Diam-diam, ada air yang menetes dari mata Asa. Tidak begitu terlihat memang, tetapi gadis itu terlihat sedih meski dengan raut wajah datar yang dipenuhi alat-alat medis.

Tit.. Tit.. Tiit...

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit...

Grafik monitor EKG Asa semakin turun dan berubah lurus diikuti suara yang begitu menyayat hati.

"Asa!" Isakan Liam kian mengeras, pria itu segera memeluk Asanya.

Rey yang baru datang meski dengan langkah tertatih bersama Nisha itu sontak bergerak cepat. Karena terlalu lemah, Rey terbanting di lantai.

"Asaaaaaaaaaaa," Isakan Rey mendominasi ruangan itu.

TBC.

Tim Asa mati, baca sampai sini aja. Dan berekspektasi sesuai yang kamu mau. Karena kalau nekat lanjut satu chapter lagi, kalian bakalan nyesel. 😸

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Follow ig & twitter aku ya
@devitnask

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

7K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, bisa-bisa end
sekarang iniiiiiiiii.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

9.6M 34.2K 10
Namanya, DARRYL NEAL. Kata orang, Darryl tampan dan juga beringas. Orang juga bilang, Darryl sangat kasar dan tidak memiliki hati. Hari-harinya sanga...
GAMA By Cintaprita

Teen Fiction

6.5M 718K 48
[FOLLOW SEBELUM BACA] #01 on Badboy [02 juli 2020] #07 on Fiksi Remaja [17 juli 2020] #01 on Baper [19 juli 2020] "Peraturan yang wajib lo ingat kalo...
RAGA By sherly putri

Teen Fiction

37.3K 3.6K 12
Aila tau, bahwa seharusnya dia waspada terhadap Raga setelah laki-laki itu membual bahwa dia ingin menciumnya didepan guru dihari pertama mereka berk...
260K 15.3K 50
Tubuhku menegang saat kurasakan seseorang pria bertubuh tegap memelukku erat. " Aku merindukanmu Nathalie. " ucap pria itu dan semakin memelukku era...