DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 53

39.4K 5.2K 7.4K
By devitnask

Happy Reading...

Asa menatap secercah cahaya yang menembus celah-celah dedaunan, bercak melingkar samar-samar dengan warna pelangi itu sesekali terlihat seperti ilusi.

Kepala Asa bergeser di atas paha Rey, mencari posisi yang nyaman. Namun, cahayanya berhasil menyilaukan penglihatannya sehingga mata Asa menyipit.

Rey tersenyum tipis, tangannya langsung bergerak melindungi wajah Asa dari teriknya matahari pada pukul dua siang.

Kepala Asa bergeser lagi, mencoba melihat wajah Rey yang tertutupi tangan Rey.

"Akhh," Rey memekik karena kepala Asa menyentuh barangnya.

"Duh?" Asa beranjak duduk, tapi Rey menahannya dan Asa pun kembali tiduran di paha Rey.

Ujung alas putih mereka sesekali bergerak karena tertiup angin, rerumputan di sekitar mereka juga ikut bergerak saling bergesekan.

Udara hangat, burung-burung berterbangan, juga pepohonan rindang yang memenuhi taman kebun binatang itu semakin membuat suasana di sana terasa nyaman.

Rey mengusap kepala Asa, sementara Asa mengambil pocky dan menyuapi Rey. Tampak romantis, tapi...

Plok! Geok! Geok! Drrk!

Beberapa cairan kental kecoklatan jatuh dari atas pohon menuju bekel hijau yang Rey bawa. Rey otomatis menatap ke atas, tepatnya, menatap beberapa burung yang bersarang di ranting-ranting pohon.

"Shhh, kenapa Buna sama Om Papa Liam milih tempat ini sih buat makan."

"Hahahaa, katanya kan tempat lain udah penuh. Lagian, di sini juga nyaman kok, Rey. Sepi, enak."

Rey menatap ke sekeliling, memang benar di tempat itu cukup sepi. Selain harus menyeberangi kolam pembatas menggunakan bebek-bebekan air, mereka juga perlu berjalan sejauh seratus meter lagi untuk sampai di sana.

"Buna sama Papa Liam kemana ya? Beli tissue nggak balik-balik?" tanya Rey yang terkadang masih tidak konsisten memanggil Liam.

"Kencan kalik," jawab Asa sekenanya.

"Hush, mulutnya."

"Hehee, tapi mereka kayaknya cocok nggak sih?"

"Enggak boleh, Sa. Kata Buna, Om Liam sayang banget sama Tante Tiara. Kalau nggak, dia pasti udah nikah lagi dari dulu."

Asa memainkan instax, memotret hal-hal random di sekitarnya dengan posisi masih tertidur di paha Rey. "Kalau sekarang udah beda gimana?"

"Imposible, cinta pertama itu susah buat dilupain. Meskipun mereka dapat penggantinya, mereka tetep bakalan inget kenangan-kenangan dulu dan rasanya pengen kembali ke sana lagi."

"Cinta pertama Rey siapa?" Asa masih memotret dan melihat hasil potretnya di kertas foto yang keluar dari instax.

"Yang nanya."

"Huh?" Asa menatap Rey, begitu pula dengan Rey yang membalas tatapannya penuh cinta.

"Cinta pertama Rey itu Asa," ulang Rey. "Sejak kecil, sejak Rey nggak tau apa itu cinta. Tapi anehnya Rey selalu suka ada di deket Asa, Rey selalu bahagia cuma dengan ngeliatin Asa dari jauh."

Asa berubah duduk. "Kamu pernah ketemu aku waktu kecil, Rey?"

"Nggak inget? Jahat banget sih Asa, sumpah jahat banget!" Rey ngambek.

Asa berpikir keras, mencoba mengingat-ingat kembali. Meski pada akhirnya tetap gagal, ia tidak mengingat apapun tentang masa kecilnya. Bahkan masa-masa awal SD saja dia sudah lupa.

Rey menghela napas, pria itu mendekatkan wajahnya. "Masa nggak inget? Coba liat Rey lagi, yang bener liatnya."

Asa fokus mengamati wajah Rey, dari alis tebalnya, mata dengan tatapan dalamnya, hidung bangir dan bibir kemerahan yang selalu terlihat basah.

Tetapi, tidak ada ingatan apapun yang kembali. Matanya malah terbayang rekaman saat mereka ciuman di akuarium raksasa tadi, Asa mendadak menipiskan bibirnya hingga segaris.

Detik kemudian, Asa refleks membekap bibirnya kaget. "Itu beneran kamu?!"

"Udah inget sekarang?" Rey mengerutkan keningnya karena reaksi Asa terlalu di luar dugaan.

"Itu kamu, kan? Yang ngompolin buku aku, tapi malah kamu yang nangis terus jadi aku yang dikira jahatin kamu."

Rey melotot, benar-benar tidak menduganya. "Asaaaaaa, dari sekian banyaknya waktu kebersamaan kita, kenapa harus itu sih yang kamu inget?"

Rey menepuk keningnya, dia langsung memalingkan wajah karena malu. Hal itu justru membuat Asa semakin ingin menggodanya.

"Bener, kan?" Asa menarik bahu Rey agar Rey kembali menatapnya, tetapi wajah Rey malah semakin bergeser ke kiri.

"Kamu juga yang numpahin bekel aku di dalem tas sampai tasku kayak magic com, eh, kamu juga pernah ngupil terus nangis gegara upilnya nggak mau lepas dari jari."

Rey menoleh. "Asaaaa, stop. Nggak usah dilanjut."

"Iyaaaaa, sekarang aku inget. Kamu juga kan yang ngumpetin sepatu aku biar aku nggak bisa pulang karena kamu belum dijemput sama Buna?"

"Asa, berhenti nggak?"

"Aku juga inget, kamu cowok yang suka naruh permen lolipop di tas aku kan? Kamu juga yang suka minjemin aku pensil waktu aku nggak bawa pensil, dan kamu juga yang suka kasih aku buku waktu buku-buku aku suka hilang."

"Kamu juga yang suka nemenin aku waktu aku belum dijemput sama Papa, ya walaupun kita nggak main bareng. Kamu cuma duduk di deket pintu sambil mainin mobil-mobilan atau makan eskrim minion, sedangkan aku sibuk sama buku di meja sudut."

Asa tertawa pelan mengenang masa lalu. "Kamu juga pernah ninggalin payung kuning minion karena aku nggak bawa payung kan? Kalau diinget-inget lucu juga ya?"

Asa menatap wajah Rey yang sedikit memerah, perasaan malu, tersipu, haru, dan senang karena Asa mengingatnya menjadi satu.

"Aku nggak lupa, Rey. Kamu cowok serba kuning yang nggak bakalan bisa aku lupain. Aku cuma nggak tau aja kalau orang itu kamu, kita lama nggak ketemu semenjak masuk SD."

"Rey di pondok, tinggal di sana karena Buna sibuk kerja. Tapi karena itu, Rey jadi punya banyak temen, dan Buna juga sering datengin Rey hampir tiap hari."

"Pantesan kita nggak pernah ketemu."

"Rey sering nemuin Asa kok, ya walaupun Asa nggak liat. Rey sampai hafal jadwal Asa dulu, senin les bahasa inggris, selasa les bahasa mandarin, rabu les matematika, kamis Rey kurang tau tapi Asa suka ke perpus kota sama Bik Ini."

"Itu baca buku, Papa suka nyuruh aku baca buku biar wawasan aku luas." Asa mengimbuhi.

"Nah itu, terus hari jumat bakti sosial ke panti. Sabtu minggu Asa diem di rumah."

"Hahahaa, kamu udah kayak sasaeng."

Rey tertawa, beberapa detik kemudian dia terdiam. Tatapan matanya mengarah fokus pada lengan Asa yang lebam, Rey pun menarik tangan Asa di area atas siku.

"Ini lebam kenapa?"

Asa ikut melihat tangannya. "Nggak tau, nggapapa, kepentok kalik."

"Kapan? Di mana? Kepentok apa? Kok bisa? Kenapa sampai kayak gini? Siapa yang bikin Asa lebam?"

"Nggak tau, nggak tau, nggak tau. Kamu pikir kita lagi wawancara apa? Ditanyain 5W 1H."

"Hish," Rey mendecak, kemudian menarik Asa mendekat. "Ciiiisssssh!"

Rey dan Asa berfoto bersama dengan tangan Rey yang memegang instax, mereka sama-sama melihat hasil jepretan pada kertas foto yang keluar, lantas menertawakan hal-hal yang cukup sederhana.

Asa memegang foto mereka dan memotretnya menggunakan ponsel, terlihat aesthetic.

"Kok difoto lagi?" tanya Rey.

"Biar bisa Asa liat lagi di hp."

"Ikut-ikutan aaaaahhhh." Rey ikut-ikutan memotret hasil foto tadi menggunakan ponsel.

"Sini, sekalian foto pakai hp Rey biar bisa Rey jadiin wallpaper." Mereka berfoto lagi sampai Liam dan Nisha datang.

"Bunda mau ikut!" Nisha mempercepat jalannya setelah memberikan barang bawaannya ke Liam.

"Aduh, Kak!" Liam yang tidak siap itu pun mencoba menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Sini, ikut foto juga!" Nisha menarik ujung lengan kemeja Liam agar pria itu mendekat, mereka berdua selalu menyentuh tanpa melibatkan kulit.

Empat orang yang tampak seperti keluarga lengkap nan bahagia itu memulai sesi piknik mereka setelah puas berfoto-foto ria.

TBC.

Udah siap konflik belum?

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

7K komen ya, nanti aku update lagi. ♥

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 356K 48
COMPLETED!! [DALAM PROSES PENERBITAN] **** Tujuan awal Kenneth hanya ingin membuat Klarisa jatuh hati padanya agar gadis itu move on dari bayang-baya...
RAGA By sherly putri

Teen Fiction

37.3K 3.6K 12
Aila tau, bahwa seharusnya dia waspada terhadap Raga setelah laki-laki itu membual bahwa dia ingin menciumnya didepan guru dihari pertama mereka berk...
1.2M 62K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
107K 6.8K 64
[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya...