GAME OVER

By chipazz

1K 570 432

── GAME OVER (𝟭𝟲+) Menjatuhkan diri ke dunia asing, sekawanan remaja tiba-tiba saja menemukan diri mereka... More

00. INITIAL INTRODUCTION
02. UNDANGAN MISTERIUS II
03. UNDANGAN MISTERIUS III
04. UNDANGAN MISTERIUS IV
05. UNDANGAN MISTERIUS V

01. UNDANGAN MISTERIUS I

176 99 114
By chipazz

enjoy the storyline!
happy reading ♡

[ HARUTO, ERIC & ELZUHA ]

Ruang bawah tanah, lembab. Terdengar suara seperti pukulan yang mengenai tulang tubuh manusia. Pintu loker terbanting.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Mengingat sekarang adalah pukulan pertama yang paling menyakitkan. Kekerasan tak terduga pada remaja kelas sebelas itu terjadi pada malam hari oleh teman-temannya—tanpa belas kasihan.

BUGH!

Sebuah pukulan ke ginjal dengan kekuatan super penuh, membuat sang korban hampir muntah darah.

Seorang lelaki itu terhuyung-huyung, tidak bisa bernapas. Sementara tiga orang lainnya menghasilkan suara parau dari kemarahan dan kepuasan dasar.

Lelaki itu tersungkur ke atas lantai. Dia merunduk dan memohon. "Ma... maafin aku, kak. I-itu gak seperti yang kakak lihat."

"APA, MAAF?! MAU LO APA HUH, SETELAH BUNUH ADEK GUA? LO MASIH MOHON MAAF KAYAK GINI, LO PIKIR GUE BAKAL MAAFIN?!"

"GILA LO YA!"

Sementara lelaki bertopi putih balenciaga, menendang kasar lelaki lemah yang berada di hadapannya. "Nggak usah minta maaf, kalau lo sebenarnya udah nggak punya otak." Dia berjongkok, menyentuh kepala korbannya dengan jari telunjuk, "hei, mendingan lo mati aja, dari pada kaya gini terus. Dasar sampah!"

Tidak ada teman, tidak ada bantuan—Jino terjebak sekali lagi. Itu adalah pikirannya saat dia dihancurkan oleh para kakak tingkatnya yang menuduhnya sebagai pembunuh. Terlebih lagi, orang yang terbunuh itu adalah adik dari ketua penindas di sekolah Jino. Orang-orang di luar tidak peduli dan tidak ada anak lain yang menolongnya. Beruntung bagi Jino saat kekuatan milik Eric berakhir. Akhirnya, mereka keluar dari ruangan.

Kondisi Jino sangat memprihatinkan—memar dan berlumuran darah. Kaki kirinya tampak pincang. Orang-orang tidak memperhatikan, mereka tidak peduli sama sekali. Bagaimanapun, Jino harus memikirkan sesuatu dengan cepat sebelum dia terluka parah.

Sementara itu, Eric dan dua orang temannya mampir ke sebuah tongkrongan pinggir jalan. Mereka meninggalkan Jino sendirian. Untung-untung, lelaki itu tak Eric kunci di sana.

"Woi Ruto, kenapa lo nggak jadi keroyok si bangsat itu sih?" tanya Eric.

Naruto menggeleng. "Males gue. Habis waktu gue buat ngurus kaya gituan."

"Sibuk apa lo?" ucapan seorang gadis, menghentikan aktifitas Haruto.

Gadis itu adalah anggota ketiga dari geng Eric. Dia diam sedari tadi, gadis itu tidak ikut memperdaya korbannya, dia dari tadi hanya menonton kedua temannya dan tidak mengatakan apa pun.

"Lo nanya gue?" Haruto balik bertanya.

Gadis itu mengangguk, menyesap minumannya menggunakan sedotan.

"Hey, harusnya kita yang nanya elo. Elo ngapain dari tadi diam mulu? Enggak kaya biasa, lo lagi sakit?" sulut Eric.

"E—engga kok." Gadis itu gelagapan, ia memalingkan wajahnya ke arah jalanan.

Sementara, Eric dan Haruto tambah bingung menghadapi gadis yang biasanya mengoceh—tapi seketika menjadi pendiam. Dan sekali dia berbicara, dia malah gelagapan.

"Woi Elzuha, lo kenapa?!" seru Eric emosi.

"Eh, jangan ngebentak gitu dong Ric. Mungkin Zuha lagi ada masalah. Zuha, kalau lo ada apa-apa cerita aja ke kita. Lo kan biasa cerita ama kita. Jangan sungkan," tutur Haruto menengahi.

Zuha mengangguk. Kemudian gadis itu mengeluarkan ponsel ke atas meja, berniat untuk menunjukkan sesuatu kepada dua temannya.

"Kenapa ponsel lo? Rusa—"

"Bisa selow nggak sih Ric? Lo kenapa dari tadi emosi mulu deh?!" potong Zuha cepat.

"Yee maap. Gue kan lagi emosi gara-gara si bangsat tadi. Juga, tentang adek gue..." suara Eric melemah.

"Hm, semangat buat lo berdua!" Haruto menepuk pundak kedua temannya sebelum melanjutkan perkataannya. "Eh hp lo kenapa Ha? Lo mau servis ke gue, apa gimana?"

"Bukan, gue mau nunjukin ini." Zuha memberikan ponselnya pada Haruto. Lelaki itu menyambut benda berwarna pink cerah sembari melihat seluruh teks yang tertera pada layarnya. Seketika Haruto terdiam, wajahnya berubah datar. "Oh ini. Gue juga dapet," sahutnya enteng.


"Eh? Lo serius?! Lo nggak curiga gitu, ini tuh pesan misterius tau, dan dia malah nyuruh gua ngikutin permaina—"

"Eh guys, gue dapet juga. Liat nih," potong Eric memperlihatkan ponselnya. Lalu Haruto juga ikut-ikutan memperlihatkan pesan yang dia dapat.

"Menurut gue pesan ini aneh gitu lho. Rada nyeremin tau," ungkap Eric.

"Iya aneh banget. Makanya gue kepikiran," sela Zuha.

"Lo gimana To? Lo kan progammer terkenal. Lo bahkan bisa membuat software sendiri, lo juga—"

"Cukup. Gua tau kelebihan gue, jadi jangan di umbar-umbar," Haruto terkekeh senang, lalu dua detik kemudian air wajahnya berubah menjadi serius. "Udah gue hack, guys. Tapi gue masih belum nemuin pengirimnya. Kaya nya gue harus ngikutin permainan ini dan nyari dalang di balik ini."


"Tapi To, kaya nya bahaya. Kalau terjadi apa-apa ke kita, gimana?"

"Iya. Bener kata Zuha, kita bakal nemuin bahaya besar kalau kita pergi ke kota sebelah. Lo tau kan, kota sebelah itu pusat perkumpulan pembunuh berantai!" seru Eric.

Haruto bungkam. Sedetik kemudian dia berkata,"lo bener. Tapi, lusa kita kan libur musim panas, lo semua mau di rumah aja gitu? Nguji adrenalin apa salahnya?" kata Haruto menaikkan alisnya sebelah ke atas.

Eric menopang dagu berpikir sebentar. "Iya juga. Bener kata lo, apa salahnya kalau kita nyobain hal yang sedikit berbeda." Eric tersenyum licik.






























Suatu malam setelah pelajaran seni bela diri, Zuha berjalan pulang. Dia suka berjalan sendirian di sepanjang jalan setapak di dekat gang sempit—merasakan udara yang damai dan derikan suara jangkrik.

Jika seseorang bertanya kepadanya, "kenapa pengen belajar Taekwondo?" Mungkin orang akan menjawab, "saya suka Taekwondo karena itu memperkuat tubuh dan kesehatan."

Tapi itu tidak berlaku pada gadis ini. Karna ketika Zuha masih kecil, dia sering diejek.

Diejek, bahkan ditindas oleh teman sekolah dasarnya yang bernama Ken.

"Liat! Apa yang di lakukan gadis jelek bermata empat di situ?"

"Mengapa gadis itu tidak mengucapkan sepatah kata pun?"

"Hahaha, menjadi gadis kecil bermata empat pasti punya keuntungan, sepertinya dia selalu mendapat antrian paling depan!"

Sebenarnya kata-kata itu mungkin tidak berbahaya. Hanya beberapa kata-kata kasar yang tak bersahabat, tapi Zuha membencinya. Gadis itu merasa terhina.

Meskipun Dia telah mencoba untuk berbicara dengan mereka dan memintanya untuk menghentikan perilaku yang cukup mengganggu—tetap saja apa yang Zuha katakan sepertinya tidak pernah didengar.
Akhirnya, Zuha mulai mendidih dan kebencian pun tertanam di dalam sudut hatinya.

Zuha bahkan ingat, kalau dia pernah berselisih dengan Ken, bukan pertengkaran sungguhan. Seringkali lawannya itu tetap lebih kuat, meskipun sebagian besar konflik sering diatasi dengan intimidasi yang kokoh yang membuatnya mundur dengan takut-takut.

Zuha juga ingat, saat ia melukai dirinya sendiri ketika ia mencoba untuk mendorong Ken menjauh. Dia menghindar dan berbalik ke samping, tapi kekuatan Ken membuat tubuh mungilnya jatuh ke tanah. Dan bodohnya lagi, dia tidak mengatakan hal itu kepada orang tuanya—dengan alasan tidak mau membuat keduanya khawatir.

Kini, Zuha menendang-nendang batu kerikil yang berada di bawah kakinya. Merasakan angin malam masih berhembus dengan kuat. Setelahnya Zuha tampak tertawa kecil sembari mengingat-ingat masa lalunya.

Mengingat kini, Zuha sudah semakin di atas. Dia adalah murid yang tersorot. Terlebih lagi, dia mempunyai dua teman lelaki yang bisa di katakan sebagai pengawalnya. Yaitu Haruto dan Eric. Bergaul dengan dua lelaki tampan itu menjadikannya semakin terkenal di kalangan masyarakat sekolah.

Di balik itu semua, tampaknya ada yang Zuha sembunyikan. Misalnya, suka menindas junior sekolah tetangga, atau apalah itu. Dan Zuha menikmatinya sekarang. Seakan-akan gadis itu sudah membalaskan dendam masa lalunya.

Langkah Zuha terhenti—ponselnya berbunyi. Dia memeriksa notifikasi yang tertera pada layar. Ada pesan dari Mama yang menyuruhnya agar cepat pulang.

Zuha memasang wajah sumringah, kini Mama sudah berubah, Mama makin menyayangi Zuha. Tapi senyumannya itu seketika memudar. Ketika menyadari ada sesuatu yang menganggu pikirannya belakangan ini.






















Perihal seseorang yang mengajaknya memainkan sebuah permainan.

Continue Reading

You'll Also Like

ONA (COMPLETED} By audle2

Mystery / Thriller

395K 13.9K 53
❗REVISI❗ /Dia yang tampak baik tetapi licik/ >>>>>><<<<<<< Sadar dari koma setelah mengalami kecelakaan membuat gadis bernama Melia Onalen...
6K 1.1K 29
Berlatar dunia masa depan, di mana teknologi telah berkembang begitu pesat. Bahkan robot telah diperjualbelikan secara luas. Livia, seorang gadis yan...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

6.8M 519K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
45.8K 3.6K 25
Disatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bi...