DASA (END)

Da devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... Altro

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 48

40.2K 5.7K 4.9K
Da devitnask

Asa mondar-mandir di depan bandara, menunggu Papanya yang tak kunjung datang.

Setiap ada seseorang yang keluar dari bandara, Asa langsung mendekatinya. Gadis itu pun segera menepi setelah sadar jika mereka bukan Papanya, persis seperti seseorang yang kurang akal.

Nisha sudah berkali-kali mengajak Asa untuk menunggu di mobil, tetapi gadis itu sangat keras kepala. Sejak tadi, Asa terus membuka dan menutup ponsel. Menanti kabar dari Sang Papa.

Asa menengok ke dalam seperti anak kecil yang sedang mengintip ke rumah tetangga, dia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang menatap gadis itu aneh.

"Asa, tungguin di mobil aja ya. Panas, kamu juga masih demam, nanti malah makin sakit kalau dipaksain berdiri terus di sini."

"Bentar, Buna. Satu orang lagi, Asa masuk mobil." Asa menepis pelan ajakan, Nisha.

Seseorang keluar dari bandara, ternyata bukan Papanya lagi. "Ayok, udah satu orang."

"Sebentar lagi, Buna. Kan Asa bilang satu orang lagi, satu orang lagi abis yang ini."

"Allahuakbar, punya menantu gini amat." Nisha tepuk jidat.

"Papa!" Asa berlari memeluk seseorang yang keluar dari bandara, beberapa orang yang juga keluar secara bersamaan itu langsung menatap ke tempat keributan yang Asa ciptakan.

"Asa!" panggil pria berjaket hitam yang terlihat mahal dan rapi itu.

"Asa kangen banget sama Papa, rasanya kayak pengen susulin Papa ke sana, tapi Asa nggak punya paspor."

"Asa!" panggil seseorang itu lagi.

"Papa nggak boleh pergi lagi ya? Kalau Papa pergi, Asa bakalan ikut."

"Asa! Papa di sini," kata pria yang berdiri di belakang seseorang yang sedang Asa peluk.

Perlahan, kepala Asa berputar ke samping. Benar saja, Liam berdiri sejauh dua langkah di belakang sana sambil mengeret koper hitam berukuran besar.

Netra Asa membesar, Asa menoleh melihat seseorang yang ia peluk. Seseorang itu tersenyum secara paksa, terlihat sangat tertekan. Pasalnya, istrinya menyaksikan itu semua dan sepertinya akan terjadi keributan besar sebentar lagi.

"Ah, maaf!" Asa segera meminta maaf, ia juga meminta maaf pada istri lelaki yang ia peluk, takut terjadi kesalahpahaman.

Wanita dengan rambut pendek bergelombang sambil menuntun bocah berusia dua tahun itu memeluk lengan pria di sampingnya, kemudian menariknya secara paksa setelah melempar tatapan laser pada Asa.

"Maafkan saya!" Asa kembali meminta maaf.

Liam tertawa pelan, ia merentangkan tangannya lebar-lebar, seakan-akan sudah siap menerima pelukan hangat dari putri sematawayangnya.

Asa pun beringsut ke pelukan Liam, kuasanya otomatis melingkar di tubuh Papanya meski sedikit terhalang perut buncitnya.

"Makasih Pah buat oleh-olehnya," ucap Asa tersenyum kala Liam membalas pelukannya. Papanya selamat sampai sini, ia bisa bertemu lagi dengan sosok super hero di hidupnya.

Cairan kental mengalir melalui hidung Asa, tiga tetes sudah membasahi kemeja putih Liam tanpa Asa sadari dan semakin deras. Tiba-tiba tubuhnya terasa kaku, Asa kesulitan bergerak.

"Kamu kok panas--" Liam tersentak begitu melihat Asa berdarah, wajah gadis itu terlalu pucat. Asa terlihat sangat lelah, sepertinya akan pingsan sebentar lagi.

Tubuh Asa melemah, Liam buru-buru menahan gadis itu agar putrinya tidak jatuh ke lantai. "Asa?! Asa!"

***

Sudah sejak berjam-jam yang lalu Rey terdiam di perpustakaan sekolah, perasaannya sedang kacau sehingga ia memilih berdiam diri di tempat favoritnya.

Rey sudah melupakan Clara, tetapi justru dipaksa untuk mengingatnya kembali. Foto itu, kenapa harus membuat semuanya kacau?

Meski sangat menyayangi Asa, tetapi Rey masih memiliki berbagai macam alasan untuk tidak menyukainya. Terutama fakta tentang Clara, apa lagi Asa sedang mengandung anak dari seseorang yang sangat ia benci.

Apa aku bisa bertahan, Sa? Rey merebahkan tubuhnya di rak buku paling ujung. Kalau boleh jujur, mencintai kamu juga hal terberat yang ingin aku lakukan, Sa!

Tapi, kenapa berjuang rasanya sesulit ini?

"Mas, maaf. Perpusnya mau ditutup, tolong segera keluar ya," usir seorang penjaga perpustakaan secara halus.

"Baik, Bu." Rey pun keluar dari perpustakaan.

Sepatu vans merahnya melangkah, menyusuri koridor, menuruni tangga, melewati selasar samping, hingga berhenti setelah melihat taman yang berada di dekat sungai kecil.

Bayang-bayang Rey dan Asa waktu itu kembali terputar...

Rey memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke wajah Asa, nyaris mencium gadis itu, tetapi bibir Rey langsung berbelok ke telinga Asa. "Okay, gue bakalan ikutin permainan lo."

Rey membuat jarak sehingga ia dapat melihat wajah Asa yang cukup tertekan. "Gue cuma harus nunggu anak itu lahir, kan? Setelahnya, gue bakalan talak lo dan lo nggak boleh nolak. Inget, ini perjanjian kita."

Rey menarik pinggang Asa sehingga tubuh mereka bersinggungan, tangannya bergerak menyelipkan rambut Asa yang menjuntai ke belakang telinga.

"Iya kan, Sayang?" Rey memaksakan senyum lebar.

"Berhenti, Rey." Asa mendorong Rey agar pria itu menjauh.

"Kenapa?!" Rey mulai menampakkan ekspresi sebenarnya, dia terlihat sangat membenci Asa. "Itu kan yang lo mau?!"
...

Rey menghela napas gusar mengingat hari itu, ia eratkan pegangannya pada tali ransel yang melingkar di bahu kanannya, sweater maroon yang ia kenakan sedikit bergoyang terhantam angin.

"Gue cuma harus nunggu anak itu lahir, kan? Setelahnya, gue bakalan talak lo dan lo nggak boleh nolak. Inget, ini perjanjian kita." Ucapan kasarnya pada Asa terus terngiang sangat jelas.

Drrrrrrrrrtt! Drrrrrrrrrttt! Ponsel Rey bergetar panjang, deringan khas itu kian terdengar.

Rey merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih yang tersimpan di saku celana cream. Telpon dari Bundanya.

"Asalamualaikum, Buna--apa?" Rey sontak terkejut dengan kabar yang Nisha sampaikan.

Asa mimisan, pendarahannya tidak kunjung berhenti, gadis itu pingsan di bandara. Iris coklat asia Rey membulat sempurna, pria itu langsung berlari menuju parkiran sekolah.

Kenapa Rey lupa? Waktu itu ia ingin memeriksakan Asa, tetapi kenapa malah ia lupakan? Asa! Jangan, Asa! Bertahan tolong! Rey belum siap kehilangan!

Rey mengusap buliran kristal yang meluncur dengan sendirinya, pria itu semakin mempercepat langkahnya dua kali lipat.

Rey keluar dari area sekolah bersama motornya, putaran penuh pada handle gas Rey lakukan agar ia segera sampai di rumah sakit tempat Asa dirawat.

Rey melepas helm fullface nya tatkala sampai di parkiran rumah sakit, ia kembali berlari seperti orang kesetanan.

Beberapa kali Rey menabrak dokter, perawat, bahkan pasien, dan nenek-nenek lansia yang memakai alat bantu jalan.

Rey hanya mengucapkan maaf tanpa peduli dengan kekacauan yang ia perbuat. Fokusnya hanya satu, Asa, Asanya.

"Setress teh ia, saha? Mbuh lah."

Derap langkah cepat itu terdengar menggema di koridor lantai dua belas, membuat Nisha dan Liam yang sedang duduk di dekat ruang intensif sontak berdiri.

"ASA!" teriak Rey dengan mata melotot bersama air jernih yang terus mengalir.

Rey semakin kesetenan saat melihat Asa yang terbaring di brankar ruang intensif dengan dinding kaca tebal, alat bantu pernapasan menempel di tubuh gadis mungilnya.

Rey baru saja ingin masuk, tetapi tangan Liam sudah lebih dulu menarik tangan Rey sehingga mereka berhadapan.

"Kenapa Asa bisa sampai kayak gitu?!" sentak Liam terlihat sangat marah.

"Om kapan pulang?" Rey baru sadar jika Papa Asa sudah ada di sana.

Nisha memekik ketika Liam menarik sweater Rey secara kasar. "Liam sebentar, bisa saya jelaskan--"

"Saya tanya, kenapa Asa bisa sampai kayak gitu?!" Liam menaikkan suaranya beberapa oktaf sampai membuat salah enam dokter di sana menoleh.

Air mata Liam meluncur, cengkramannya di sweater maroon Rey semakin erat. "Kenapa Asa terlihat nggak bahagia? Apa yang udah kamu lakuin sama anak saya?! Kenapa luka ditangannya makin banyak?!"

"Apa yang terjadi sampai dia bohong sama saya kalau dia baik-baik aja?! Padahal dia nggak baik-baik aja?! Kenapa Asa harus seperti ini! Apa yang kamu--"

"Anda juga sama!" Netra Rey membesar, dia ikut-ikutan membentak. "Selama ini Anda kemana? Anda tidak pernah ada untuk Asa! Berkali-kali Asa menangis hanya karena rindu sama Papanya, sekarang Anda peduli?!"

Liam speechless, dia juga salah. Seharusnya Liam pulang lebih awal, mungkin ia tidak akan semenyesal sekarang. Cengkraman Liam melemah, pria itu sedikit menunduk.

"Baiklah, saya memang Ayah yang buruk. Tetapi, Ayah terburuk sedunia juga tidak akan rela jika anaknya disakiti oleh orang lain."

Liam menatap Rey tajam, dia menunjuk wajah Rey dengan jari telunjuk. "Kalau kamu nggak sayang sama Asa, kembalikan dia ke saya!"

"Saya lebih rela Asa jadi janda, daripada harus hidup tersiksa bersama seseorang yang tidak pernah menginginkan kehadirannya!" imbuh Liam.

Rey menunduk dengan air mata berderai, sesekali ia usap air matanya dengan telapak tangan. "Saya sayang, Om."

"Sayang siapa?!" Liam benar-benar tidak bisa santai, hidungnya sudah kembang-kempis karena terisak.

Rey menghirup ingusnya agar tidak mengalir, tetapi tetap saja keluar. Membuat pria itu terpaksa menyekanya mengunakan lengan sweater.

"Sayang Asa, Om!" timpal Rey sambil sesengukan. "Ya kalik sayang sama Om."

Nisha memeluk punggung Rey, kemudian mengusap-usap lengan Rey untuk menenangkan putranya. "Udah, Mas! Udah! Jangan malu-maluin Bunda."

TBC.

Bisa-bisanya ada yang was-was kalau Papanya Asa meninggoy, bau-bau belum liat trailer Dasa nih pasti. 🤣🙏

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

7K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss. Mau nyantai dulu.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continua a leggere

Ti piacerà anche

55.6K 9.3K 51
[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun...
ROLANDARA Da intanzs

Teen Fiction

14.2M 946K 46
⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara malah kicep. Wajah nyalat tapi hati hell...
1.2M 49.3K 32
GANTI JUDUL. CEWE BARBAR => LOLA Sequel of (S)He Is Crazy #2 Cover by : @Lita-aya SELURUH CERITA MASIH UTUH. TAPI PRIVATE ACAK. FOLLOW UNTUK MEMBA...
Revalet Da M A R S

Teen Fiction

8.4K 1.1K 50
[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabata...