DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 47

41.9K 5.7K 7.4K
By devitnask

"Bukan Asa," gumam Rey saat duduk di ruang tes. "Yang ada di video itu bukan Asa, jadi Asa nggak salah. Tapi Asa yang udah bikin Clara dibully."

Tiba-tiba, ingatan Rey melayang pada kejadian hari itu...

"BUKAN AKU!" Clara menyentakkan tangannya dari beberapa siswa yang sedang menggodanya.

"Jelas-jelas ada banyak sutra di tas lo kok, nggak usah sok suci."

"Iya ini pasti kerjaan kalian semua, kan?"

"Halah akuin aja, Ra. Bokap gue langganan lo kan pasti? Gue pernah liat lo keluar dari Hotel Arwana, lo juga tau kan kalau Bokap gue kerja di sana. Gara-gara itu, Nyokap Bokap gue sering berantem."

"Bangsat, lo nggak punya bukti! Nggak usah nuduh yang enggak-enggak!"

"Weeeeeees, cewek lugu ngumpat, Bro!" sahut yang lain diiringi kekehan menyebalkan.

"Lugu lugu Bapak kau terbang. Dia cuma pura-pura lugu, Nyet. Keliatan baik dari luar, tapi dalemnya bau tai."

"Pak Raka udah nunggu di lapangan!" interupsi Rey terdengar sangat dingin. Beberapa siswa yang menggoda Clara itu langsung beranjak keluar kelas dengan langkah malas.

Rey pergi dari kelas Clara, lalu Clara langsung mengejarnya. "Rey, makasih udah bantuin aku--"

"Nggak usah sentuh gue, Ra!" kata Rey penuh penekanan.

"Rey, kamu nggak percaya sama semua itu kan? Aku nggak kayak gitu, yang ada di video itu bukan aku--"

"Lo juga tau kan, Ra? Gue paling nggak bisa mentoleransi pelaku zina kayak gitu--"

"Asa, Rey!" Clara menahan tangan Rey, gadis itu mencengkramnya kuat-kuat. "Yang ada di video itu Asa sama Elvan, kamu juga tau kan kalau mereka emang sering kayak gitu?"

Tangan Rey terkepal, rahangnya mengeras. Mendadak semuanya terasa gelap. Benarkah Asa seliar itu? Pasalnya, gadis di video itu terlihat sangat menikmati permainan.

"Asa juga yang bilang kalau aku yang ada di video itu, Rey. Dia bahkan pura-pura lugu dan bersikap seolah nggak tau apa-apa."

"Dia itu iri, Rey. Dia iri karena kamu lebih deket sama aku dibandingin sama dia, katanya, setiap kali makan di kafetaria, terus Asa dateng, kamu langsung pergi sambil cari alesan yang menurut Asa nggak penting."

"Dia itu sebenernya nggak suka kalau aku deketan sama kamu, makanya dia cari-cari alasan buat bikin aku jauh dari kamu, Rey. Percaya sama aku, plis."

"Dan yang punya sweater ungu itu bukan aku doang Rey, itu sweater couple aku sama Asa. Asa yang ngasih ke aku, dia pasti berusaha buat jebak aku."

Rey menarik tangannya hingga genggaman Clara terlepas. "Udah selesai ngomongnya?"

"Rey, tolong percaya sama aku--"

"Gue kecewa sama lo, Ra." Kalimat itu berhasil menjadi penutup percakapan terakhir mereka.

Rey berjalan pergi meninggalkan Clara yang terisak keras-keras, Rey masih tidak mengerti, percaya tidak percaya, ia tetap saja mempercayai semua ucapan Clara.

Duuug!

"Arghhh!" Rey mengacak rambutnya frustasi dengan posisi kepala membentur meja.

"Kenapa, Rey?" tanya Bu Sukma perhatian, seisi ruangan refleks memusatkan perhatiannya pada Rey. "Lupa materi? Apa soalnya susah?"

"Palingan kangen Asa, Bu. Emang suka nggak jelas si Rey, kadang senyum-senyum sendiri."

"Cieee istri, unboxing-nya sebelum nikah ya, Rey. Mantabs abieezzz."

"Berapa kali mantab-mantabnya Rey? Sampai bunting gitu, kasian Asa, badan kecil keisi bayik."

"Kadang masih suka kasian sama Vanvan, jametnya diambil saudara sendiri dong."

"Susah-susah PDKT, sekali pacaran langsung ditikung kakak seayah. Sakit, Bos."

"Sudah-sudah, jangan brisik!" Bu Sukma menengahi. "Kerjakan soal dengan tenang dan cepat. Saya juga capek hari ini, ayo segera kerjakan biar kita bisa segera pulang."

"Yaelah, Bu. Makanya ini kunci jawabannya dikasih tau aja biar kita nggak perlu susah-susah mikirin jawaban."

***

"Udah mendingan?" tanya Nisha yang sedang menemani Asa tidur di kamarnya.

Asa tersenyum melihat wajah Nisha yang begitu dekat, wanita itu sedang mengompres kening Asa karena sebelumnya Asa mengigil parah.

"Makasih, Bunda." Asa mengelus tangan Nisha, sudah lama ia tidak diperhatikan seperti ini. Jika Bundanya masih hidup, mungkin Asa akan merasa lebih bahagia.

"Maaf ya, Asa jadi ngerepotin."

"Nggapapa, Asa. Nggak usah sungkan, bumil emang suka rentan sakit, wajar kok, yang penting Asa tetep kuat."

"Asa jadi kangen Bik Ini, dulu dia asisten rumah tangga di rumah Asa. Tapi ambil cuti satu tahun karena anaknya lahiran, biasanya, Bik Ini juga suka ngompresin kening Asa."

"Biasanya?" Nisha mengangkat alisnya.

"Iya, hehee."

"Jadi, Asa udah sering demam gitu?"

"Enggak sering juga sih, kadang aja. Hehee." Asa nyengir. "Buna kenapa nggak cari asisten rumah tangga aja buat ngurus rumah? Kalau Asa liat-liat kerjaan Buna juga capek, masih kuat ngurus rumah."

"Pernah sih, tapi suka nggak cocok Bunda mah. Kalau beberes rumah suka pada mindahin barang-barang sembarangan, nanti pas Bunda tanya barang ini itu di mana, eh dianya lupa."

"Hahaaa, ya kan dibilangin aja biar nggak dipindah-pindahin barangnya."

"Udah, Sa. Berkali-kali Bunda bilangin, eh besoknya masih aja dipindah-pindahin. Kadang naruh gula sama garem juga suka ketuker-tuker, Bunda malah jadi pusing sendiri."

"Jadi ya, lebih suka beberes rumah sendiri. Lagian kan ada Rey juga, rumah jadi jarang kotornya karena Rey suka bersih-bersih. Kebetulan juga deket penatu, jadi nggak bingung. Kalau ngurus cucian mah Bunda paling nggak kuat, capek banget."

Menatu dan mertua itu terus mengobrol, membahas hal-hal random lainnya sehingga ikatan mereka semakin erat.

Drrt! Drtt! Ponsel Asa bergetar lama, menandakan panggilan masuk dari luar negri.

Nisha mengambilkan ponsel Asa yang sedang dicharger, kemudian segera memberikan benda itu pada sang pemilik.

"Makasih, Buna."

"Iya," Nisha tersenyum sangat ramah, wanita itu membereskan peralatan bekas kompres. "Bunda keluar dulu ya, kalau perlu apa-apa panggil aja."

"Siap!" Asa mengangkat tangan membentuk hormat.

Seusai Nisha keluar, Asa mengangkat telpon yang masih berdering. "Asalamualaikum? Papa?"

"Waalaikum salam, Asa, Ya Allah. Papa bingung, hape Papa jatuh di kereta, udah beli yang baru tapi Papa bingung cari kontak Asa di mana, Asa nggak punya akun sosial media, Papa juga nggak tau nomer temen-temen Asa. Mana Papa nggak catetin nomer-nomer yang lain."

"Papaaaaaaa, Asa kirain Papa kenapa-napa! Kenapa lama banget kasih kabarnya, bikin Asa nungguin?! Asa kangen sama Papa, kangen banget."

"Maaf Sayang, Papa juga udah berusaha telpon ke perusahaan malah dialihkan terus. Mana Papa nggak hafal nomer sekertaris Papa, Ya Allah nasib banget. Papa juga kangen--Asa kenapa?"

Asa menjauhkan ponselnya karena ia menangis, terlalu rindu dan merasa sangat bersyukur karena Papanya baik-baik saja.

"Bentar, sebentar lagi Papa pulang, Nak. Urusan Papa di sini udah selesai, Asa sehat kan? Dedeknya gimana? Asa beneran ke psikiater?"

"Iya, Pah. Cepetan pulang, Pah."

"Jangan nangis, Papa sebentar lagi pulang. Papa udah beli tiket pesawat juga, nanti jam tigaan sampai sana. Papa udah otw ke bandara,"

"Hati-hati di jalan, Pah. Asa tunggu di sini ya, kabarin Asa lagi."

"Iya sayang, maafin Papa ya. Papa udah mau pulang sejak kemarin, tapi tertunda terus karena rapatnya terus diundur. Kemarin jadwal pesawatnya juga batal karena cuaca buruk, maafin Papa ya, Nak."

"Nggapapa, yang penting Papa nggak kenapa-napa."

"Kamu baik-baik aja kan?" Suara dari sebrang sana terdengar sangat khawatir.

Asa mengangkat kurva tipis di bibirnya. "Asa baik-baik aja, Pah. Debaynya juga sehat, Bunda Nisha sama Rey baik sama Asa."

"Tapi kenapa suara kamu kayak gitu?"

"Kayak gimana, Pah?" tanya Asa sedikit parau.

"Papa pulang, Nak. Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Titip Papa sampai sini dengan selamat aja, Pah. Heheee."

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

7K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss. Mau nyantai dulu.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...
4.4M 192K 58
[FOLLOW SEBELUM BACA] Sanaya Putri Mahesa, seorang gadis yang biasa di panggil Naya, gadis yang sangat polos dan kelewat manja. Naya sangat cantik da...
7.2M 356K 48
COMPLETED!! [DALAM PROSES PENERBITAN] **** Tujuan awal Kenneth hanya ingin membuat Klarisa jatuh hati padanya agar gadis itu move on dari bayang-baya...
107K 6.8K 64
[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya...