Maav banget kemarin gak sempet update☹️ jadi hari ini satu bab aja ya:>
Vote+komennya ya bunda❤️
Happy reading ❤️
****
24. Apakah bisa?
Rendra menulis setiap baris kalimat indah yang merupakan curahan dari hatinya untuk Lisa. Seperti kesepakatan mereka semalam, dia akan bertukar surat setelah acara kenaikan pangkat ini.
Beberapa menit lalu Lisa memberi tahu jika dia tidak bisa menghadiri acara itu karena tidak sempat, jadi mereka memutuskan untuk bertemu saja di danau yang biasa mereka jadikan tempat bercerita.
"Widih, Kapten nulis surat wasiat nih buat melepas pangkat lama?" ledek Ridho. Ya, hubungan keduanya sudah berubah lebih condong ke pertemanan dibandingkan hubungan atasan dan bawahan, lebih tepatnya saat Rendra tahu jika Ridho adalah teman lama Lisa. Dari saat itu Rendra terus mengulik masa lalu Lisa lewat Ridho.
"Heh, kalo ngomong ya!" tegur Rendra.
"Canda, Kapt!"
"Kamu memang nggak ada tugas di kantor?"
"Enggak ada, saya kan masuk malam kemarin. Sengaja tukeran sip sama temen cuma buat nonton Kapten naik pangkat sekalian liat pak presiden."
"Bisa ya kamu nyari kesempatan."
"Bisa dong, Kapten juga kenapa nggak siap-siap? Malah nulis surat gini, emang buat siapa suratnya?"
"Buat masa depan."
"Oh, Lisa."
"Saya titip dulu suratnya ke kamu, habis selesai kenaikan pangkat saya ambil lagi. Kamu jangan kabur loh!"
"Yo, jelas Ndak toh! Mana berani kabur dari amanah kapten?"
Rendra terkekeh, di memberikan surat yang sudah selesai dia tulis dan sudah dia masukkan ke dalam amplop berwarna biru yang terlihat sangat bagus dan soft itu kepada Ridho.
"Jaga baik-baik, saya nggak nerima keluhan kertas amplop yang lecek ya!"
"Siap kapten!" ujar Ridho seraya memberi hormat pada atasannya ini. Rendra terkekeh dan menyuruh Ridho menurunkan tangannya.
"Saya ke sana ya, kalo bisa kamu dokumentasi saya dan kasih ke Lisa. Biar dia tau kalo calonnya seganteng itu hari ini."
Ridho mengangguk. Keduanya terpisah, Ridho duduk ke bagian tamu dan Rendra pergi ke tengah lapangan berdiri bersama perwira lainnya.
Tak butuh waktu lama, acara dimulai dengan semestinya. Presiden yang memimpin acara ini telah memberikan lencana baru kepada perwira tentara yang amat berprestasi ini. Setelah memberikan beberapa kata penutup, upacara kenaikan pangkat diakhiri dengan jabat tangan presiden kepada 23 Perwira yang baru saja naik pangkat ini.
Presiden berjabat tangan dengan Rendra, memberikan selamat kepadanya dilanjutkan ke barisan selanjutnya. Saat presiden bergeser ke orang selanjutnya, Rendra melihat sebuah laser yang sangat tipis yang bertitik di tepat kepala sang Presiden.
Rendra memiliki pendengaran lebih tajam dibandingkan orang biasanya, dia saat ini mendengar suara tembakan dalam jarak yang sangat jauh. Rendra mengira-ngira dengan cepat, dia dengan mudah menebak di mana titik sang penembak itu dan bisa melihat peluru itu meluncur.
Gerakan yang sigap dan tepat, dia mendorong sang presiden agar menghindar dari peluru itu. Hal yang Rendra lakukan ini sangatlah membuat kaget orang-orang, termasuk beberapa jajaran kopasus yang ditugaskan menjaga sang kepala negara saat ini tergesa-gesa melindungi sang kepala negara saat Rendra berteriak ada penyerangan oleh orang luar.
Para perwira lain segera membubarkan dirinya, berusaha melindungi diri agar tak menjadi target si penembak yang berada di atas gedung sebuah hotel yang tak jauh dari tempat itu.
Berbeda dengan Rendra yang membantu Presiden bangkit sebelum para penjaganya datang melindungi.
Namun saat sang kepala negara sudah aman, sang penembak kembali menembakkan dua peluru sekaligus secara asal dan naasnya timah panas itu tepat mengenai dada Rendra serta perutnya.
Dengan dua luka tembak yang berada di tempat yang berbeda Rendra rubuh ke tanah lapangan dimana baru saja ia berdiri sebagai perwira dengan pangkat yang baru. Kini semuanya berubah menjadi medan perangnya sendiri, bahkan dia masih mendengar suara teriakan para tamu undangan dan juga dia mendengar namanya yang diserukan oleh Ridho.
Saat ini yang ada dalam pikiran Rendra bukan tentang apakah dia akan selamat dari dua peluru yang sudah bersarang di tubuhnya, melainkan bagaimana nanti ia bisa memenuhi janjinya pada gadis tercintanya. Janji bertemu dan berbagi perasaan lewat surat yang telah ia siapkan.
Satu yang dia tanyakan dalam hati saat ini, apakah bisa dia mendengar kata cinta yang ia dambakan dari Lisa dengan kondisi seperti ini?
****
Lisa melepaskan pakaian perawatnya setelah selesai menyelesaikan sip pertamanya sebagai perawat di Rumah Sakit ini. Dia keluar dari Rumah Sakit dengan senyum cerianya, energi positifnya yang tak sabar bertemu dengan Rendra menular ke seisi Rumah Sakit. Membuat beberapa pasien yang tak sengaja berpapasan dengan Lisa menjadi ikut bahagia dengan senyuman gadis itu.
Lisa menaiki mobil yang sudah dia pesan dengan tujuan ke Danau tempat biasa dia bersantai dengan Rendra.
Sesampainya disana, Lisa mengambil ponselnya dan mengabari Rendra dengan mengirimkan foto Danau itu. Dengan tujuan agar pria itu cepat menemuinya di sini.
Hampir 15 menit dia berdiri di tepian Danau, dengan sebuah surat yang ia pegang sedari tadi. Bahkan beberapa orang yang berada di Danau sudah berangsur-angsur pergi. Lisa mulai gelisah, dia terus melihat jam yang ada ditangannya. Menengok ke belakang dengan harapan Rendra datang. Cuaca sudah berubah mendung bertanda akan datangnya hujan besar.
Lisa mengeluarkan ponselnya yang ternyata di silent yang memang sudah kebijakan karyawan di Rumah Sakit tempat ia kerja. Banyak panggilan dari Ridho yang tak terjawab olehnya, juga dari nomer Hana serta Oma.
Lisa mengerutkan keningnya keheranan, tidak biasa-biasanya ketiga orang ini menghubunginya sebanyak ini. Lisa hendak menekan tombol telepon pada nomer Ridho, namun sebuah pesan muncul.
***
“Apa bila langit mendung, apakah itu berarti matahari sedang tidak baik-baik saja?”
—Lisa Alaric.
Kaget yah? Sama aku juga..
Kira-kira bakalan sad atau happy?
Aku yakin kalian udah ada yg ngerti dibalik cerita senandika ini❤️