KEBAL'IK

By taestin_gloria

250K 21.6K 3.7K

[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan... More

PROLOG
Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20
Chap 21
Chap 22
Chap 23
Chap 24
Chap 25
Chap 26
Chap 27
Chap 28
Chap 29
Chap 30
Chap 31
Chap 32
Chap 33
Chap 34
Chap 35
Chap 36
Chap 38
Chap 39
Chap 40
Chap 41
Chap 42
Chap 43
Chap 44
Chap 45
Chap 46
Chap 47
Chap 48
Chap 49
Chap 50
Chap 51
Chap 52
Chap 53
Chap 54
Chap 55
Chap 56. ENDING
Chap 57
Chap 58
Chap 59
Chap 60. Real Ending
!
EXTRA CHAPTER
Exchap 2
Say Hi

Chap 37

2.8K 317 43
By taestin_gloria

Jangan lupa buat komen di tiap paragraf biar aku makin cepat up. Wkwk

-Happy Reading-

Ical menghentikan langkah dan diikuti oleh kedua sahabatnya yang berada dibelakang.

Ical menatap ke arah kamar mandi. Di mana seorang yang ia benci belakangan ini tengah mengelap keringat yang bercucur di dahi dan tangan gadis itu tak hentinya menggosok tiap sudut kamar mandi.

"Kenapa berhenti sih, Cal? Pipis gue udah di ujung tanduk," gerutu Chiko dengan nada suara memelas.

Ical menunjuk ke arah kamar mandi, "Ada tukang bersih kamar mandi yang lagi beresin tugasnya."

Mendengar ucapan Ical barusan membuat Chiko memutar bola matanya malas. "Halah, Kalista doang, trobos ajalah." ujar Chiko dan berjalan deluan meninggalkan Ical dan Didi.

"Masih jadi ke kamar mandi?" tanya Didi menepuk bahu Ical.

Ical menggeleng. "Kita pantau dulu si Chiko bakal ngapain sama Kalista,"

"Terus kalo udah selesai dipantau? Ngebacotin Kalista lagi dan ngatain dia murahan?" tanya Didi kedua kalinya dengan suara yang datar.

Ical tak menanggapi Didi. Ia hanya berdiri tak jauh dari kamar mandi memandangi Chiko yang sedang adu mulut di dalam kamar mandi.

Ical termenung ketika melihat Kalista yang tertawa di seberang sana. Biasanya tawa itu selalu Ical dapatkan setiap hari. Tapi sekarang berbeda.

"See, lo nyesalkan?" celutuk Didi tiba tiba. "Sekarang lo mau apa lagi?"

Respon Ical sama seperti tadi, yaitu mengabaikan Didi. Ia  berjalan menuju kamar mandi menjumpai kedua makhluk yang masih adu mulut itu.

"Lo bisa keluar bentar? Gue mau buang air kecil," ujar Ical datar dan lansung dituruti oleh Kalista.

Ical sedikit tercengang dengan Kalista. Mengapa Kalista tak adu mulut juga kepadanya sama seperti apa yang dilakukan Chiko.

"Huuuu, giliran ayang embebnya yang suruh, kok mau?" cibir Chiko menjulurkan lidah berniat mengejek Kalista. "Oh,iya, binatangkan harus jinak sama tuannya,"

Tawa Chiko pecah membuat Kalista geram sendiri. Dengan segera ia menimba air dari dalam bak dan menyiramkannya tepat di wajah Didi. "Bakal gue mutilasi, lo."

Setelah iu Kalista keluar dari kamar mandi membawa ember dan pembersih lantai kamar mandi.

Sedangkan di dalam kamar mandi, Chiko lansung saja membuang hajatnya. "Ah, lega." Berbeda dengan Ical yang mematung di dekat pintu keluar kamar mandi.

Chiko yang hendak keluar dari kamar mandi mengurungkan niat karena melihat Ical yang menghalangi jalannya. "Cal, nepi dulu bisa, gak? Gue mau keluar."

Seketika Ical tercengang dan tersenyum kikuk. "Oh, oke. Kalo gitu lo deluan keluar aja. gue belum siap sama urusan gue,"

Chiko telah pergi dari kamar mandi meningglkan Ical yang sibuk dengan hajatnya.

Di luar kamar mandi, Chiko lansung menghampiri Kalista. "Gue udah selesai pipis,"

Kalista memutar bola matanya malas. "Terus? Gue harus gelar acara syukuran, gitu?"

Chiko mnggeleng dan menodongkan pisau silet yang biasanya ia gunakan untuk meraut pensilnya. "Kan sebelum gue pipis, lo bilang kalo gue bakal dimutilasi sama lo,"

Kali ini hasrat Kalista untuk memutilasi Chiko semakin meninggi. Ia sudah mengambil pisau yang ditodongkan Chiko tadi dan mengarahkannya pada leher Chiko.

"Waduh, jangan potong leher gue dong, Kal. Ntar kalo gue jadi kuyang kayak gimana? Gak lucu gitu kalo ada cowok setampan dan sepemberani gue berubah jadi kuyang,"

"Tampan dan berani?" tanya Kalista menahan tawanya. "Gue rasa Pak Oji yang sering genit depan pagar lebih ganteng daripada lo,"

Chiko mencebik kesal dan menarik pisau silet yang diganggam Kalista. "Ih, si eneng teh gak seru pisan, diajak main bunuh bunuhan malah main ledek ledekkan. Saya teh gak suka,"

"Hahaha, main perkosa perkosaan gimana?"

Chiko menampol wajah Kalista. "Gila banget lo, ntar beneran diperkosa nanges."

"Nyenyenye, udah ah malas banget ngomong sama hewan berwujud manusia, buang buang ludah aja," cibir Kalista kemudian melirik kamar mandi yang sudah kosong. "Gue mau lanjut bersihin kamar mandi aja, deh. Biar pahala gue makin nambah."

Kalista meninggalkan Chiko dan lansung saja menggosok kamar mandi sama seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Didi menepuk bahu Ical. "Udah gue bilang dari dulu tempatin dimana hati lo sebenarnya. Bingungkan lo sekarang?"

Ical menepis tangan Didi dan melangkah menuju tempat di mana Chiko berada.

"Chik,"

"Ap-"

Belum sempat Chiko mengucapkan kata katanya, tiba tiba saja Ical lansung membogem mentah pipi sebelah kiri Chiko.

"Lo kenapa, Cal?" tanya Chiko sembari mengelus pipinya.

Ical tak mnjawab ia maju selangkah dan lansung menghajar Chiko lagi.

Didi yang melihat dari seberang tentu tidak akan tinggal diam. Ia segera berlari ke arah dua sohibnya dan berusaha melerai mereka. "Udah woi, kalo mau gelud cari tempat yang lebih elit dikit, kek."

Bak orang keserupan, Ical tetap tak menanggapi Didi. Tujuannya sekaarang adalah untuk menghajar Chiko.

"Stop," kini Didi tepat berada di tengah tengah mereka berdua. "Lo berdua ngapa kayak bocah sih?"

Chiko mengelus pipi kirinya. "Entah nih si Ical. Gak ada angin gak ada hujan lansung main hajar aja," Ia berkaca ke dekat cermin yang ada di sekitar tempatnya. "Muka gue belum goodlooking, tapi  lansung dibonyokin gini,"

"Lo kenapa, Cal?"

Tak memperdulikan pertanyaan Didi, ia kembali lagi menghajar Chiko sampai ada darah yang bercucuran karena keluar dari hidung Chiko.

Entahlah, bagi Ical saat ini adalah emosi. Sedari ia memiliki masalah dengan Kalista Chiko selalu saja berusaha mendekati  Kalista dan tentu saja hal itu membuat Ical geram.

Ical beranggapan bahwa Chiko  sedang mempermainkan dirinya untuk mendapatkan Kalista.

"Kalian!" Guru Bk yang berhadapan dengan Ical tadi pagi kini menampakkan batang hidung lagi tepat dihadapannya.

Ical memandangi sekitar. Di sekitarnya, sudah banyak siswa yang menonton kejadian ini. Kemudian manik matanya menangkap Kalista yang tengah menatap Ical sendu.

Tatapan mereka bertemu beberapa saat hingga guru Bk dengan dandanan menor memukul betis Ical menggunakan bambu andalannya. "Silahkan ke ruang Bk sekarang!"

"Dan kamu Chiko, kamu pergi dulu ke UKS untuk membersihkan luka lalu datang ke ruang Bk untuk menyelesaikan masalah ini,"

Chiko mngangguk kemudian berdiri dengan tertatih tatih. Didi yang niatnya inggin membantu sahabatnya itu menjadi urung  karena Kalista yang mendahuluinya. "Biar gue aja, Di."

Alhasil, Kalistalah yang membantu Chiko berjalan menuju UKS. Banyak siswa yang menatap tak percaya pada Kalista. Karena jika biasanya Ical tengah berkelahi, Kalistalah yang paling heboh untuk membantu Ical. Namun mengapa sekarang tidak begitu?

Kerumunan yang menonton acara baku hantam antara Ical dan Chiko tadi perlahan bubar, kini tinggallah Didi yang mematung. "Kenapa semuanya makin rumit?"

🐥

"Ical,"

Safi memanggil dari belakang Ical. Membuat Ical harus menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Saf?" tanya Ical dengan nada suara lembut dan berjongkok di hadapan gadis itu.

Dapat Ical lihat, bahwa mata Safi sudah berkaca kaca karena digenangi air mata. "Kenapa lo berantem?"

"Enggak kenapa napa," balas Ical tersenyum manis.

Safi menggeleng. "Enggak! lo bohong!"

"Gue gak bohong," Ical mengusap lembut pucuk kepala Safi. "Lebih baik lo nunggu gue di UKs aja, ya. Ntar kalo gue udah balik dari Bk, gue bakal nyusul ke sana supaya lo bisa ngobatin luka gue ini," tunjuk Ical pada sedikit memar yang ada di wajahnya.

Safi mengangguk kemudian menyuruh Nena agar mendorongnya menuju UKS.

Ical menghela nafasnya dan kembali melangkah menuju ruang Bk.

🐥

Di dalam ruangan Bk, telinga Ical sudah panas mendengar celotehan guru berdandanan menor di hadapanya ini.

"Bagaimana bisa kamu mukul Chiko padahal dia gak punya salah sama kamu,"

Ical hanya bisa menghela nafas sepanjang mungkin. "Dia punya salah, Bu. Tapi saya gak bisa ngedeskripsikan bagaimana kesalahan  dia,"

"Jadi dendam pribadi?"

Ical mengangguk.

"Emangnya gue punya salah apa, Cal? Gue udah silahturahmi ke buyut lo padahal," cibir Chiko diakhiri dengan kekehan.

"Saya mohon dengan sangat, jangan membawa masalah pribadi ke dalam lingkup sekolah," Guru Bk mulai menasehati. "Jika kalian memiliki masalah pribadi, saya berharap agar kalian dapat menyelesaikannya dengan baik baik, apalagi kalian ini sahabat bukan?"

Chiko mengangguk antusias berbeda dengan Ical yang berdecih sebal.

"Kalau begitu silahkan keluar dan jangan lupa hukuman kalian,"

Ical dan Chiko memandangi guru Bk mereka dengan penuh tanya. "Emang apa bu?"

"Bantuin pak Oji buat nangkep siswa nakal yang suka ngerokok," balas guru Bk.

🐥

Sekarang Ical sudah berada di depan ruangan UKS. Dibelakangnya ada Chiko yang juga ikut ikutan ke UKS karena masih merasa sakit katanya.

Sebelum membuka knop pintu, Ical mendengar suara ribut dari dalam ruangan. Ia tak asing dengan suara ini.

"Gue cuma mau ke taman belakang, terus ada lo yang lagi nagis,"

"Dan, gue nangis karena lo!"

"Kok gue? harusnya gue yang bilang kata kata itu ke elo."

"Bacot lo anjing! Karena lo Anggun harus ham-"

"Brak!"
Ical lansung membuka pintu secara paksa dan menatap kedua perempuan yang tengah bertikai di dalam ruangan itu.

"Kalian kenapa?"

Mereka tak menjawab. Safi lansung menarik Ical menuju brangkar yang tersedia di UKS dan mempersilahkan Ical duduk.

Setelah itu Chiko juga masuk ke dalam UKS dengan  tertatih tatih "Kal, bantuin," rengeknya.

Mendengar Chiko yang berbicara seperti itu membuat Ical kembali geram. Namun ia harus menahan. Tidak mungkin jika ia kembali membabi buta Chiko untuk kedua kalinya.

Kalista membantu Chiko dan mendudukkan lelaki jakung itu di brangkar yang bersebelahan dengan brangkar Ical.

"Kal, perban gue diganti dong," pinta Chiko.

"Kan baru dipakein tuh perban,"

Chiko menggeleng. "Maksudnya Aa teh, di perban-nyak sama cinta mu,"

"Tuk!"
Kalista lansung memukul dengkul lelaki di hadapannya ini. "Punya mulut hobbynya ngegombal mulu, bukannya baper kok gue malah jijik, ya?"

"Emang gue ngegomabalin lo?"
Kalista menatap datar Chiko tanpa aba aba ia lansung berdiri meninggalkan Chiko bersama Safi dan Ical di dalam.

Chiko ikut berdiri dari duduknya dan menghampiri Kalista dengan tertatih tatih. "Ih eneng, tungguin Aa,"

Ical yang sedari tadi menyimak obrolan antara Kalista dan sahabatnya mendadak ngilu. Ia benar benar merasakan sakit yang sesungguhnya sekarang.

Ical kembali menghela nafas sebelum dia memandangi wajah Safi yang tepat di depannya. Sudahlah, jika ia tak bisa bersama Kalista, setidaknya ia bisa bersama Safi, sahabatnya yang hebat.

🐥

Pencet bintang sebelah kiri ya.

Aku nambahin kata 1500+ supaya kalian makin seneng.

Aku bakal up kalo komen kalian banyak wkwk:)

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 378K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1K 234 10
Cerita ini hanya sebuah novella, ditulis dalam beberapa chapter pendek. *** Setelah tragedi penggerebekan organisasi narkoba itu, dia pergi. Dia meni...
1.4M 65.1K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
My Universe By java

Teen Fiction

146K 2.2K 4
Sikap dingin seorang Reynald Arthan Davies bermula ketika ia kehilangan kekasihnya untuk selamanya. Arthan adalah seorang mahasiswa fakultas teknik d...