Senandika

By armelitaptr_

77.9K 5.4K 213

Lisa Alaric seorang anak yang merasa di anak tirikan tiba-tiba dijodohkan dengan anak dari teman Ayahnya. Me... More

Prolog
BAB 1 : Awal
BAB 2 : Masalah
BAB 3 : Dream Catcher
BAB 4 : Narendra
BAB 5 : Bodoh
BAB 6 : Awal mula Om Gula
BAB 7 : Rumah Oma dan Kesepakatan Ayah Anak
BAB 8 : Insiden kepala bocor
BAB 9 : Menemukan cowok tampan
BAB 10 : Pacuan Kuda
BAB 11 : Burger buatan Rendra
BAB 12 : Ridho dan cerita cinta Eyang dan Oma
BAB 13 : Cerita bersama semesta
BAB 14 : Kisah yang sebenarnya
BAB 15 : Kue dan panggilan baru
BAB 16 : Kenyamanan
BAB 17 : Pembatalan Beasiswa
BAB 18 : Maaf
BAB 19 : Surat Mama
BAB 20 : Dibawah pohon Ceri
BAB 21 : Wisuda
BAB 22 : Cium Pipi dari Lisa
BAB 24 : Apakah bisa?
BAB 25 : Bebas
BAB 26 : Hari usai kamu pergi
Bab 27 : Selamat Jalan! [Final]

BAB 23 : Berdua dengan langit malam

1.9K 147 5
By armelitaptr_

Nggak kelamaan update kan?
Vote+komennya bunda😍

Happy reading ❤️

****

23. Berdua dengan langit malam

Lisa keluar dari ruang HRD setelah selesai interview selama satu jam. Akhirnya Lisa resmi menjadi perawat dirumah sakit besar yang sudah dia idam-idamkan sejak jaman Kuliah dulu.

Saking senangnya, dia sampai lupa memberi tahu kabar baik ini kepada sang cenayang kesayangannya alias Rendra. Namun dia mengurungkan niatnya dan berpikir ingin memberikan sesuatu untuk ungkapkan rasa bahagianya kepada Rendra.

Lisa membelikan kopi Starbucks sesuai selera Rendra dan juga membeli beberapa rotinya. Lalu dia meluncur ke tempat Rendra bekerja tanpa mengabari pria itu lebih dulu, untung saja tidak sulit masuk kesana karena dulu Lisa pernah kesana dan kebetulan yang berjaga di depan adalah Ridho si adek letting sekaligus teman SMA Lisa.

"Mau sekalian gue panggilin Kapten Rendra?"

"Nggak, biar gue WhatsApp dia aja nanti didalam."

"Yaudah."

"Nih, buat Lo sama yang lainnya," ujar Lisa memberikan beberapa gelas kopi Starbucks yang memang ia beli juga untuk orang yang berjaga di depan markas, sekalian berbagi kebahagiaan ke yang lain niatnya.

"Widih, makasih!"

"Sama-sama, gue masuk ya!"

Ridho mengangguk lalu ia mengambil minuman Starbucks itu dan membagikan ke yang lainnya. Lisa masuk kedalam markas, dia berhenti tepat tak jauh dari kantornya.

Lisa memberikan uang ongkos ke driver ojol dan tak lupa ia memberi satu gelas kopi pada ojol itu.

Setelah itu dia mengirim pesan pada Rendra agar menemuinya dia luar kantor. Tak lama pria itu keluar dengan seragam tentaranya.

"Lisa kamu tumben kesini nggak kasih kabar ke aku?" ujarnya.

Tanpa basa-basi Lisa melompat ke pelukan Rendra, dan kini dia seperti anak balita yang digendong oleh ayahnya.

"Hei, ada apa? Kok kayaknya seneng gini."

"Aku udah keterima kerja di rumah sakit besar!"

"Serius?"

"Dua rius!"

"Wah selamat, tuh kan apa kata aku. Kamu pasti bisa kalo kamunya sabar!"

Lisa terkekeh.

"Terus kesini naik apa?"

"Ojol."

"Terus itu buat siapa?" tanya Rendra sambil melirik dua paper bag Starbucks yang ditaruh diatas aspal.

"Oh itu Starbucks buat kamu!"

"Terus ini mau gini terus sampe kapan? Kamu berat loh, dek."

"Aku nggak seberat itu kok, Masnya aja yang lebay!"

"Tapi tetap aja kalo kelamaan bisa-bisa aku encok."

"Aku turun tapi mas harus ajak aku jalan-jalan!"

"Lisa kayaknya-,"

"Mas enggak mau? Yaudah deh aku pergi sama-,"

"Oke-oke, kita pergi."

"Yeay!"

***

Lisa dan Rendra duduk diatas kap mobil sambil menatap danau yang nampak tenang ditemani segelas kopi Starbucks yang pahit dan roti-roti yang menjadi temannya.

"Kamu udah dapat kerja, jadi kapan ngucapin tiga kata ajaibnya?" tagih Rendra.

Lisa turun dari kap mobil dan berdiri menatap danau.

"Ekhem, Mas Naren.. Lisa sayang sama Mas."

"Apa?"

"Lisa sayang sama Mas."

"Nggak kedengaran!"

"Ck, mas mah sengaja yah bikin aku ngulang?" sungut Lisa.

Rendra turun dan menggendong Lisa duduk kembali ke kap mobil, mengurung gadis itu diantara lengannya.

"Coba ulang, aku mau denger lebih jelas."

"Lisa sayang sama Mas Naren."

"Bukan yang itu, tapi yang lainnya."

"Yang mana?"

"Yang aku cinta."

"Nggak ah, malu."

"Masa malu sih? Padahal aku tiap hari ngomong itu ke kamu loh."

"Ya beda, itukan mas."

"Terus jadinya nggak terbalas dong?"

"Kan tadi udah, aku sayang mas."

"Nggak mau yang itu."

"Banyak mau ya?"

"Biarin!"

"Gimana kalo pake surat aja? Janji deh bakalan yang panjang!"

"Boleh juga tuh, sekalian biar ada dokumentasi buat anak cucu nanti. Biar mereka tau perjuangan kakeknya dapetin hati Neneknya."

Lisa tertawa geli. Rendra menatap intens wajah Lisa yang nampak lebih cerah dari sebelumnya. Hingga tanpa sadar suasana berubah menjadi begitu hening dan mendalam, seakan ada musik romantis yang mengalun dayu diantara keduanya. Membuat jiwa mereka berubah menjadi bergairah seperti remaja yang sedang dimabuk cinta.

Tanpa sadar, Lisa menutup matanya saat wajah Rendra semakin dekat kepadanya. Hingga bibir keduanya bersentuhan. Keduanya saling beradaptasi dan menikmati momen ini berdua serta merekamnya menjadi kenangan manis untuk di simpan di masa yang akan datang.

****

Lisa dan Rendra menatap langit malam di pelataran rumah Oma, setelah kejadian ciuman di danau itu. Awalnya Lisa bereaksi sangat canggung pada Rendra, namun Rendra selalu membuatnya merasa jika apa yang baru mereka lakukan tadi hanyalah bentuk rasa yang tak sengaja terekspresikan oleh mereka dan itu bukanlah kesalahan. Setelah mendengar penjelasan Rendra, Lisa kembali bersikap normal pada pria itu walaupun masih teringat kejadian itu yang membuat pipinya memerah.

"Katanya bintang terlihat kecil di langit daripada bulan, padahal dia punya cahaya yang lebih terang?" tanya Lisa.

"Karena jarak bumi dengan bulan itu lebih dekat daripada jarak bumi dengan bintang."

"Kalo misalnya bintang sedekat bulan pada bumi, apa langit malam akan secerah langit siang?"

"Aku nggak tau kalo itu, aku bukan anak IPA."

"Aku anak IPA tapi kok nggak tahu ya?"

"Itu namanya dodol!"

"Ih, mas Narenn!"

Rendra terkekeh geli, dia menatap gadis yang tiduran disampingnya dengan menjadikan lengan Rendra sebagai bantalnya.

"Mas Ren, bumi sama bulan suka gibahin manusia nggak sih?"

"Kayaknya sih sering."

"Kira-kira gibahinnya apa ya?"

"Ya gibahin kelakuan manusia dibumi."

"Ih jahat ya, masa gibahin kita sih?"

"Ya mau gimana lagi? Kalo misalnya bumi bisa melakukan banyak hal, mungkin dia bakalan muntahin seluruh umat manusia di semesta dan menyisahkan binatang-binatang saja. Setidaknya binatang lebih baik daripada manusia, walaupun mereka tidak punya akal tapi mereka punya hati nurani untuk tidak merusak. Sedangkan manusia jarang ada yang mempunyai hati nurani."

"Hm, iya sih. Manusia itu oknum dari kerusakan bumi, padahal dia yang ngerusak tapi mereka juga yang panik kalo bumi sudah menua dan menimbulkan banyak bencana alam."

"Benar toh? Manusia itu belum sadar kalo mereka itu bukan pemilik bumi dan semesta. Mereka terlalu asik berlakon seperti pemimpin dan melakukan segala hal yang mereka mau di atas bumi ini, tanpa mereka berpikir panjang kalo bumi juga punya perasaan. Perasaan yang dipendam dan akan dikeluarkan bila ada perintah dari Tuhan."

"Kalo sudah ada perintah dari Tuhan, apa yang akan Bumi lakukan?"

"Menghancurkan dirinya."

"Loh, sama aja nyakitin dirinya dong?"

"Dia sudah rampung di dalamnya, lalu buat apa tetap bertahan jika didalamnya sudah rusak? Lebih baik hancur sekalian kan?"

"Berarti kiamat dong? Ih, serem. Aku masih belum nikah, belum ngerasain melahirkan, belum ngerasain punya cucu, cicit dan lain-lain. Kalo udah kiamat duluan, apa aku bakalan jadi hantu penasaran?"

Rendra terkekeh geli, "Kalo sudah kiamat, yang kamu pikirkan nanti bukan semua itu. Nanti pikiran kamu akan lebih berat dari sekarang ini."

"Emang mas nggak takut?"

"Buat apa takut? Setiap manusia akan merasakan kiamat mereka sendiri, yang kita lakukan bukan menghindarinya tapi mempersiapkan diri."

"Apa yang harus dipersiapkan?"

"Amal ibadah, kalo bisa lakukan sejuta kebaikan kecil. Walaupun kecil jika dilakukan rutin dan ikhlas maka akan menjadi besar!"

"Oh ya, emang apa aja yang udah mas lakuin?"

"Sttt, kebaikan itu ibadah. Ibadah nggak boleh dipamerin, haram hukumnya."

Lisa terkekeh, "Oke Lisa bakalan ikutin cara Mas Naren dalam beribadah, melakukan banyak kebaikan dalam diam. Iya kan?"

"Iya."

Lisa memeluk Rendra dengan erat.

"Mas gimana kalo kita nulis suratnya malam ini aja? Soalnya besok paginya aku kan bakalan sibuk kerja, kita tulis bareng-bareng tapi nggak boleh saling ngintip!"

"Boleh tuh, bentar aku ambil kertas dan pulpen ya."

Rendra kembali dengan membawa dua carok kertas panjang dan dua buah pulpen. Saat Lisa fokus menulis, berbeda dengan Rendra yang terus menatap wajah Lisa dengan senyumannya.

"Mas Naren ngintip suratku ya?!" protesnya.

"Enggak kok, aku cuma liatin kamu aja. Suer deh!"

"Emang Mas Naren udah nulis sebanyak apa, sini liat!" Lisa merebut kertas Rendra yang ternyata masih bersih tanpa tulisan apapun.

"Mas Narenn! Kok ini masih kosong sih?"

"Aku nggak ada ide nulis, nanti aku tulis di kantor aja menjelang acara kenaikan pangkat."

"Yaudah, kalo gitu aku juga."

"Hei, tapi kan kamu katanya bakalan sibuk besok?"

"Ya kan ada waktu istirahatnya, bakalan aku pake buat nulis aja."

"Nggak boleh, waktu istirahat itu harus dipakai sesuai fungsinya. Kamu nggak boleh kecapekan, inget itu!"

"Kan cuma hari besok doang, hari-hari selanjutnya enggak kok!"

"Hm, yasudah."

"Mau peluk!"

Rendra merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan hangat gadisnya itu. Lisa memeluk Rendra dengan erat, seakan baru saja menemukan titik kenyamanan disana.

"Mas Naren janji ya kalo udah dapet surat dari Lisa jangan hilang tanpa kabar, nanti malah ghosting."

"Astaghfirullah, Lisa kamu sudah bilang berapa kali tentang itu ke aku!"

"Ya jaga-jaga aja."

"Emang tampangku ada tampang-tampang begitu?"

"Ada, ada tampang playboy!"

"Heeh, darimananya?"

"Biasanya orang yang mukanya cakep pasti playboy!"

"Konsep darimana itu?"

"Ya biasanya begitu."

"Mengukur kesetiaan dari pria nggak harus dilihat dari tampangnya aja. Banyak kok yang tampangnya biasa aja malah nggak setia kan?"

"Iya, yang jelek aja selingkuh, apalagi yang ganteng?"

"Selingkuh itu bakalan terjadi kalo mindset orang itu nggak puas akan satu wanita. Tapi kan aku puas sama satu wanita."

"Mudah-mudahan wanitanya aku ya!"

"Ya kamu lah, emang siapa lagi wanita yang aku dekati belakangan ini?"

"Enggak ada."

"Tuh tempe!"

"Tahu!"

"Jadi mau makan gorengan."

"Samaaa, yuk cari gorengan!"

"Yuk!"

Malam itu Lisa dan Rendra menghabiskan waktu berdua selayaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Lisa yang sudah mengerti akan perasaannya pada Rendra terus menempel pada pria itu layaknya lem.

Namun apakah lemnya akan bisa selamanya mempererat mereka?

****

Abis beli gorengan Mas Naren beli es kelapa nih Bun:>

Manis banget ya cerita mereka , terkadang yang manisnya berlebih akan menyebabkan sesuatu hal buruk loh Bun, Diabetes misalnya.

Jangan terlena akan kemanisan saat ini, karena hidup nggak ada yang tau. Hehe

Next kapan?

Continue Reading

You'll Also Like

27.2K 1.8K 29
SOLDIER SERIES 2 "Saat patah hati, membawamu pada ilahi."--J. S Row ________________________________________ Ravika Bilqis Adityaswara, Chef yang mem...
52.7K 1.6K 33
"Kamu pindah dari rumah ini segera, saya ingin tinggal bersama pacar saya dirumah ini" Amira menetes kan air mata membaca SMS dari zayden, lebih memi...
12.5K 1K 61
TERSEDIA JUGA DI GOODNOVEL DENGAN JUDUL MUNAJAT PERAWAN TUA "Untuk apa kamu cemas? Apa putrimu terlibat masalah?,"tanyaku. "Apa aku harus mengatakan...
8.5K 944 41
TAHAP REVISI Ketika perjuangan Hanna tak pernah dihargai. Tapi ia tak berhenti berjuang, di sanalah hukum karma yang akan bertindak. Agustian Lionel...