Bittersweet Divorce

By NanasManis98

264K 26.1K 489

•Bittersweet Series 2• __________ Bercerai bukan berarti memutuskan hubungan sepenuhnya, bahkan saling memusu... More

Prolog
Bagian 1 : Tour Guide
Bagian 2 : Nasib Yang Sama
Bagian 3 : Festival Kuliner
Bagian 4 : Club
Bagian 5 : Gadis Kecil
Bagian 6 : Diantar Pulang
Bagian 7 : Bubur Ayam
Bagian 8 : Gosip
Bagian 10 : Salah Paham
Bagian 11 : Mantan Suami
Bagian 12 : Ajakan Ke Kondangan
Bagian 13 : Kondangan
Bagian 14 : Chat Tak Terbalas
Bagian 15 : Tidak Mungkin Berlanjut
Bagian 16 : Kumpul Lagi [1]
Bagian 17 : Kumpul Lagi [2]
Bagian 18 : Panti Asuhan
Bagian 19 : Berjumpa Lagi
Bagian 20 : Piknik
Bagian 21 : Ke Puncak
Bagian 22 : Status Tidak Jelas
Bagian 23 : Minta Restu
Bagian 24 : Kelulusan
Epilog

Bagian 9 : Ya Anggap Saja Begitu

7.7K 943 22
By NanasManis98

Salena agak terkejut saat membaca pesan dari Rehan. Pria itu mengatakan jika berada di depan kosnya. Secepatnya ia memakai celana panjang dan hoodie untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai pakaian pendek.

Keluar ke arah depan, di sana sudah terlihat mobil Rehan. Saat hendak menghampiri Rehan telah keluar dari mobil. Tersenyum tipis menatapnya. "Hei."

"Oh... malam Pak," sapa Salena canggung. Merasa heran dengan kehadiran Rehan yang tiba-tiba.

Keduanya hanya saling terdiam. Salena meliarkan pandangan enggan bersitatap dengan Rehan yang menatapnya intens.

"Em... Pak Rehan ada perlu apa ke sini?"

Rehan tersentak, mengalihkan pandangannya sejenak lalu kembali menatap Salena. "Kamu udah makan?"

Salena menggeleng pelan. Karena ia malas masak ataupun membeli, makanya ia memutuskan untuk tidak makan malam ini.

"Kita makan bareng, ya? Saya juga belum makan." Rehan kemudian beranjak kembali ke arah mobilnya, tapi ia tidak masuk ketika menyadari Salena masih berdiri di tempatnya. "Len?"

Salena mengerjap lalu menatap Rehan yang mengendikkan kepala agar ia masuk ke dalam mobil.

"Oh itu..." Salena ingin menolak. Tapi, merasa sungkan. Jadi ia berujar, "Saya mau ambil hape dulu." Beranjak masuk ke dalam kos untuk mengambil ponsel dan dompet.

Bergabung bersama Rehan di dalam mobil. "Em... kita makannya warung pinggir jalan aja ya, Pak? Soalnya pakaian saya pantasnya di situ," ujar Salena pelan ketika mobil telah melaju.

Rehan menoleh sekilas lalu mengangguk.

"Em... Pak Rehan gak pa-pa makan di pinggir jalan?" tanya Salena hati-hati.

"Ya gak pa-pa. Saya bakal protes kalau kamu ajak saya makan di tengah jalan."

Salena tertawa yang membuat Rehan menoleh untuk menatap wanita itu. Lalu ia kembali fokus menyetir. Mengulas senyum tipis.

"Dekat sini ada kok Pak. Banyak tenda yang berjejeran."

Rehan pun menepikan mobil bergabung dengan mobil lain yang sepertinya juga singgah untuk makan di salah satu tenda tempat makan yang berjejer tersebut.

"Kamu mau makan apa Len?" tanya Rehan menoleh menatap Salena yang berdiri di sebelahnya. Mereka berjalan beriringan.

"Em nasi goreng. Pak Rehan mau makan apa?" Salena ikut menoleh membalas tatapan Rehan.

"Ya samain aja."

Mereka pun masuk ke warung tenda khusus menjual nasi goreng.

"Pak satu telurnya setengah matang, ya?" ujar Salena yang diangguki penjual tersebut.

"Suka telur setengah matang?" tanya Rehan ketika mereka duduk di bangku yang disediakan.

"Iya Pak."

Tatapan Rehan tertuju pada box minuman, lalu ia kembali menatap Salena. "Kamu mau minum apa?"

"Oh biar saya yang ambil..."

"Biar saya!" sela Rehan. Salena pun mengalah. Menyebut teh botol.

Sebenarnya sedari tadi Salena merasa canggung, ia tidak tau harus berkata apa. Mengajak Rehan mengobrol. Saat ini kepalanya benar-benar blank. Mengalihkan tatapannya pada di penjual yang sedang menggoreng nasi. Mudah-mudahan saja itu pesanannya agar ia tidak terlalu lama bersama Rehan.

Pesanan mereka tiba.

Rehan mengamati Salena menjauhkan mentimun dari nasi goreng. Mengingat Salena juga memisahkan sayuran dari steak saat mereka makan bersama beberapa saat yang lalu.

"Kamu gak suka sayuran?"

Tatapan Salena langsung ke arah Rehan lalu mengangguk karena mulutnya penuh nasi goreng.

"Kenapa gak suka?"

Menelan lebih dulu, baru Salena menjawab. "Pahit."

"Kamu kayak Kiara. Kalau makan sayur harus dipaksa. Padahal sehat."

Salena hanya tersenyum kikuk, lalu menatap Rehan juga memisahkan kuning telur dari putihnya. Pria itu hanya memakan putih telur saja.

"Pak Rehan sendiri gak makan kuning telur?"

"Oh enggak. Kamu mau? Tapi ini gak setengah matang." tawar Rehan.

Salena langsung menggeser piringnya mendekat. "Daripada mubazir." Rehan pun memindahkan kuning telur tersebut dan mereka kembali menikmati nasi goreng tersebut.

"Em... kok tiba-tiba Pak Rehan ajakin saya makan? Jujur saya kaget lho Pak."

Rehan tersenyum tipis. "Sebagai permintaan maaf saya."

"Permintaan maaf apa?" Salena mengerutkan kening tidak mengerti.

"Ya... karena gosip di kantor."

Salena terdiam sejenak lalu menggeleng pelan. "Bukan salah Bapak. Salah mereka yang gak tau sebenarnya malah menyebar gosip yang enggak-enggak."

"Tapi tetap saja saya salah. Harusnya saya ngomong dari hari pertama gosip itu masuk ke telinga saya. Tapi saya cuma diam, karena nganggap gosip itu bakal surut sendiri. Eh didiemin malah makin enggak-enggak itu gosip."

"Iya Pak. Saya juga mau terima kasih karena Pak Rehan bela saya dan... gak bilang sebenarnya kalau saya ngasih makanan ke Pak Rehan waktu itu."

Rehan mengangguk dan tersenyum. Selalu suka dengan senyuman malu-malu Salena.

"Jadi, Pak Rehan ajak saya makan dengan maksud permintaan maaf? Em... saya ditraktir?"

Rehan mengangguk seraya mengunyah menatap Salena yang kembali tersenyum malu.

"Duh, saya jadi gak enak Pak."

"Enakin aja Len." Rehan tersedak karena ucapannya sendiri. Segera ia meneguk air.

"Maaf Pak karena saya ngajak ngobrol makanya keselek." Salena meringis pelan.

"Enggak pa-pa." Rehan melempar senyum merasa dadanya sesak karena tersedak. Mikir apa sih kamu Re? batinnya memaki diri sendiri.

Rehan lebih dulu menghabiskan nasi goreng tersebut, sementara Salena masih makan.

"Oh em... tujuan Pak Rehan yang lain mau nyari tau tentang Odit, ya?"

Rehan mengerjap beberapa kali. Kenapa Salena selalu mengira dirinya menyukai Odit? Apa karena waktu itu ia yang selalu bertanya tentang Odit?

Padahal waktu itu Rehan hanya tidak tau harus membahas topik apa sehingga ia memilih membahas Odit agar bisa mengajak Salena ngobrol lama.

"Maaf Pak. Bukannya saya kepo," sambung Salena.

"Em... bukan kok."

"Pak Rehan suka sama Odit?" Katanya tidak kepo. Pikir Rehan. Tapi ia merasa lucu dengan tingkah Salena. Ya, namanya juga wanita.

"Ya... suka. Dia cantik."

"Oh... em Pak Rehan mau saya kasih tau Odit ka..."

"Eh jangan!" sela Rehan. Lalu menghela nafas pelan. "Saya cuma mengaggumi dia. Itu artian suka saya. Bukan perasaan suka... saya jatuh cinta sama dia."

Salena mengerjap beberapa kali lalu meringis pelan. "Oh kirain. Untung saya belum ngomong ke Odit."

Rehan tertawa seraya menggeleng pelan. Lalu ia sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah meja. Menatap intens Salena.

"Em... kalau kamu suka sama siapa?"

Salena mengerjap pelan, lalu suara cegukan terdengar.

Segera Salena meneguk teh, menepuk pelan dadanya agar ia berhenti cegukan.

"Aduh! Maaf Len. Bukan maksud saya... em saya bercanda kok." Rehan menggaruk kepalanya yang tidak gatal menatap bersalah pada Salena yang hanya tersenyum tipis. Ia berdiri untuk mengambil air baru lalu memberikannya pada Salena. Berpindah duduk di sebelah Salena seraya mengusap pelan punggung Salena.

Keduanya saling bertatapan.

Cegukan Salena membuat mereka memutus kontak tatapan. Rehan berhenti mengusap punggung Salena. "Minum banyak air," ujar Rehan.

"Em... iya Pak." Salena meraih botol. Tapi botol teh, saat ia sadar ia pun kembali menaruhnya lalu meraih botol air.

Rehan sendiri yang mengamati itu membuang muka lalu tersenyum geli.

***

Duh jadinya ship Salena-Rehan nih
Eh terus Salena-Rasya gimana dong
Masih bisa di ship ga sih kan udah pisah😳🤭

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
20/06/21

Continue Reading

You'll Also Like

56.9K 7.3K 46
[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit h...
117K 9.5K 32
Aleyandra Rajadza tidak pernah berharap berada disituasi ini, sebagai seorang owner dari event organizer ia sudah terbiasa bertemu dengan banyak klie...
1.1M 54.3K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
1.7K 191 6
Bagi Tari, lelaki menarik itu yang jelas ganteng dan sok cuek padanya. Tidak heran kalau ia akhirnya jatuh hati pada sosok Javi yang super cool.