Amigdala

بواسطة MichelleCassy

68 28 21

"Karena apasih yang bisa dikejar di dunia ini? bahkan hal-hal kecil pun nggak bisa aku gapai apalagi sesuatu... المزيد

Prolog
Kilas

Awal

16 6 10
بواسطة MichelleCassy

      

       Tahun ajaran baru telah dimulai, siswa-siswi berjalan dengan santai memasuki kawasan sekolah. Berhambur ke arah lapangan mencari wajah yang mereka kenal. Ada banyak wajah-wajah kebingungan pagi ini--mungkin masih terlalu asing dengan sekolah yang akan mereka tempati, ada juga yang dengan cepat membentuk kelompok-kelompok kecil untuk menceritakan apa saja yang mereka alami selama liburan kemarin.

Tidak terkecuali gadis berkuncir satu yang saat ini sedang memperbaiki letak tas ransel hijau army di pundaknya.

"Daily!" Gadis itu tersentak sembari memfokuskan pandangan ke depan; mendapati teman sedari kecilnya berada 10 meter dari tempatnya berdiri dan tanpa tunggu lama langsung berlari ke arahnya.

"Aduh, aduh, capeknyaaa."

"Tarik napas pelan-pelan dulu Ghe."

"Oh iya, lupa," gadis yang tadi disapa 'Ghe' langsung menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya, menarik napas lagi, membuang lagi, begitu terus sampai dirasa cukup.

Daily mengernyit, "Jadi, kenapa lo sampai lari-lari begitu?" mendengar pertanyaan dari Daily ia langsung menjerit kecil,

"KITA SEKELAS LAGI! Gila gue bahagia banget," jelasnya sambil memeluk Daily.

"Beneran? Bahagianyaaa," Daily membalas pelukan temannya itu, melompat-lompat kegirangan melupakan keadaan sekitar.

"Btw, Dai, Lo gapapa kan? Gue takut lo kena marah karena peringkat Lo turun," tanyanya khawatir.

Daily tersenyum, "Gue nggak kenapa-kenapa Ghea, gausah takut gitu, santai aja."

Walau senyumnya berkata baik-baik saja, Ghea dapat melihat tatapan Daily meredup, seakan menyesali sesuatu, tapi Daily masih mencoba untuk menenangkan dirinya.

Mereka berdua kemudian berjalan menyusuri koridor sekolah, mencari letak kelas mereka.

"Kita di kelas berapa Ghe?"

"XII IPS 2 Dai, berarti kita harus naik ke lantai 3"

"Lumayan capek juga ya," kata Daily.

"Bukan lumayan lagi ini mah, capeknya banget banget banget. Asli dah."Ghea menambahkan dengan kesal.

"Baru juga masuk sekolah udah merenggut aja mukanya, coba benerin dulu biar enak diliat orang."

"Biarin ah, biar seluruh dunia tau kalau gue lagi capek."

Daily tertawa geli, tidak terasa mereka sudah sampai di lantai 3, itu berarti mereka tinggal melihat kelas mana yang harus mereka masuki. Di lantai ini terdapat beberapa kelas. Mereka mulai membaca papan nama di dekat pintu-pintu kelas. Pintu kedua dari tangga.

XII IPS 2

"Nah di sini nih Dai, untungnya kita kebagian kelas yang dekat tangga, kalau enggak? Mungkin gue udah minta pindah kelas." Ghea masuk sembari mencari tempat duduk yang pas. Barisan ketiga dari belakang. Ghea sengaja memilih tempat duduk yang tidak terlalu belakang agar Daily bisa menerima pelajaran dengan baik, pun karena dirinya juga kurang suka duduk di barisan depan.

"Hari ini kita belum belajar 'kan Ghe?"

"Belum sih, katanya, emang mau ngapain?"

"Nggak tau, baca buku aja kali ya."

"Jangan dong, mending kita ke kantin atau keliling sekolah, ya, itung-itung mengenang masa lalu."

"Keliling aja kalau gitu," ujarnya. "Sekalian nikmatin angin pagi."

"Baiklah Ibunda, mari kita jalan-jalan!"

Mereka melangkah dengan ringan mengelilingi sekolah, sesekali bercanda sesekali juga menceritakan kejadian-kejadian yang pernah mereka lakukan saat masih menjadi siswi baru.

Sebenarnya percakapan lebih didominasi oleh Ghea karena Daily sejak tadi hanya mengangguk, mengiyakan, tertawa, dan merespon singkat semua ucapan temannya.

Ghea Prameswari, gadis yang sejak umur 5 tahun pindah ke rumah kosong di komplek rumahnya. Gadis asing pertama yang menjulurkan tangan ketika ia terjatuh karena berlarian bersama abangnya, lalu menjelma menjadi teman sepermainannya, walau waktu yang mereka gunakan untuk bermain bisa terbilang singkat dikarenakan Daily yang dituntut belajar terus-menerus oleh kedua orangtuanya, tapi Ghea tidak pernah berhenti menjadi temannya.

Dan Daily selalu bersyukur untuk itu.

"Dai, inget nggak? Pas kita abis olahraga Gue pernah hampir jatuh di sini, untung aja masih hampir jadi gue nggak malu," Ghea menerawang sambil tertawa.

Daily melanjutkan, "Inget, yang Lo ditolongin sama anak kelas sebelah yang tinggi itu 'kan? Terus dia malah nyatain perasaan dan Lo tolak." Kali ini jawabannya lebih panjang dan terlalu jelas.

Ghea berhenti berjalan dan diikuti oleh Daily, "Lo tau sendiri Gue sukanya sama Bang Dika, Dai, mana bisa Gue terima dia, hati gue cuma buat Abang Lo."

"Tapi Lo juga tau hati Abang Gue udah dimilikin sama--"

"MINGGIR! KANAN KIRI DEPAN AWAS!"

Mereka menoleh ke belakang, melihat seorang siswa sedang dikejar oleh Pak U--Satpam SMA mereka--membelah jalan.

Daily yang kurang cepat bergeser tertabrak dan terhuyung ke depan hingga satu tangan besar menahan tubuhnya, "Untung aja." Suara berat memenuhi pendengarannya, ia mendongak dan netranya bertabrakan dengan mata elang berwarna cokelat gelap: mata yang secara tidak sadar mampu mengalihkan seluruh fokusnya.

Lelaki itu membantunya berdiri tegak, yang sekarang terlihat jelas seluruh wajah dan tubuhnya. Nagiri Tirta Amarta. Nama yang tercantum di atas kantong kemeja sekolah.

"Nggak ada yang sakit 'kan?"

"Nggak ada, terima kasih."

"Sama-sama. Yang tadi bahaya."

"Iya, sekali lagi terima kasih."

Lelaki itu mengangguk seraya mengambil sesuatu dari kantong celananya. Karet rambut. ya, karet rambut, dan Daily baru sadar bahwa lelaki di hadapannya berambut seleher ketika lelaki itu sudah berjalan melewatinya sambil mengikat surai panjangnya.

"Buset Dai, ganteng banget itu cowok, kelas berapa ya? Dari bahasanya, sih, kelihatan anak IPA," Ghea heboh sendiri, padahal belum sampai lima menit mereka membicarakan abangnya Daily.

"Bahasa anak IPA emang gimana Ghe?" Daily bergidik, "Ya pokoknya yang kayak begitu." Kekeh Ghea.

"Tapi, kenapa rambutnya panjang? Bukannya di sekolah ada larangan untuk semua siswa laki-laki?" Daily bertanya-tanya dalam pikirannya dan untuk pertama kalinya ia mulai memikirkan lelaki. Nagiri Tirta Amarta, nama yang cukup asing baginya, nama yang kini secara perlahan menjelma suatu mantra, yang tadinya hanya sekadar lintas di ingatan sekarang mulai merambat menghinggapi hatinya. Daily tidak sadar bahwa hatinya sedang mengukir sebuah nama, ah, semoga ini bukan euphoria sesaat.

–––– ✧ ––––

"Wuih, kawan kita sekarang sudah tidak jomblo lagi man."

"Perlu tumpengan nggak nih kita? Untuk merayakan hari dimana seorang Tirta berhasil menemukan cinta sejatinya."

Lelaki yang baru saja datang dari arah pintu kelas itu mengernyit heran mendengar namanya disebut, ia lantas menghampiri kedua temannya dengan curiga. "Ada apa?"

Temannya yang sedikit lebih pendek berjinjit merangkul bahunya, "Selamat kawan, kami sangat bangga dengan pencapaianmu."

"Pencapaian? Emang gue ngapain?"

"Aduh, jangan sok nggak tau gitulah, gue sama Go-yang tadi ngeliat Lo di koridor ngobrol sama cewek, mana cakep pula, nggak salah-salah pilihan Lo." kali ini temannya yang berponi panjang yang berbicara.

Go-yang menimpali, "Namanya siapa Ta?"

Tersadar dengan apa yang sedang terjadi Tirta menggeser lengan Go-yang pelan, buru-buru memberikan penjelasan. Mungkin kedua temannya ini sudah salah paham atas kejadian tadi.

"Yang tadi itu, ya? Gue cuma nolongin dia yang hampir jatuh karena ketabrak siswa lain, anggap aja kebetulan dia di dekat gue."

"Beneran?" Tirta mengangguk.

"Pupus sudah harapan kita Nu," Go-yang menatap kawannya. "Nunu kecewa," Mereka berdua saling merangkul sambil memberikan tatapan terluka.

"Jangan lebay."

Mereka melepaskan rangkulan satu sama lain, berkacak pinggang seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya, "Ta, kita takut Lo kehilangan masa SMA, ini masa penuh cinta!" Ceramah Nunu.

"Semua ada waktunya. Santai aja."

"Itu terus yang Lo omongin dari awal kita masuk SMA, nggak nyesel jadi jomblo karatan?"

"Selama Jomblo nggak dosa gue biasa aja."

Nunu menatap temannya tak percaya, sambil menutup bibir dengan tangan kanan ia berkata, "Sulit ini sulit."

"Tapi ada benernya kata Tirta, enakan jomblo, kita juga bisa bebas ngapain aja," Go-yang mengusap dagunya.

"Itu karena Lo baru putus. Sok-sokan."

"Bukan karena faktor itu juga, ini murni kesadaran seorang Go-yang."

"Kesadaran... kesadaran..., sini gue pukul dulu kepala Lo biar sadar," Nunu mengangkat tangannya diikuti dengan Go-yang yang refleks bergaya seolah ksatria yang ingin menangkis serangan.

"Maju sini," Tantang Go-yang.

Tirta yang melihat hal itu segera menarik kerah kemeja Nunu hingga badannya sedikit mundur ke belakang, "Udah. Jangan pada ngurusin hal yang nggak penting."

"Untung ada Tirta, kalau enggak udah babak belur anda," Nunu mengancam sambil menggerakkan-gerakkan tangannya meniru gerakan belalang. sat-set-sat-set.

"Nggak takut euy," balas Go-yang sambil menunjukkan wajah kemenangannya.

"Cih."

Hening sejenak di antara mereka. Go-yang mengeluarkan hp-nya bersiap untuk bermain game, di sebelahnya Nunu sibuk menyisir poninya ke belakang kemudian tak sengaja Nunu melihat Tirta yang sedang merapikan ikatan rambutnya, ia menatap Tirta lama seperti sedang berpikir.

"Ta."

Tirta menengok penasaran ke arah Nunu yang kini menaik-turunkan alisnya, "Menurut Lo cewek yang tadi cantik nggak?"

Tirta menerawang, "Lumayan."

—— ✧ ——


Awal pertemuan mereka nih, gimana untuk pembukaannya?

Terima kasih karena sudah mau membaca. Tinggalkan pesan dan kesan jangan lupa, kritik juga boleh.

Sampai bertemu kembali♡

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

ALZELVIN بواسطة Diazepam

قصص المراهقين

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
261K 24.8K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
1.1M 43.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...