XABIRU [END]

By SiskaWdr10

49.4K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

22.Satu-satu nanti cape Ra

768 57 23
By SiskaWdr10

22.Satu-satu nanti cape Ra

"Lo ngerendahin gue? ngapain bayarin operasi nyokap segala, nggak usah ru," ketus Zergan dengan rahang yang mengeras. Suasana sekitar langsung terasa dingin.

"Gue mampu, nggak serendah itu buat dikasihanin," lanjutnya sarkas. "Secepetnya bakalan gue balikin duit lo!"

"Ga usah," jawab Xabiru terlihat tenang. Calvin yang duduk di sebelah Xabiru jadi penonton sekaligus wasit jika mereka baku hantam.

Zergan berdecih, "gue mau."

"Nggak perlu, lo lupa gue banyak duit?" tanya Xabiru, Zergan menoleh pada netra gelap Xabiru yang malah tersenyum miring. "Itu nggak seberapa," sambungnya enteng.

Urat disisi-sisi wajah Zergan mulai tercetak jelas dengan nafas yang menderu. "Anjingnya berteman sama anak konglomerat kaya gini? belagu," ucap Zergan dingin. "Selalu ngegampangin duit, kaya bisa aja cari duit."

"Ngapain cari duit orang bapak gue banyak duit," Xabiru bangkit dari duduk menatap datar wajah Zergan yang sebentar lagi akan meledak. "Nggak seneng, mau ribut?" tantangnya.

Calvin langsung ikut bangkit kala Zergan sudah mencengkram kuat kerah seragam Xabiru. "Bangsat, lo kali ini kelewatan ru," terdengar pelan namun hawa langsung tambah tegang.

"Lebih bangsat mana sama lo yang pontang-panting sendiri, sana-sini banting tulang tanpa cerita ke gue sama Calvin? lo anggap gue sama Calvin apaan gan? temen deket atau temen cuma kenal? nanggung kalau cuma sekedar temen biasa nggak usah ngejauh perlahan, pergi aja lo," ketus Xabiru yang kerah seragamnya masih dicengkram kuat oleh Zergan.

"KARNA GUE NGGAK MAU NYUSAHIN LO BERDUA!" sentak Zergan hingga ruang kelas langsung lenggang beberapa saat.

Kelas ini hanya ada mereka saja, yang lain sudah meluncur ke lab komputer.

"Nggak gan, namanya temen susah seneng emang harus bareng. Kalau lo tau gue sama biru ngerasa nggak dianggap temen deket saat lo nutupin kenapa lo tiba-tiba banyak diem, bengong dan sakit badan," sahut Calvin yang sedari tadi menyimak.

Sorot mata tajam Zergan perlahan netral dengan nafas yang teratur. Cengkraman pada kerah seragam Xabiru melonggar. "Penyakit nyokap lo bisa makin berabe kalau nggak secepetnya ditangani gan," kata Xabiru dengan suara berat. "Sehari setelah mommy gue disiksa abis-abisan sama bokap lo bukannya denger sendiri dari gue yang seluruh jiwa sadar gue terkuasai alkohol ... gue teriak ditelinga lo 'siapapun boleh pergi asal jangan mommy nanti dunia gue berhenti' gan kehilangan nyokap itu lebih sakit dari rasa sakit yang pernah ada."

Xabiru belum pernah menceritkan perihal rasa sakitnya tentang kehilangan mommy pada mereka dan mereka juga tidak berani bertanya jika bukan Xabiru sendiri yang mau berbagi, hal kearah sana ia benar-benar sensitif. Tapi sekalinya dengar...rasa putus cinta pun kalah telak. Sesak mulai memenuhi isi hati Zergan dan Calvin.

Cengkraman terlepas, dengan tatapan nanarnya Xabiru menepak-nepak bahu Zergan yang menunduk sesal. "Lo temen gue, temen Calvin. Kita bertiga temen. Gue nggak mau lo  ngerasain juga hal yang paling sakit dalam hidup gue, gan... bahkan sampai sakitnya untuk datang ke makam mommy aja gue nggak berani. Sekalipun lo udah jadi pang lima pertahanan alam raya nyokap harus nomer satu, selagi ada jaga gan," pesan Xabiru mode serius. Calvin mengangguk setuju, wajah cerah Xabiru kembali tersenyum cemerlang. "Lupain yang tadi, kita bukan bocah yang harus musuh-musuhan, lo keren mau kerja. Lain kali nggak usah gitu lagi, Calvin nangis noh," guraunya lalu tertawa dan melenggang pergi. Suara tawa yang terdengar beda tentunya.

Zergan menoleh pada Calvin yang menyengir kuda. "Ga usah gan gue udah maafin lo." Percaya tinggi berucap lebih dulu.

Bola mata Zergan berputar jengah. "Lo tau dari mana gue kerja?"

"Si biru ngintilin lo, asli dia emang orang baik. Saat kemarin pembayaran di RS lo tau? gue ngelay gan. Si biru diem-diem di dompetnya punya black card dan lo tau limitnya berapa? 955 juta anjing," paparnya bercerita antusias, lebih dari saat ia menonton tim bolanya menang. "Dia ngebayarin semuanya buat nyokap lo, sebisa mungkin minta penangan yang terbaik."

Sama seperti awal Calvin tahu, Zergan menelan ludah. Ia baru sadar selama ini memiliki teman hedon tiada tara. "Tapi dia bilang itu punya bokapnya, emang sih bokapnya tiap bulan dari saat pisah rumah ngirim duit dengan nominal gede buat kebutuhan sehari-hari biru, tapi tu anak dari awal emang nggak pernah nyombong gan apa-apa pasti ngirit karena dia ngerasa duit yang bokap kasih cuma pinjeman, dia udah ngerasa bokapnya orang asing. Itu kenapa dia kalau nyangkut poya-poya langsung bilang nggak mau, dia juga kan milih buat nggak kuliah. Biru nggak sesederhana dan nggak se-wah yang kita kenal gan, nggak. Masih ada beribu hal yang dia simpen sendiri, tapi satu hal yang jelas nyata."

Zergan mendongkak raut wajahnya bertanya apa kelanjutan ucapan Calvin. "Fisiknya sehat mentalnya sakit."

******

Ini kali kedua Rai marah pada Xabiru. Bukan masalah fatal seperti pak Chandara yang naik ke tiang bendera. Xabiru coba membujuk Rai untuk mau pulang bersama, tergesa-gesa berjalan menyamakan langkah kaki dengan memasang wajah penuh sesal.

Karna jengkel Rai menghentikan langkah kakinya, sebelum menatap wajah Xabiru ia menghela nafas perlahan. "Ra akui cara biru bikin contekan pake huruf kanji itu brilian, ini bukan berarti Ra membenarkan kesalahan. Biru tetep salah," seperti biasa walau emosi menguasai Rai selalu tenang saat memberi nasihat. "Membuat contekan itu kesalahan pertama, dan kesalahan kedua bikin contekan mapel pendidikan agama. Ru keyakinan pada Tuhan yang kita pegang itu identitas diri sendiri, masa kamu nggak hafal? gini Ru ... seseorang yang nggak tau tujuan hidup, nggak hafal tempat, tanggal, bulan dan tahun lahirnya adalah orang yang krisis identitas itu golongan orang-orang yang merugi. Agama itu juga termasuk identitas diri, kalau nggak hafal ya sama aja kamu jadi remaja yang krisis identitas. Emang kamu mau?"

Xabiru tidak merasa diceramahi atau merasa Rai sok pintar, semua nasihat dari Rai ini bentuk sayang paling berguna bagi Xabiru. Ia bersyukur, sangat. Disaat dirinya tidak memiliki Ibu untuk mengomeli kesalahan yang diperbuat, datang Rai yang siap memberi biru pencerahan. Tuhan luar biasa, maha adil.

"Minta maaf, Ra," ucap Xabiru dengan senyuman tulus yang sama sekali tidak membuat Rai luluh. Hanya terasa hangat sampai hati. "Kalau mau marah boleh, tapi jangan diemin gue. Gue paling nggak bisa didiemin."

"Biru sebenernya keyakinan pada Tuhan itu bukan pelajaran tapi pedoman, setiap orang mesti punya pedoman hidup. Untuk tempat mangadu dan memohon ampun. Selain adab yang baik kamu juga harus tau dan lakukan tentang segala hal-hal menyangkut perintah yang kuasa, karna hal tersebut nggak akan pernah punya masa tegang. Terpakai bahkan hingga kamu udah nggak berpijak di tanah. Lagi-lagi peduli Ra ke biru nggak cuma buat detik ini tapi di masa mendatang. Itu selalu biru, selalu," lembutnya ucapan Rai membuat Xabiru terkesima sejenak.

Tentu Xabiru langsung paham nasihat Rai, intinya gadis itu mau biru hafal di luar nalar tentang agama yang ia pegang karena itu amat penting sampai akhirat.

"Ra mau biru jadi Papa yang baik dan sholeh ya?" goda Xabiru membuat Rai mendengus, berlari dengan bibir mengerut membuat Xabiru tertawa renyah. Rai lucu. Tinggi tubuh boleh kecil tapi akalnya begitu luas.

*******

Puluhan pesan sedari 15 menitan yang lalu terdengar mendengking di telinga Rai. Dengan berat hati ia memilih untuk membaca.

Xabiru:
Raiiiii anak bpk anto

Xabiru:
Ra. lu tau ga di mekdi ada promo?

Xabiru:
Promo besar2an ra

Xabiru:
Tpi ga berlaku buat yg ngambek

Tanpa dikomando bibir Rai menyunggingkan senyum tertahan.

Xabiru:
Telpon ya?

Xabiru:
Kita ngomongin nikahan Mail sama jarjit

Xabiru:
Orang ngambek ga boleh hadir katanya

Jari-jari jentik Rai menari di atas keyboard ponsel, mengirim balasan.

Rai:
Jarjit cowo, mail cowo. Wdyt?

"YANG BENER NAPA CAH BOCAH?!" omel Xabiru pada si kembar, "kata gue ge siapa nama temen si mail yang rambutnya diiket?"

Angkasa dan langit yang tengah bermain robot mengedikan bahu, acuh. "Orang benar, si Jarjit kan rambutnya diikat seperti timun."

"Tahu, sudah banyak tanya tidak bayar pula. Bang biru sendiri yang bilang tidak ada yang gratis di dunia ini," tambah langit membuat Xabiru mengusap wajah frustasi.

"Si Jarjit bukan iket rambut itu pendul," jawab Xabiru yang baru sadar salah satu karakter kartun itu.

"Sudah tahu lantas kenapa tanya kami?" sinis Angkasa bertanya.

"Pendul itu apa, bang?" Syafira yang baru datang bertanya polos.

"Timun," cetus Angkasa.

"Jangan asal ngomong," peringat langit yang Xabiru kira paling waras. "Itu mic dadakan," lanjut anak kecil itu tidak kalah polosnya. Xabiru membuang nafas gusar, kepalanya semakin pening hanya karna perihal turban yang Jarjit kenakan.

"Bang biru mau kemana?" teriak cempreng Fira saat Xabiru bangkit mengambil susu berblen di kulkas.

Bibir Xabiru melemparkan senyum hangat pada Syafira. "Belajar, kau juga jangan lupa belajar lalu tidur."

Si kembar memeragakan gaya muntah, tidak percaya Xabiru sunggugan mau belajar. "BILANG SAJA PUSH RANK GAME MOBILE LEGENT!" maki Angkasa yang tidak digubris oleh Xabiru.

Membuka kaleng berblen, menegak kemudian membalas pesan dari Rai.

Xabiru:
Ra gw nggak hafal pemain upin-ipin, hafal kak Ros doang. Eh jangan cemburu Ra kan lgi ngambek, jangan dikerjain dua2nya nanti cape. Sekarang ngambek dulu bsk cemburu, okay?

Susah memang marah pada Xabiru. Rai memilih tidak merespon. Jelas ia cemburu Kak Ros cantik.

Status mereka mungkin bisa dikatakan pacaran, toh keduanya sama-sama saling sayang, menjadi pacar Rai membuat Xabiru jadi orang yang tidak gampang menyerah.

Xabiru:
Ra si dua kecebong punya tgs disuru ngarang sma gurunya tentang proses terjdinya hujan. Mereka minta bantuan gw

Xabiru:
Gw jawab aja, karna di atas awan ada bidadari lgi nangis gara2 ga diajak metik buah2han sma tmn2nya karna dia pendek

Xabiru:
Dia nangis sndiri jadilah hujan.

Xabiru:
Trs ga lama pangeran datang, ngajak beli seblak

Xabiru:
Bidadarinya senyum deh, jdilah pelangi

Kalau eyang atau selin masuk bisa disebut orang gila Rai karna senyam-senyum sendiri memandang layar ponsel. Tidak paham oleh karangan Xabiru, siapa yang dagang seblak di kayangan?

Xabiru:
Ra, msih marah ya?

Xabiru:
Hai marah...

Xabiru:
Pulang deh lo rah, ga pulang gw bakar mau lo?

Alis Rai bertaut saat foto profil WhatsApp Xabiru berubah, iseng-iseng Rai melihatnya.

Ada saja ide konyolnya yang membuat pipi Rai semakin panas, ia men-silent ponsel lalu menaruh di nakas. Besok kembali ulangan ia harus belajar.

Lima belas menit berlalu, Selin berteriak dari bawah. "NENG CA CALON MANTU DATANG!"

Aduh, entah dari kapan Xabiru sudah Eyang dan Selin beri julukan 'calon mantu' sejujurnya Rai yang malu, yang diberi julukan jutsru kegirangan, puas.

Rai langsung tersenyum lebar melihat Xabiru dengan dandanan rapi tengah mengobrol sopan dengan eyang. Tidak tahu karangan apa lagi yang laki-laki itu buat, satu hal yang jelas. Pesona Xabiru membuat Rai ingin membangun rumah tangga dengannya sekarang juga.

*******

"Ni dua rebu ni, jangan pelit ni nanti jadi pacar gue mau emang? itu membahayakan keturunan," kata Calvin memaksa sekaligus menghina diri sendiri.

Zergan yang duduk di belakang tidak mengakui Calvin teman jika jiwa minta-minta anak itu keluar. Ia fokus pada senar-senar gitar yang tengah dimainkan. Ia pandai memainkan gitar sedari kelas 4 SD, padahal hanya bermodal referensi dari buku panduan. Ditambah suaranya sangat sopan masuk ketelinga. Bahkan dirinya iseng-iseng jika berkunjung untuk makan di cafe sukarela menyumbang lagu dan bernyanyi dengan para pengunjung lain, itu kelebihan Zergan.

"Duit gue abis ni, parah banget bayar uang kas seratus rebu?" inilah Calvin jika tidak diberikan malah curhat atau ikut ghibah dengan kumpulan ciwi-ciwi geng kelasnya.

"Itu sih karna lo nunggak!" semprot Ani. "Nggak ada Vin, gue bukan emak lo!"

"Pinjem dah nanti gue ganti," mendengar ucapan Calvin bibir Ani monyong-monyong menggrutu.

"Dari kemarin gitu aja terus! pinjem ke temen lo kek yang banyak duit," ucap Ani mengarah pada Xabiru.

Calvin duduk di meja Ani dan memasang wajah serius. "Nih ya gue kasih tau, si biru tuh aslinya kismin. Dia anak pulung," Ani mendengarkan dengan wajah serius.

Yang digibahi tengah tidur di atas tiga bangku yang ia rapatkan, lalu menumpuk tas sebagai bantal.

"Serius lo?"

"Et---iya!" jawab Calvin amat yakin. "Asal lo tau hutang di kantin depan sampe ujung totalnya hampir tiga juta. Parah kan?"

"Serius lo?" Ani kurang percaya.

"Sumpah ah, anak pulung si biru mah."

"GUE TIUP NGONDEK MAU LO?" suara serak khas bangun tidur Xabiru yang bangkit dari posisinya.

BHUAKHH!

"Ru anjing sakit," ringis Calvin saat Xabiru melemparkannya bola pelastik tepat ke arah paha.

"Maen ah, yang kalah traktir," ajaknya sambil menyibak rambut ke belakang. Baru bangun tidur sudah langsung main.

Bagi Xabiru mungkin sekolah adalah definisi taman bermain. Mereka sudah siap untuk adu bola volly di depan papan tulis. Ini bukan yang pertama kali dan banyak yang jadi korban, dari mulai lemari rusak, kaca pecah, pengki penyok dan lain sebagainya. Tidak salah jika XII IPS 1 dinobatkan kelas ter-absurd.

Bola di lempar ke Calvin menggunkan passing bawah, lawan menerima dan melempar balik. Terus seperti itu. Zergan pindah duduk ke meja depan.

"Ru lo tau arti kinder joy nggak?" Calvin sengaja melempar pertanyaan agar fokus Xabiru terganggu hingga dirinya yang menang.

"Mahal," balas Xabiru asal. Tapi memang benar harganya mahal bagi Xabiru.

"Bukan ege, yang bener napa ru."

"Apaan anjing, emang ada artinya?" sambil terus bercakap-cakap tangan mereka bekerja mengoper bola pada satu sama lain.

"Taik kali lahir di Berlin nggak tau artinya? ngaku lo biru lahir di ciwedey kan? memalsukan identitas supaya bio IG lo mix Berlin-indo?" tanpa mengatakan yang sesungguhnya pun manik mata hijau milik Xabiru sudah bersaksi.

"Enak aja, gue bukan tukang ojeg," cetus Xabiru sinis membuat orang-orang di kelas tertawa samar.

"Artinya kegembiraan bagi anak," jawab Calvin dengan senyum yang menggambarkan ia paling pintar sedunia alam ghaib.

"Iya, kegembiraan bagi anak penderitaan bagi orang tua," sahut Xabiru.

Calvin tertawa sambil meng-smash bola. Dentumannya terdengar kencang, tidak disangka Xabiru membalas jauh lebih kencang.

PRANG!

"BEGO!" umpat Zergan sambil menyimpan gitarnya.

Kena lagi. Salah satu lampu neon  panjang di kelas pecah, untung tidak ada korban. Satu kelas langsung heboh berkerumun.

"TUTUP PINTU!" perintah Xabiru panik, Ani yang mejanya dekat pintu segera menutup. Ikut bergabung.

"Kena semprot lagi ru nanti?" tanya salah satu anak perempuan.

Anak laki-laki berambut ikal menyahut, "nggak kalau nggak ada yang cepu."

"Nah," setuju Xabiru. Ia memimpin di depan bersama dua temannya. "Pokonnya kita diem-diem aja nggak usah kasih tau siapapun, nanti gue traktir teh jus deh," sogoknya. Ini juga bukan pertama kali.

Semua anak serempak mengangguk, tidak ada yang mau membantah. Walau kelas ini amat rusuh dan paling malas dimasuki guru-guru penghuninya solid.

Rai keluar dari kolong meja, tadi sebelum pintu di tutup ia memang sudah masuk tapi pulpennya jatuh ke kolong, terpaksa ia harus mengambil dan kejadian lampu pecah? Rai melihatnya jelas.

"Biru?"

Suara itu menginterupsi perhatian. Jantung semua anak kelas terasa langsung berhenti, kacau. Rai tahu. Dia benar-benar gadis sakti.

Berakhir satu kelas dijemur di lapangan. Bukan Rai yang melapor tapi sambungan telpon dari Pak Wendi yang ada di genggaman tangannya belum terputus.

*******

Selisih umur Selin dan Rai tidak terlalu jauh hal itu membuat dirinya dan Rai berteman dekat atau bisa juga jadi majikan ke atasan, tapi sejauh ini Selin tidak pernah dianggap bawahan oleh Rai pun eyang. Malah Selin dianggap keluarga. Lihat, malam ini saja Rai dengan Selin tengah memakai masker clay mask yang kemarin Selin beli di olshop.

"Neng ca si biru teh anaknya dari rektor kampus teteh lain?" pertanyaan itu terlontar karena tiba-tiba wajah tampan Xabiru terlintas selewat di benaknya.

"Eh, rektor? pemilik kampus teh?" Rai memastikan takut salah. Selin yang berbaring di sebelah Rai mengangguk.

Rai bergumam sambil menatap langit-langit kamar, bisa iya bisa juga tidak. Kata Nara Alex dalam segi apapun nomer satu, termasuk ke-geniusan. "Nggak tau juga, emang kenapa teh?"

"Sekilas muka na sami, nama na teh Pak Alex Smith Ricardo. Teteh sih pernah denger beliau punya anak lalaki ceunah."

Terdengar decihan tidak suka dari Rai, semenjak kejadian Rai menampar Evelin dua kali ia sudah memutuskan untuk membenci Alex. Berjanji sedikitpun untuk menghilangkan semua rasa kagumnya, Alex mungkin ayah Xabiru tapi Alex juga penyebab luka terbesar laki-laki yang ia sayangi.

"Jauh lah, pasti gantengan biru!" balas Rai agak ketus.

"Eh emang bener bapak na biru neng ca? tapi teteh tanya nama panjangnya si biru cuma nyebut 'Xabiru Amonggra' teu aya 'Ricardo' na. Naha atuh?"

"Dia mau dipandang biasa aja teh sama kita, bukan dipandang si anak konglomerat," jelas Rai membuat Selin senyum-senyum sendiri. Rai menatap bingung.

"Buru atuh neng Ca nikah sama Biru. Si Biru teh bener-bener lalaki baik pisan neng."

"Eh?" Rai terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengatakan. "Aamiin teh."

*********

Continue Reading

You'll Also Like

166K 25.5K 13
⚠️BUKAN UNTUK DITULIS ULANG!!⚠️ [Follow sebelum membaca, karna beberapa chapter akan di privat acak!] Follow acc Ig : @wp.bintangmeysa "Kamu percaya...
2.9K 874 24
MASUKIN KE PERPUS KALIAN YA BIAR NGGA KETINGGALAN UPDATE! •0• "Lo udah tau tentang gue sekarang lo milik gue, Queen" "Nggak! Lo gila! Lo psychopath!"...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 82.8K 37
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
62K 7.4K 25
[YANG BACA MASUK SURGA] ⚠SEMUA GAMBAR YANG ADA BERSUMBER DARI PINTERES. Sebuah berlian yang harus dijaga, sebuah api yang tidak boleh padam oleh air...