DESTROYED

By ZEZE_COMEL

191K 27.3K 14.2K

|SPIN OFF 'Mafia Insyaf'| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Arrabella Beatrix, sosok wanita yatim piatu yang be... More

{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}
{D&B}

{D&B}

8.8K 1.1K 260
By ZEZE_COMEL

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT

JADILAH READERS JANGAN JADI SIDERS!

Selamat membaca

Tim gercep comment!

Spam comment yuk!

________

[BELLA POV]

     Beberapa menit kemudian, perawat datang guna memeriksa keadaanku. Perawat itu mengatakan bahwa aku masih belum diperbolehkan banyak bergerak dan tidak boleh terlalu banyak berfikir. Aku pun hanya tersenyum sambil mengangguk menanggapi perkataaan perawat itu.

     Setelah perawat itu keluar, aku memandang kosong ke arah depan. Aku berfikir bagaimana tentang keadaan Daniel saat ini. Apakah lelaki itu sudah siuman?

     Lalu terlintas ingatan tentang masa lalu dimana aku menjebak Jack seperti seorang jalang. Aku sungguh menyesal, teringat bagaimana sikap dahulu. Dengan bodohnya aku menggoda Jack seperti jalang kehausan belaian.

     Semua cara kuhalal kan hingga dengan kebodohanku, aku merelakan tubuhku untuk Xander. Sampai kapanpun aku tidak akan memberitahu siapa sebenarnya ayah Kandung Bee sebenarmya. Aku sungguh malu.

     Setitik air mata penyesalan keluar dari ujung mata ku. Aku menunduk meratapi rasa penyesalan yang kembali datang. Mungkin seumur hidup aku tidak akan bisa melupakan kelakuan ku di masa lalu dan sepertinya aku memang tidak akan pernah hidup bahagia.

     Krek

     Aku segera menghapus air mataku kemudian mendongak melihat kearah pintu. Ternyata dokter Ervan telah kembali sambil membawa sebuah tote bag. Mungkin berisi makanan yang dirinya beli.

     Dokter Ervan tersenyum menatap kearah ku. Dia berjalan mendekatiku kemudian meletakan dengan perlahan Bee tepat di samping ku. Sikap Ervan yaang seperti ini, membuatku semakin penasaran padanya. Jika seperti ini kami seperti seorang yang sudah lama kenal.

     "Perawatnya udah datang bu?" entah kenapa aku tidak terlalu suka dipanggil bu, rasanya aku seperti sudah sangat tua.

     Aku mengangguk. "Ehm dokter Ervan, jangan panggil saya bu. Panggil saja Bella, Rasanya saya terlihat sangat tua, hehehe." kata ku sambil tertawa renyah.

     Ervan nampak tertegun melihat ku tersenyum. Entah apa yang terjadi padanya. "B-baiklah B-bella." aku pun mengangguk senang. "Anda juga jangan panggil saya dokter Ervan, cukup panggil Ervan saja." lanjut Ervan.

     Mendengar penuturan Ervan membuatku terhenyak beberapa detik. "Ah, iya E-ervan."

     "Dan juga jangan terlalu formal padaku. Anggap saja aku teman mu." aku mengangguk semangat. Aku bersyukur ada orang sebaik Ervan.

     Ervan juga mengangguk sambil tersenyum padaku, aku beralih menatap putri kecilku yang tertidur di sampingku. Aku sedikit memiringkan badanku secara perlahan kemudian mencium kening Bee.

     "Mama kangen banget sama Bee, maaf ya gk bisa nemanin Bee."

[ERVAN POV]

     Aku tersenyum melihat interaksi antara Bella dan Bee. Aku membayangkan pasti hidupku akan bahagia jika aku menjadi suami Bella saat ini, sayangnya itu sama sekali tidak mungkin karena Bella sudah memiliki seorang suami, dan sepertinya Bella begitu mencintai lelaki itu hingga merelakan mendonorkan beberapa persen organ hatinya.

     Jujur, mengingat itu sungguh membuat hatiku tersentil.

     Cemburu? Right.

     "Ini Bel, aku beliin bubur." kata ku pada Bella sambil menyerahkan kotak berisi bubur. Aku membelikan Bella bubur tanpa ada penyedap karena kondisi Bella masih belum stabil.

     Bella mengangguk ragu. Aku tahu, dia pasti sangat tidak enak diperlakukan seperti ini oleh diriku. "T-terimah kasih Ervan. Maaf menyusahkanmu."

     Aku sangat menyukai senyum Bella. "Kamu tidak merepotkan sama sekali Bel." jawab ku. Aku melirik ke arah Bee yang masih terlelap. Aku sangat menyayangi anak istimewa itu. Kemudian kulihat Bella mulai memakan bubur yang kuberikan, terlihat jelas dari wajahnnya kalau wanita manis itu tidak suka dengan bubur hambar itu.

     Aku beralih menggendong Bee kembali, aku mencium perlahan pipi gembil anak itu. Ya tuhan, aku tidak sabar ingin mempunyai anak selucu Bee. Tapi dengan siapa?

     "Ehm, Ervan. Aku taruh dulu ya buburnya, nanti aku pasti akan memakannya lagi. Suer." kata Bella dengan senyum memerkan deretan giginya.

     Benarkan? Setiap dia tersenyum, detak jantungku rasanya ingin copot. Senyum itu mengingatkan ku pada Bella kecilku yang manis. Beberapa tahun aku tidak bertemu lagi denganya, banyak sekali perubahan pada Bella. Entahlah aku melihat tidak ada binar kebahagiaan dimatanya.

     "I-iya tidak papa." dan seketika aku juga menjadi gugup.

     "Ervan, bolehkah aku menyusui Bee. Kasihan dia, tidak kuberi asi selama beberapa hari."

      Aku menggeleng cepat. "Jangan dulu Bel, keadaanmu masih belum stabil. Tenang saja, Bee kemarin sudah ku beri susu formula kok."

     "Ya tuhan, aku tidak tahu lagi caranya berterimah kasih padamu Er. Kamu sangat baik."

     Melihat Belle seperti itu membuatku tanpa sadar aku mengusak pelan surai Bella. Kesadaran ku pun kembali karena melihat wajah Bella yang terkejut, dengan segera aku menarik kembali tangan ku dari kepalanya.

     "M-maaf Bel."

     Bella mengangguk maklum. "Tidak papa Er. Hmm aku ingin menggendong Bee. Boleh ya. Aku sangat merindukan Bee."

     Aku menghelas nafas lega, Bella tidak marah atas sikapku. Lalu dengan terpaksa aku memberikan Bee pada Bella dengan perlahan. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi Bella.

     "Jangan terlau menekan, nanti bis-" belum selesai aku bicara, suara dering ponsel membuatku berhenti berbicara.

     "Angkat aja Er, aku baik-baik saja kok."

     Aku mengangguk, kemudian mengangkatnya. Ternyata itu adalah panggilan dari dokter 'Mawar'. Dokter mawar mengatakan bahwa aku ada jadwal oprasi. Aku melupakan satu hal penting itu.

     Segera aku mematikan ponselku kemudian berjalan ke arah Bella. "Bel, aku ada jadwal operasi. Maafkan aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu."

     Bella mengangguk maklum. Bella merasa  dirinya adalah beban Ervan. "Iya, tidak papa Er. Pergilah."

     "Baiklah Bel. Aku akan menyuruh perawat menjagamu disini. Bye."

[AUTHOR POV]

     Bella memandang kepergian Ervan kemudian dia menghembuskan nafasnya kasar. Bella kembali menatap ke arah Bee.

     Daniel.

     Tiba-tiba, ia teringat kembali dengan Daniel saat ini. Bella ingin sekali beranjak dan pergi ke ruangan Daniel, tapi setiap sedikit bergerak membuat rasa sakit bekas jahitannya terasa. Dalam hati Bella bersuykur, operasi berjalan dengan lancar. Setelah ini Bella berjanji akan selalu setia menemani Daniel sampai lelaki itu sembuh.

     Mungkin, esok hari dirinya akan menjenguk Daniel. Jujur, Bella sangat merindukan suara Daniel yang selalu membuat dirinya ketakutan.

     Bella menimang Bee dengan perlahan. Dia mencium bibir mungil anaknya dengan sayang. Bella selalu memohon pada tuhan agar suatu saat nanti Daniel mau menerima Bee dengan suka hati. Tapi Bella tahu, akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk itu.

     "Sabar ya Bee. Daddy Niel pasti akan menerima Bee kok. Mama sayang Bee."

_________

     Keesokan harinya Bella diperbolehkan beranjak dark brankar tapi dengan syarat harus duduk dikursi roda. Bella tidak sabar ingin segera menemui Daniel. Dengan bantuan seorang perawat, Bella didorong menggunakan kursi roda menuju keruangan Daniel berada. Perawat itu mengatakan pada Bella jika Daniel masih belum sadarkan diri.

     Sedangkan Bee. Setelah memberikan susu formula, Bella meletakan Bee di box bayi yang perawat siapkan. Bella tahu ini semua pasti atas kemauan Ervan, lelaki itu menanggung semua biaya perawatan Bee dan dirinya serta Daniel. Setelah ini Bella akan membayar semua biaya yang telah Ervan keluarkan.

     Menurut Bella, Ervan terlalu baik untuk dirinya yang hanya seorang bekas jalang.

     Perawat mendorong kursi roda Bella menuju brankar dimana Daniel berada, sekali lagi Bella sungguh tidak tega melihat Daniel seperti itu.

     "Silahkan bu, saya tinggal terlebih dahulu." kata perawat itu.

     Bella mengangguk. "Terimah kasih sus."

     "Iya."

     Bella menatap sendu wajah Daniel yang terlihat damai sekali dengan tidurnya. Kemudian mata Bella beranjak melihat ke arah kaki Daniel yang di tempeli banyak perban. Daniel pasti akan hancur jiaka tahu bahwa dirinya lumpuh sementara.

     Tangan Bella beralih menuju pipi Daniel yag ditumbuhi banyak bulu halus. Dia mengusapnya pelan.

     "Meskipun kau suka marah dan menyeramkan. Tapi aku sangat merindukan mu."

     "Maafkan aku, kau pasti akan sangat tersiksa karena ini. Tapi aku pasti akan setia bersamamu, menjagamu hingga kau sembuh."

     "Bangunlah Daniel. Aku selalu menunggumu."

     Cup

     Bella mencium telapak tangan Daniel yang terdapat sebuah infus menempel. Bella teringat, apakah dirinya harus memberitahukan keadaan Daniel pada Jack dan Cyra? Sepertinya jangan dahulu, dirinya harus meminta ijin Daniel terlebih dahulu.

     "Segeralah bangun, Daddy nya Bee." kata Bella sambil tersenyum miris dengan apa yang baru saja ia katakan.

     Bella berfikir, mengapa Cyra begitu mudah memaafkan kejahatannya. Mungkin jika dirinya me jadi Cyra, Bella tak akan permah memafkan orang yang telah membunuh anak nya. Bella merenung setiap saat dan selalu dibayangi rasa bersalah. Apalagi rasa bersalah pada Jack, teman masa kecilnya yang telah ia hancurkan hidupnya.

     Bella tersenyum samar, kala mengingat masa kecil nya dengan Jack yang dipenuhi canda dan tawa.

      "Ella akan selalu jadi teman Ei. Tapi kalau udah besar, Ella mau jadi isti Ei."

     Tawa hambar keluar dari bibir Bella kala mengingat masa itu. Dengan polosnya ia ingin menjadi istri Jack. Jujur saja, sampai saat ini dirinya masih belum bisa melupakan rasa sukanya pada Jack hingga kini.

     Tapi Bella saat ini sudah bertekad akan melupakan rasa itu, dan mencoba menerima Daniel bagaimana pun bentuk dan tabiat lelaki itu. Karena menurut Bella, hanya Daniel lah orang terakhir yang Bella miliki.

     Tak lama mata Bella terasa berat hingga tanpa sadar ia tertidur dengan kepala yang berada di atas tangan Daniel.

     Setelah beberapa lama Bella tertidur, akhirnya Daniel membuka matanya secara perlahan. Samar-sama dia melihat secercah cahaya mengenai mata Daniel membuatnya mengrenyit tak nyaman. Kemudian dia mengedarkan pandangan nya keseluruh ruangan.

     "Dimana aku?" gumam Daniel.

     Kemudian dia merasakan ada beban menimpa tangan kirinya, dia melirik melihat tangannya. Dan benar saja, ternyata wanita iblis itu yang menimpa tangan Daniel.

     Najis!

     Daniel jijik ketika tangannya disentuh oleh wanita bangsat itu. Saat Daniel ingin berteriak memarahi Bella, rasa sakit terasa di bagian perut membuatnya meringis kesakitan.

     "Bangsat! Kenapa sangat sakit!"

     Dia meringis, lalu saat ingin menggerakan kakinya. Dia merasakan keanehan, kenapa kakinya tak bis digerakan. Daniel pun sedikit panik, teringat bagaimana parahnya kecelakaan yang dirinya alami.

     Daniel mencoba berulang kali untuk menggerakan tapi tetap tidak bisa membuat dia menggeram marah.

     "Bangsat! Kenapa tidak bisa digerakan!"

     Lalu dia mencoba memembangunkan wanita iblis itu. "Hei anjing!  Bangung, kenapa kakiku tidak bisa digerakan." teriak Daniel kalap.

     Daniel tak menerima jika mungkin dirinya cacat. Daniel harus baik-baik saja agar bisa melihat keadaan Cyranya.

     Mendengar suara teriakan Daniel, Bella mengerjap pelan sambil menyesuaikan matanya. Kemudian Bella terkejut melihat wnaha Daniel yang sudah memerah sambil meringis kesakitan. Bella membeku ditempat, sungguh Bella tidak tega.

     "Kenapa kau diam saja bodoh! Cepat katakan kenapa kakiku tidak bisa digerakan!"

     Kesadaran Bella kembali kemudian mendorong kursi roda nya sambil menahan rasa sakit dibagian perutnya juga. Dia rela merasakan rasa sakit luar biasa demi menekan tombol guna memangil dokter.

     "Argh! Kenapa sangat sakit." mata Bella berkaca-kaca, sungguh Bella tak sanggup meihat Daniel yang tersiksa menhan kesakitan. Sedangkan Daniel kebingungan, kenapa dirinya bisa merasakan sakit seperti ini.

     "T-tenanglah Daniel, dokter sedang menuju k-"

     "bagimana aku tenang! Ini semua karena mu Iblis. Bajingan!"

     Hati Bella tersentil sakit, sebelumnya dia sudah mempersiapkan diri atas emua cacian Daniel. Tapi kenapa hatinyaasih saja terasa ngilu.

     Tak lama seorang dokter nampak sedikit berlari menuju Daniel. "Cepat!" teriak Daniel.

    Dokter itu dengan sigap memeriksa bagian perut Daniel. Dan ternyata bekas operasi Daniel sedikit mengeluarkan darah. Dokter itu pun dengan segera memperbaikinya.

     Setelah selesai akhirnya Daniel mulai sedikit tenang, tapo tidak dengan Bella yang mati-matian menahan sakit.

     "Anda tidak diperbolehkan banyak bergerak tuan Daniel. Karena anda baru saja melakukan operasi." tutur dokter bernama 'Tari'.

     "Operasi apa dok?" tanya Daniel datar sambil melirik sinis ke arah Bella yang terlihat pucat di atas kursi roda.

      "Anda baru saja melakukan operasi donor hati."

      "Hah? Lalu siapa yang mendonorkan hati pada saya?"

      Dokter Tari namapak melirik ke arah Bella, Bella menggelengkan kepalanya. Dokter Tari menghembuskan nafas kasar.

     "Ehm, begini tuan. Yang mendonorkan hati pada anda tidak ingin biodatanya di beritahukan."

      Daniel mengangguk-anguk. "Padahal aku ingin sekali berterimah kasih padanya."

     Lalu Daniel teringat tentang keadaan kakinya, dengan keadaan masih terbaring, Daniel mencoba lagi peruntungan dengan menggerakan kakinya. Dan masih saj tidak bisa digerakan.

      Nafas Daniek berubah tak beraturan. "Katakan! Apa yang terjadi pada kaki ku!  Kenpaa tak bisa digerakan." teriak Daniel marah.

     Bella menundukan kepalanya takut. Ingin sekali Bella menenangkan Daniel, tapi takut lelaki itu akan bertambah marah.

     "K-karena kecelakaan itu, kaki anda mengalami kelumpuhan sementara tuan. Tapi tenang saja, hanya untuk sementara wakt-"

      BRAK

     Daniel membanting semua bemda yang berada di atas nakas hingga berceeran. Bahkan infus juga ikut terhempas hingga tanganya mengeluarkan darah.

     Daniel murka.

     "Tidak! Tidak mungkin aku lumpuh. Aragh! "

     "Ini semua karenamu Iblis. Karena mu aku jadi lumpuh."

     "Kau puas kan! Hah, puas kau! Wanita bangsat! Akan kubunuh kau sekarang juga"

     Daniel seakan gelap mata atas apa yang terjadi padanya. Dia membanting semua yang berada disana, matanya pun sudah memerah menyala.

     Dokter Tari sibuk mencari obat bius. Daniel memberontak, mendorong Bella kuat hingga Bella terjatuh di atas lantai.

     "Rasakan itu! Mati saja kau sekarang juga! Kau dan anak mu sama sekali tak berguna!"

     "Pembawa sial!"

      Bella menangis, Bella sangat takut. Perawat mencoba menahan kedua tangan Daniel tapi tetap saja tenaga Daniel sangat kuat. Dokter Tari pun sudah menyiapkan sebuah suntika berisi obat bius kemudian dia menyuntikan perlahan pada lengan Daniel.

     Daniel pun perlahan pingsan kembali. "Aku akan membunuh mu Iblis!" gumam Daniel sebelum akhirnya terpejam.

     Bella menunduk malu sekaligus sakit hati. Apakah dirinya memang tidak pantas hidup bahagia? Kenapa begitu sangat menyakitkan.

•••

Note penjelasan tentang donor hati:

Kalau ada yang salah ingatkan aku.

••••

Biar gak lupa sama pemerannya:

1. BANG DANIEL AGUERO

2. ARRABELLA BEATRIX

3. QUEEN BEE DELON

Continue Reading

You'll Also Like

805K 96.1K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
480K 52.7K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...