Enam Tahun Kemudian

By MbakTeya

735K 57.6K 1.8K

Enam tahun setelah Remi membantu Bumi, dia kembali dipertemukan dengan lelaki itu dalam situasi tak terduga... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga

Dua Puluh Empat

11.3K 592 67
By MbakTeya

Selamat membaca 😘😘

"Tidak. Kamu salah, Radi bukan anak Laura." Remi menggeleng tegas, dia merasa bulu kuduknya berdiri. Merinding mendengar ucapan Aone yang dapat dia artikan suatu hari lelaki itu akan kembali dan mengambil Radi dari pelukannya. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi,
apa pun suara yang di keluarkan Aone, Remi akan tetap bertahan.

"Kamu tidak perlu berbohong. Semua datamu dan Radi ada di tanganku."

Remi membeku, dia menatap Aone dengan keterkejutan yang tidak bisa di tutup-tutupi.

"Sekarang kamu paham, kan? Jangan pernah mencoba bersembunyi, karena aku akan selalu mengawasi kamu." Lagi-lagi Remi tersentak. "Ah, jangan salah paham. Aku tidak mengancam, aku hanya ingin kamu tahu jika akan selalu ada yang menjaga Radi dari jauh."

Remi membeku, lalu menggeleng. Aone salah, Radi bukan anak Laura.
Anak Laura memang ada, tetapi dirawat oleh adik Laura yang sekarang entah ada di mana. Sudah lama sekali Remi kehilangan kontak.

Memang semua data yang ada menunjukkan jika Radi anak Laura, tetapi semua itu dia yang membuatnya agar ibu dan ayahnya tidak curiga. Remi tidak mungkin memberi tahu ibu dan ayahnya jika Radi anak Laura tanpa bukti. Namun, sekarang bukti-bukti yang susah payah dia buat menjadi bumerang.

"Kamu salah paham, Radi anakku." Remi menggigit bibir, haruskah dia memberi tahu tentang keberadaan anak Laura yang sebenarnya. Dia sudah berjanji pada Laura untuk merahasiakan keberadaan Denis dari siapa pun. "Meski semua data yang kamu kumpulkan menunjukkan jika Radi anak Laura, tetapi itu semua palsu. Aku bisa membuktikan jika Radi anak kandungku."

Tidak mendapat respons apa pun dari Aone, Remi mendongak. Dia membeku saat melihat Arkan berdiri di hadapannya dengan Radi yang terlelap di gendongan. Dari wajah terkejut Arkan, Remi tahu adiknya itu sudah mendengar apa yang dia katakan.

Ya, Tuhan. Apa yang harus Remi lakukan sekarang? Rahasia yang sudah dia sembunyikan, terbongkar dari mulutnya sendiri.

"Arkan," kata Remi menahan tangis saat melihat mata adiknya yang terlihat kebingungan.

"Apa yang Kakak bilang tadi benar?" tanya Arkan setelah terdiam cukup lama.

Remi mengangguk, setetes air mata jatuh mengaliri pipi. Tidak ada lagi yang bisa dia sembunyikan dari Arkan. Adiknya itu mendengar sendiri dari mulutnya, jika dia membantah dan memberi alasan, Remi yakin Arkan tidak akan percaya seratus persen lagi padanya. Cepat atau lambat, Arkan akan mencari tahu, jadi dari pada adiknya menemukan kenyataan setelah dia berbohong, lebih baik Remi mengakuinya sekarang. "Maaf, Kakak sudah berbohong selama ini."

Arkan terdiam menahan amarah. Bisa-bisanya Remi berbohong pada keluarganya selama ini. Namun, saat melihat kaka perempuannya menangis semakin parah sembari terus meminta maaf, hati Arkan melemah, matanya juga mulai memerah setelah memikirkan apa yang dialami Remi selama ini.

"Tidak apa-apa, Kak. Kakak tidak perlu minta maaf padaku," kata Arkan mendekat. Dia ingin memeluk Remi yang mengeluarkan air mata semakin banyak, tetapi dia tidak bisa ada Radi dalam gendongannya.

Jujur saja Arkan masih sedikit marah dan kecewa pada Remi. Tetapi, bukan karena Remi sudah hamil dan melahirkan di luar pernikahan. Dia marah dan kecewa karena Kakak perempuannya ini tidak menceritakan masalah ini padanya atau pada anggota keluarga mereka yang lain. Arkan juga lebih marah pada diri sendiri saat membayangkan Remi berjuang keras mengurus Radi seorang diri. Dari awal kehamilan sampai Radi sebesar ini, Remi berjuang seorang diri tanpa ada yang menemani.

"Seharusnya aku yang meminta maaf, Kak. Aku bodoh karena tidak mencurigai kepergian Kakak yang tiba-tiba. Padahal aku tahu Kakak lebih suka tinggal di sini," kata Arkan menyesal karena tidak menaruh curiga sedikit pun pada kepergian Remi yang tiba-tiba.

Meski dia sempat tidak ingin Kakaknya pergi, tetapi dia tidak menaruh curiga apa pun dan tidak melarang dengan keras juga kepergian Remi.

Remi yang mendengar segera menggeleng. "Tidak. Kamu tidak perlu meminta maaf."

Semua ini salahnya. Dia yang bersembunyi dan melarikan diri.  Mengunci rapat semua rahasianya sampai tidak ada yang boleh tahu. 

"Tetapi Arkan, Kakak mohon sama kamu. Tolong jaga rahasia ini, Kakak belum siap memberi tahu Ibu, Ayah, dan yang lain. Kamu bisa, kan?"

Meski adiknya sudah tahu rahasianya, Remi tetap ingin menjaga ini sampai dia benar-benar siap untuk membongkar semuanya sendiri. Dia masih membutuhkan banyak mental untuk melakukan pengakuan dosa.

"Kakak pikir aku siapa. Aku tidak akan pernah menceritakan semua ini pada siapa pun."

Remi mengusap sisa air mata, sebelum melangkah maju. Dia ingin memeluk Arkan, tetapi belum sempat melakukan keinginannya, pelukan lain sudah Remi dapatkan dari orang lain.

"Maaf-maaf. Aku seharunya bisa melindungi kamu lebih baik lagi. Tetapi aku malah membuat kesalahan bodoh yang membawamu ke dalam bahaya. Aku benar-benar minta maaf, Remi," kata Bumi semakin mengeratkan pelukan. Dia benar-benar menyesal telah membuat kesalahan bodoh ini. Melepaskan orang yang berbahaya dan membuat Remi celaka.

"Tolong maafkan aku Remi." Bumi memejamkan mata sembari menghirup rakus aroma Remi. 

Selain merasa teramat bersalah, Bumi juga menyesal karena tidak dapat menolong Remi. Baru beberapa menit lalu ibunya memberi tahu jika Remi dan Radi masuk ke rumah sakit yang sama dengannya. Saat itu tanpa membuang waktu dia segera turun dari ranjang pasien dan keluar untuk mencari Remi.

Teriakan sang Ibu yang mencegahnya untuk jangan pergi pun diabaikan. Dia ingin melihat kondisi Remi, dia takut keduanya mendapatkan luka yang lebih parah darinya. Saat itu pikiran buruk sudah masuk ke kepalanya. Lawan mereka kuat, dia saja yang merasa cukup tangguh mendapat banyak luka dari melawan lelaki yang pernah ditangkapnya.

Tetapi syukurlah, kondisi Remi dan Radi tidak seburuk yang dia bayangkan.

"Maaf. Aku sangat bodoh sampai tidak bisa melindungimu dan Radi," kata Bumi memeluk Remi semakin erat.

Remi yang kembali dikejutkan dengan kehadiran Bumi benar-benar membeku. Dia bingung dan mendadak tidak tahu harus melakukan apa.

"Bumi," panggil Remi setelah terdiam cukup lama.

"Hm," jawab Bumi seadanya masih tetap tidak membiarkan Remi terlepas dari pelukannya.

"Bumi." Sekali lagi Remi memanggil, dalam hatinya sudah mulai bertanya-tanya apa Bumi mendengar percakapannya dengan Arkan. Jika mendengar apa yang harus dia lakukan, satu orang lagi tahu Radi anaknya membuat Remi semakin tidak berdaya. Dari pada orang lain Remi paling takut Bumi tahu jika Radi anaknya

"Ya." Bumi mendongak dengan wajah pucat dia tersenyum pada Remi. "Aku senang kamu baik-baik saja," kata Bumi merebahkan kepala ke bahu Remi. "Aku benar-benar senang." Suara Bumi semakin lemah.

Remi yang tahu ada yang tidak beres dengan Bumi segera ingin mendorong lelaki itu menjauh, tetapi bukannya menjauh, tubuh Bumi semakin condong ke arahnya. Remi memanggil berulang kali saat tahu Bumi telah kehilangan kesadarannya. Berat badan Bumi yang menekannya, membuat pijakan Remi melemah, dia nyaris terjatuh bersama Bumi sebelum merasa terbebas saat Aone yang sejak tadi menyaksikan dari samping menarik Bumi menjauh.

"Bumi." Remi lega terbebas dari beban, tetapi dia segera kembali khawatir saat melihat Aone yang membiarkan Bumi tergeletak di lantai begitu saja. Segera Remi mendekat, dia memangku kepala Bumi dan meminta Arkan untuk memanggil bantuan.

"Apa dia kekasihmu?" tanya Aone setelah Arkan pergi.

Remi menatap marah, lalu menggelengkan kepala.

"Dia bukan kekasihmu, lalu kenapa kamu sangat perhatian padanya. Aku juga tahu dia sering menemuimu," kata Aone lagi masih yakin jika Remi dan Bumi memiliki hubungan.

"Apa menurutmu perhatian hanya bisa dilakukan pasangan kekasih?" tanya Remi kesal.

Aone mengangkat bahu, lalu ikut berjongkok melihat wajah Bumi yang kian memucat.

"Aku tidak peduli dia kekasihmu atau bukan, tetapi aku tidak suka ada lelaki lain yang dekat dengan anakku," kata Aone yang membuat Remi kembali teringat kesalahpahaman beberapa menit lalu. Kedatangan Arkan dan Bumi benar-benar menghilangkan fokusnya.

"Sudahku bilang Radi bukan anakmu." Remi menatap Aone dengan ganas.

"Aku lebih percaya pada data dari pada perkataanmu."

Remi memejamkan mata, haruskah dia berteriak si depan Aone jika Bumi adalah ayah Radi. Agar Aone percaya dan berhenti mengganggunya.

"Data itu palsu. Aku yang membuat itu semua. Kamu bisa melakukan tes DNA kalau tidak percaya," kata Remi mengusulkan jalan keluar. Jika Aone sangat mempercayai data yang dia miliki, Remi bisa memberinya data lain agar lelaki itu percaya padanya.

Aone mulai ragu. Melihat wanita di depannya yang berkeras jika Radi bukan anaknya membuat mulai bertanya-tanya apa mungkin yang dikatakan Remi itu benar. Lalu jika benar di mana anaknya dan Laura berada. Aone menatap Remi mencari kebohongan di sana, lalu saat dia menurunkan mata, Aone langsung berdecak saat melihat tangan Remi yang memengang pipi Bumi dengan lembut.

Remi bilang Bumi bukan kekasihnya, tetapi melihat cara wanita ini melindungi Bumi dengan sangat baik dia tidak percaya hubungan mereka hanya teman biasa. Remi bisa berbohong tanpa berkedip tentang hubungannya dan Bumi, dia sudah pasti bisa berbohong tanpa beban tentang Radi.

"Laura yang tidak mengizinkanmu untuk memberi tahuku, kan?" tanya Aone yang membuat Remi menahan napas.

Remi sudah mati-matian menjelaskan dan meminta Aone untuk  melakukan tes DNA, tetapi lelaki itu masih tidak percaya padanya. Remi jadi ragu dan mulai curiga jika Aone itu seorang penjual anak yang mengaku sebagai kekasih Laura.

"Apa kamu benar-benar kekasih Laura?"  tanya Remi pelan, setelah selesai bertanya dia mulai menatap sekitar mencari seseorang yang lewat yang bisa dimintai tolong jika Aone melakukan sesuatu padanya dan Bumi karena kebohongannya terbongkar. Melihat tidak ada siapa pun Remi mulai khawatir, lalu menghela lega saat melihat Arkan datang bersama beberapa orang berpakaian perawat.

Tahu apa yang dikhawatirkan Remi, Aone tertawa rendah. Dia bangkit dan menatap Remi yang mendongak ke arahnya. "Aku tidak akan mengganggumu sekarang. Tapi kamu harus ingat perkataanku tadi, aku tidak suka ada lelaki lain yang dekat dengan Radi. Baik Bumi, Jupiter atau lelaki lainnya."

Melihat Arkan yang semakin mendekat Aone bersiap pergi. "Aku akan mengambil Radi jika kamu menikah," kata Aone sebelum melangkah pergi. Aone tidak peduli kapan dan berapa banyak lelaki yang dinikahi Remi nanti, tetapi dia akan benar-benar mengambil Radi jika wanita itu membangun keluarga dengan lelaki lain. Dia takut lelaki yang dinikahi Remi tidak akan menyukai Radi dan menyiksa anak itu. Anak kandung saja bisa di siksa, apalagi anak angkat. Aone tidak ingin Radi mengalami apa yang dia alami di masa lalu.

Meski awalnya dia sempat berpikir tidak apa-apa jika Remi menikah agar Radi memiliki keluarga lengkap, tetapi setelah melihat wajah anak itu dari dekat dia membuang semua pikirannya. Remi memang baik, tetapi lelaki yang dinikahinya kelak belum tentu baik.

"Tunggu, hai tunggu sebentar!" teriak Remi panik, tetapi Aone tidak berhenti dia semakin menjauh dari pandangan dan menghilang saat Arkan dan yang lain sampai.

Setelah Bumi di dorong menjauh, Remi sempat mengejar Aone, tetapi dia tidak menemukan siapa pun. Remi malah menemukan keluarganya dan keluarga Bumi berkumpul saat kembali.

Melihat sang Ibu menangis, Remi membuang semua kekhawatirannya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap Aone tidak akan pernah muncul sampai dia bisa mengaku pada keluarganya dan mendapat dukungan dari mereka semua. Karena Remi cukup sadar diri kalau dia tidak akan sanggup melawan Aone tanpa dukungan keluarga.

Continue Reading

You'll Also Like

919K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
370K 28.6K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
448K 2K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
17M 765K 44
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...