DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 37

51.7K 6.4K 6.7K
By devitnask

Rey duduk di kasur dengan punggung menyandar pada kepala ranjang berlapis bantal kesayangan, tangannya terus mengelus pelipis Asa yang sudah tertidur.

Sesekali Rey terbatuk pelan, lantas membelai bekas cekikan Asa tadi. "Uhuukkk, sakit juga ternyata. Berdosa banget kamu, Sa. Sama suami sendiri juga, teganya."

"Nggak kebayang gimana rasanya kamu waktu tenggelam, ga bisa napas, terus bilang takut nggak bisa naik lagi. Pasti sakit ya, Sa? Liatnya aja udah sakit, apa lagi kamu yang ngerasain itu."

"Makanya punya otak itu dipake ya, Bunda. Kasian anak-anak kita nanti kalau dapet Bunda yang begonya nggak ketulungan, hehee. Canda bego."

Rey mencium punggung tangan Asa, kemudian mengelus perut Asa yang sedikit membesar, kira-kira sudah memasuki bulan ke empat.

"Emosinya nggak stabil, pasti karena debay ini juga ya?" Rey mengecup lembut perut Asa. "Dabay, jangan bikin Bunda kesusahan ya? Kamu yang nurut sama Bunda, jangan kayak Papa."

"Om bakalan, eh, Paman, eh, Ayah aja deh. Ayah bakalan jagain kamu sampai kamu keluar nanti. Jadi nanti keluarnya yang cepet ya, jangan bikin Bunda sakit kelamaan."

Rey memeluk tubuh Asa seraya membenamkan wajahnya di bawah dada Asa. Rey menarik tangan Asa dan melingkarkannya ke leher, seakan-akan Asa sedang memeluknya.

"Cepet keluar Debay, biar Ayah bisa unboxing Bunda." Rey merancu dengan mata terpejam.

Dalam tidurnya, Asa tersenyum. Dia masih sadar dan mampu mendengarkan semua ucapan Rey tadi.

Mereka akhirnya tertidur hingga subuh.

Ayam berkokok, entah sudah berapa lama Rey memandangi Asa dengan posisi kepala dia sandarkan di kepalan tangan.

Begitu Asa mengerjap, dia terkejut dan hampir terjatuh dari ranjang. Beruntungnya Rey segera menangkapnya dan membawa gadis itu kembali ke posisi semula.

"Ya ampun, ngapain sih, Rey?" Asa menutup wajahnya karena malu ditatap terus oleh suaminya.

"Jangan ditutup," pinta Rey menyingkirkan tangan Asa dari wajah Asa.

"Kalau diliat-liat, Asa mirip sama seseorang."

"Mirip siapa, Rey?"

Rey mengedikkan bahu. "Calon Bunda dari anak-anak Rey nanti mungkin."

Asa mengulum senyum, pipinya memerah. Baru bangun udah digombalin Mas Husbu. "Gombal ah."

"Senyumnya jangan lama-lama."

"Kenapa?"

"Nanti Rey diabetes."

"Reeeeey!" Asa makin tersipu.

"Sholat yuk? Terus jalan-jalan pagi, biar sixpack Debaynya."

"Rey, nggak gitu juga konsepnya."

***

Selesai beribadah bersama, mereka keluar rumah dengan keadaan langit yang masih gelap. Rey menuntun Asa keluar gerbang rumah layaknya ratu.

Untuk pertama kalinya, mereka berjalan-jalan dengan tangan saling menggenggam. Rasanya aneh, tetapi juga sangat nyaman.

Matahari menyembul malu-malu dari ufuk timur, langit mulai berubah cerah sedikit demi sedikit.

"Asa," panggil Rey, mereka berjalan-jalan di trotoar samping lintasan sepeda.

"Hm?" jawab Asa masih sibuk memandangi sekitar yang terlihat indah, terlebih lagi saat mereka berjalan melewati jembatan sungai jernih.

Melihat genangan air tenang di sana sontak membuat senyum Asa memudar, ingatan ketika ia tenggelam di sungai kian menghantuinya. Rasanya cukup sakit dan menakutkan.

Rey yang menyadari hal tersebut pun langsung mengalihkan perhatian Asa, pria itu berdiri di depan Asa demi menutupi pandangan Asa dari air sungai tadi. Rey mengajaknya berjalan ke sisi yang lain dengan cara yang tidak begitu kentara.

"Rey kayaknya nggak tau apa-apa tentang Asa ya? Yang Rey tau dari dulu cuma Asa yang jarang bicara. Rey pengen kenal Asa lebih deket lagi boleh?"

"Boleh lah, ya kalik enggak. Mas Husbu boleh tanya apapun tentang Asa."

Rey melengos sambil tersenyum geli. "Jangan panggil Mas Husbu, ntar Rey mleyot."

"Mas Husbuuuuuu," Asa berbicara sedikit berjinjit mendekati telinga Rey.

"Hiiihhhh, Rey serang lagi loh!"

"Iya, iya, enggak," Asa terkekeh pelan, dia menjauh dari Reynya.

"Dek," panggil Rey yang langsung membuat Asa bergidik geli. "Iiihhhhh, geli, Rey."

"Iya biarin, biar sama-sama geli."

Asa tertawa, lalu Rey menarik Asa ke dalam rangkulannya. "Jangan jauh-jauh, nanti Rey kangen."

"Hhhhmmmm," Asa menggumam lagu india.

"Apa lho?" Rey ikut tertawa, dia acak puncak kepala istrinya yang random abis.

"Ekhem," Rey berdeham. "Ada hal yang Asa sukai?"

Asa menggeleng. "Nggak tau."

"Loh? 17 tahun Asa hidup buat apa aja?"

"Belajar, Rey. Asa nggak pernah nyoba hal lain selain belajar, jadi nggak tau."

"Rey kasian banget ya, punya bini primitif-nya naudzubillah."

"Asa kesindir." Rey langsung menimpali, "Emang lagi nyindir."

"Dari dulu Asa kebiasaan belajar, Rey. Asa nggak terlahir pinter, jadi Asa harus berusaha maksimal biar bisa sempurna. Asa nggak pernah nyobain apa-apa."

"Sekarang mau nyoba sesuatu?" tawar Rey, kini mereka memutar arah jalannya menuju rumah.

"Nyoba apa, Rey?"

"Iya hal-hal yang pengen Asa lakuin, siapa tau ada sesuatu yang Asa suka, yang bisa buat terapinya Asa biar nggak nyakitin diri lagi kayak kemarin."

"Emmm, main bola gimana?"

"Hah? Main bola?" Rey membayangkan Asa bermain bola. "Ah, nggak, nggak! Nanti Asa malah guling-guling di lapangan."

"Oh anu, naik paralayang?"

"Asa! Yang bener aja, Asa lagi bunting loh. Nggak boleh, bahaya. Nanti kalau Debaynya udah keluar, baru deh Rey ajak naik paralayang."

Asa cemberut. "Nggak boleh semua masa?"

"Iya yang lain dong, jangan yang bahaya. Gambar kek, main musik, rangkai bunga, merajut, bikin candi."

"Ya udah, naik histeria aja, Asa pengeeen banget nyobain."

"Astagfirullah, sekalian naik ke tower sana ah."

"Laaah, ngambekan. Canda Mas Husbuuu. Asa pengen jalan-jalan, nonton, ke taman bunga, tepi pantai, naik kapal, bikin cangkir couple, terus piknik keluarga."

"Banyak juga," Rey tersenyum lebar. "Iya udah, besok kita lakuin satu per satu."

"Siap komandan."

***

Drrrt! Drrrt! Ponsel Asa berdering.

Asa yang baru saja masuk ke dalam kamar itu segera mengangkat panggilan dari Papanya. "Papah?"

"对不起,这部手机被留在了火车上。我只是想让你知道,因为你看起来真的很担心。," ucap seorang wanita di sebrang sana yang kira-kira jika diartikan seperti; Ponsel ini tertinggal di kereta, saya menghubungi Anda karena sepertinya Anda sangat khawatir.

"Hǎo de, xièxiè gàosù ," (Baiklah, terimakasih sudah memberitahu saya.)

"可能会要求手机主人的资料,我想归还给主人。," (Boleh meminta data pemilik ponsel, saya ingin mengembalikannya kepada memiliknya.)

"Hǎo de, huì tōngguò duǎnxìn fāsòng." (Baiklah, akan saya kirim melalui teks.)

Asa menyudahi panggilannya, lantas mengirim data Papanya sekaligus alamat perusahaan di Sanghai.

"Wang sing song huang ngi zieng." Rey mengejek Asa, sejak tadi dia berdiri di ambang pintu dengan tubuh menyandar di pintu.

"Rey!" Asa tertawa lagi karena logat Rey sangat aneh.

Pria berseragam sekolah itu mendekati Asa. "Siapa yang telpon?"

"Ponsel Papa ternyata jatuh di kereta."

"Oh," Rey ber-Oh ria. "Sejak kapan belajar Bahasa Mandarin?"

"Udah lama, dari kecil. Kata Papa, aku harus bisa biar bisa ngurus perusahaan cabang. Tapi susah banget, masih kaku."

"Udah bagus kok."

"Emangnya Rey tau?"

"Ya enggak, taunya mah bahasa tubuh." Rey memasang earpiece di telinga Asa, lalu menelpon ponsel Asa.

"Ngapain Rey?"

"Biar kita bisa ngobrol terus, jangan dimatiin ya?" Rey juga memasang earpiece di telinganya.

"Biar apa loh?"

"Biar Asa ada temen ngobrolnya kalau kesepian. Jangan ngelamun, kalau nggak ada kegiatan langsung panggil nama Rey aja."

"Iya Reysayang."

"Ah mleyot," Rey memegang dadanya sambil mleyot ke dinding.

"Alay ah," Asa terkikik geli.

"Yaudah, Ayah berangkat dulu ya, Bunda?" Rey mengecup kening Asa. "Jangan aneh-aneh lagi loh, semua benda tajem udah Rey buang."

"Iya, Rey. Yang semangat belajarnya."

"Siap kapten!"

Rey berhenti di pintu kamar Asa. "Coba ngomong!"

"Apa?" jawab Asa menatap Rey yang sedang mengecek sambungan earpiece.

"Udah normal. Jangan dimatiin loh! Jangan dimatiin sebelum Rey pulang!" tegas Rey sekali lagi.

"Iya, Mas Husbuuuu."

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

6K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

154K 20K 24
Katanya, takdir itu permainan Tuhan. Dipertemukan, lalu dipisahkan. Entah karena keinginan, ataupun keadaan. Entah ketika hati siap melepaskan, atau...
8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...
260K 15.3K 50
Tubuhku menegang saat kurasakan seseorang pria bertubuh tegap memelukku erat. " Aku merindukanmu Nathalie. " ucap pria itu dan semakin memelukku era...
55.6K 9.3K 51
[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun...