(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI K...

By wintee97

1.5K 324 51

Jupe juga bingung, ada seorang anak seumuran dengannya yang begitu mirip dan persis seperti dia. Bahkan para... More

Pesan Alfred Hitchcock
Bab 1 (Recok Tanpa Alasan)
Bab 2 (Diculik!!!)
Bab 3 (Kekeliruan Yang Gawat)
Bab 4 (Membuntuti Jejak Para Penjahat)
Bab 6 (Jupiter Menemukan Petunjuk)
Bab 7 (Kawan atau Lawan?)
Bab 8 (Di Tempat Djanga)
Bab 9 (Pantang Menyerah)
Bab 10 (Jupiter Kalah cepat)
Bab 11 (Pelarian yg Cerdik)
Bab 12 (Kehilangan Jejak)
Bab 13 (Bertatap Muka!)
Bab 14 (Ian dan Jupiter)
Bab 15 (Musuh Menghadapi Masalah Aneh)
Bab 16 (Tindakan Berbahaya)
Bab 17 (Pete Melancarkan Tuduhan)
Bab 18 (Lawan Yang Tak Disangka)
Bab 19 (Akan Berhasilkah Lawan?)
Bab 20 (Rencana Untuk Meloloskan Diri)
END (Alfred Hitchcock Menawarkan Judul)

Bab 5 (Lolos!)

56 12 3
By wintee97

"DARI MANA kau mengetahuinya, Anak muda?" kata Sheriff dengan nada heran. "Kau menemukan petunjuk, Pete?" tanya Chief Reynolds. Pete berdiri di dekat mobil Mercedes. Ia menunduk, memperhatikan tanah jalanan. Kemudian ia berjongkok, menyentuh tanah di situ dengan tangannya.

"Lihatlah, Sir, " kata remaja bertubuh jangkung itu, sambil menuding tanah di hadapannya. "Pada bagian ini ada jalur pasir lunak yang lebar, menutupi seluruh badan jalan. Bekas roda Mercedes kelihatan jelas di atasnya. Tapi tidak ada bekas ban mobil lain yang masih baru, atau jejak kaki! Tidak ada mobil lain datang kemari hari ini, jadi mereka tidak mungkin pergi dengan mobil. Dan sepanjang yang bisa kulihat, mereka juga tidak melanjutkan perjalanan lewat jalan ini."

Sheriff mengamat-amati keadaan badan jalan di sekitar tempat Mercedes diparkir, lalu mengangguk.

"Jalan ini kering dan berdebu di mana-mana, tapi tidak nampak bekas orang berjalan di atasnya."

"Maksud Anda," kata Bob bersemangat, "dengan begitu mereka mestinya masih ada di sekitar sini?"

"Betul, Bob," kata Pete menjawab. Gaya bicaranya saat itu hampir seperti Jupiter. "Menurut dugaanku mereka tidak menyeberangi jalan, melainkan menuju ke arah pegunungan dengan merambah semak belukar!"

"Nanti dulu," kata Chief Reynolds. "Di pinggir jalan sebelah sini ada rumput. Bisa saja mereka terus menyusur jalan ini, dengan berjalan di atas rumput."

"Kemungkinan itu bisa saja," kata Sheriff. Ia menoleh dan menyapa dua orang asistennya. "Billings! Rodriguez! Kalian berjalan sepanjang tepi berumput ini ke arah yang berlawanan untuk melihat di mana berakhirnya, dan apakah setelah itu nampak bekas kaki dijalan. Sisanya menyebar, untuk memeriksa tanda-tanda bekas orang lewat dan masuk ke dalam belukar. Hati-hati melangkah, jangan sampai terhapus barang sesuatu yang mungkin merupakan petunjuk!"

"Dan harap perhatikan, kalau-kalau ada sesuatu yang kelihatan berbentuk seperti tanda tanya," kata Bob menambahkan. "Atau tumpukan batu, atau ranting yang patah dengan cara aneh! Kami bertiga selalu meninggalkan tanda-tanda seperti itu sebagai petunjuk di antara kami, jika dalam melakukan penyelidikan terpaksa memencar."

Para petugas kepolisian dan asisten-asisten Sheriff menyebar lalu mulai bergerak lambat-lambat sambil meneliti sepanjang sisi jalan yang menghadap ke pegunungan. Kedua asisten Sheriff yang ditugaskan memeriksa sampai seberapa jauh bagian pinggiran yang ditumbuhi rumput dengan segera sudah kembali dan melaporkan bahwa bagian itu hanya sedikit saja, dan bahwa di badan jalan sesudah itu tidak nampak bekas kaki. Salah seorang pencari menemukan setumpuk batu berukuran kecil yang mungkin merupakan tanda yang dibuat oleh Jupiter. Tapi ketika Sheriff memeriksanya, ia melihat bahwa onggokan batu itu dibentuk dengan lumpur yang saat itu sudah kering. Dengan begitu ternyata bahwa tumpukan itu sudah agak lama ada di situ. Seorang polisi menemukan ranting yang patah. Bagiannya yang patah kelihatan seperti menunjuk ke belukar yang lebat. Tapi pemeriksaan yang dilakukan di sekitar tempat yang ditunjuk tidak menampakkan bekas-bekas orang masuk ke dalam belukar. Dan di belakangnya juga tidak ada tanda-tanda bekas dilewati orang.

"Chief!" seru seorang polisi. "Mungkin ini ada artinya!"

Ia menunjuk ke arah sesuatu yang kecil dan berwarna putih, tersangkut pada bagian bawah sebuah semak. Nampaknya seperti sepotong kertas. Bob dan Pete bergegas menghampiri. "Kelihatannya seperti-" kata Bob. "Kartu nama kita!" kata Pete menyambung dengan cepat, lalu meraih ke dalam semak untuk mengambilnya. "Memang, ini kartu nama kita!

Rupanya Jupe tadi dengan diam-diam menjatuhkannya ke dalam semak ini, ketika para penculik sedang tidak melihat!"

"Singkapkan semak itu ke samping!" seru Sheriff.

Asisten-asistennya dengan dibantu para polisi dengan segera menyibak belukar. Sesaat kemudian nampaklah jalan setapak yang tersembunyi di baliknya.

"Ya, itu memang jalan orang," kata Chief Reynolds dengan pasti. "Dan ada yang berjalan di situ beberapa saat yang lalu. Lihatlah, semak- semak kecil itu jelas menunjukkan bekas-bekas dirambah!"

Semua bergegas-gegas menyusur jalan setapak itu.

"Itu, lihatlah!" seru Bob. Ia menunjuk ke arah sebuah semak yang tercabut akarnya. Kelihatannya seperti ada yang tersandung dan jatuh di situ. Di dekatnya, di atas sebuah batu kecil, nampak sebuah tanda tanya yang kecil dan berwarna putih.

"Itu tanda dari Jupe! Ia tidak lupa membawa kapurnya!" kata Pete bersemangat.

"Kita harus cepat-cepat menyusul!" kata Paman Titus dengan nada mendesak. "Mestinya ia ada di depan kita, ke arah pegu-"

Ia tertegun dengan mulut masih ternganga. Kepalanya dimiringkan. Semua mendengar bunyi yang nyaring dan berat, seperti bunyi mesin yang kuat. Bunyi itu makin lama makin nyaring, dan akhirnya seolah-olah ada tepat di atas kepala para pencari. Bibi Mathilda menuding ke atas. "Ada helikopter!"

"Pesawat kitakah itu?" teriak Sheriff untuk mengatasi kebisingan suara pesawat yang melintas pada ketinggian yang tidak sampai seratus meter di atas mereka, menuju ke arah pegunungan.

"Bukan!" jawab Chief Reynolds dengan berteriak pula. "Mestinya helikopter kawanan penculik! Rupanya dengan cara begitulah mereka berniat meloloskan diri, Sheriff! Helikopter itu hendak menjemput para penculik dan Jupiter!"

Semuanya menatap ke arah helikopter itu, sampai menghilang di balik kerimbunan pepohonan. Bunyinya makin lama makin menjauh ke arah depan.

"Dan Anda mengatakan tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk lari keluar dari daerah ini, Sheriff!" teriak Bibi Mathilda. Ia sangat marah. "Jalan terus," kata Sheriff dengan geram. "Mereka pasti ada di depan kita, pada lintasan ini."

"Asal kita datang pada waktunya di sana," keluh Pete, "sebelum helikopter itu sempat mendarat dan menjemput mereka."

* * *

Di dalam ngarai yang buntu, kedua penculik memperhatikan helikopter yang mendarat di tengah kepulan debu yang membubung. Gerakan udara yang terdorong putaran baling-baling pesawat itu menyentak-nyentak rambut dan pakaian mereka. Dengan baling-baling masih berputar terus, pilotnya meloncat ke luar dari kabin yang kubahnya berbentuk gelembung dan terbuat dari plastik yang jernih. Lengkap dengan pakaian pilot, helm, dan kaca mata penerbang, ia berlari mendatangi para penculik.

"Tepat pada waktunya!" kata pria gempal yang bernama Walt.

"Kami berhasil menculiknya!" kata Fred menambahkan sambil tertawa nyengir.

Pilot itu tidak membalas cengirannya.

"Banyak sekali mobil polisi dijalan tempat kalian tadi meninggalkan Mercedes!" katanya. "Aku rasanya seperti melihat mereka merambah belukar, menuju kemari!"

"Lewat jalan setapak itu?" Kening Walt berkerut. "Bagaimana mereka bisa begitu lekas menemukannya?"

"Anak itu!" seru Fred. "Ia kan berulangkah terjerembab tadi! Pasti itu cuma siasatnya saja, untuk meninggalkan jejak!"

Walt tertawa.

"Sudahlah, biar saja! Untuk sampai di sini, mereka akan memerlukan waktu paling sedikit setengah jam. Saat itu kita akan sudah melayang- layang di udara, bebas seperti burung."

"Jangan suka menganggap enteng, Walter," tukas pilot itu. "Ambil anak itu sekarang. Kita tidak boleh melakukan kekeliruan sekecil apa pun, karena urusan ini penting sekali artinya bagi tanah air kita."

"Oke," kata Walt, "kitajemput saja dia." "Di mana dia sekarang?"

"Terkunci di dalam pondok itu."

"Bagus," kata pilot, "tapi sekarang cepatlah!"

Ketiga pria itu berlari-lari melintasi dasar ngarai yang keras. Sesampai di depan pondok, dengan segera Walt membuka pintu.

"Ayo keluar!" serunya ke dalam.

"Walt!" kata Fred berteriak. "Dia tidak ada di dalam!" Ruang pondok yang remang-remang itu kosong!

"Ia berhasil meloloskan diri!" Pilot itu marah sekali. "Mustahil," kata Walt. "Tidak ada jalan lain untuk bisa keluar!"

Ketiga pria itu memandang kian kemari, memperhatikan ruangan pondok itu.

"Itu bisa saja benar," kata Fred dengan sengit, "tapi di dalam sini juga tidak ada tempat bersembunyi! Dan yang jelas, dia tidak ada lagi!" "Entah dengan cara bagaimana, ia berhasil meloloskan diri!" seru pilot helikopter.

"Sudah, jangan buru-buru panik," kata Walt. "Bisa saja ia berhasil keluar dari pondok ini, tapi ia masih ada di dalam ngarai ini. Jalan setapak itu satu-satunya jalan ke luar dari sini, dan itu selalu ada di depan mata kita. Tidak mungkin ia bisa melewati kita tanpa ketahuan, Fred! Jadi ia pasti masih ada di salah satu tempat di dalam ngarai, di bagian belakang pondok!"

Ketiga anggota kawanan penculik itu bergegas memasuki ngarai, lalu memencar untuk mencari.

* * *

Bob dan Pete, polisi, Sheriff dan para asistennya, serta paman dan bibi Jupiter muncul dari jalan setapak yang melintasi belantara semak.

Dengan napas terengah-engah mereka memasuki ngarai yang sempit. Sementara itu sudah berlalu waktu dua puluh menit sejak helikopter melintas di atas kepala mereka. Rombongan pencari yang baru muncul itu memandang berkeliling ngarai dengan sikap waspada.

"Itu dia helikopternya!" seru Bob.

Pesawat itu nampak agak jauh di depan mereka, dengan baling-baling berputar. Saat mereka yang baru datang itu masih memandang, pilot helikopter itu bergegas masuk ke kabin pesawatnya. Dengan segera baling-baling berputar lebih cepat. Terdengar bunyi mesin menderu, tampak sudah siap untuk tinggal landas.

"Kejar!" seru Pete. "Jangan sampai dia meloloskan diri!"

Rombongan itu bergerak, lari mengejar ke arah helikopter. Tapi saat itu muncul dua orang dari belakang sebuah pondok berdinding batu. Mereka lari menuju helikopter. Masing-masing menenteng sebuah koper. "Mereka lebih cepat!" seru Chief Reynolds.

"He! Berhenti! Jangan lari!" seru Sheriff sambil lari mengejar. "Kami polisi!"

Tapi kedua pria itu sudah sampai di helikopter, lalu bergegas masuk ke dalam gelembung plastik. Deru mesin semakin bising. Dan di tengah hamburan debu yang beterbangan karena angin yang ditimbulkan baling- baling, helikopter itu membubung ke udara, sementara rombongan pengejar hanya bisa memandang saja tanpa daya. Pesawat itu masih melayang di tempat selama sesaat lalu terbang menjauh dengan gerakan menyapu sisi atas tebing ngarai. Arahnya menuju ke selatan.

Rombongan pengejar hanya bisa menatap langit yang kini kosong. "Mereka... mereka lolos," kata Paman Titus dengan nada heran kenapa itu bisa terjadi.

"Kalian biarkan mereka lolos lagi!" tukas Bibi Mathilda marah-marah. "Dasar laki-laki! Sekarang bagaimana rencana kalian selanjutnya untuk menyelamatkan keponakanku?"

"Kembali ke mobil!" seru Sheriff. "Sebarkan lewat radio, helikopter itu mengarah ke selatan." Para asistennya berlari kembali memasuki jalan setapak.

"Nanti dulu! Tunggu!" seru Bob. "Aku tadi tidak melihat Jupiter bersama mereka! Hanya kedua penculik saja, dan seorang pilot!" "Mungkin kemunculan kita menyebabkan mereka ketakutan lalu buru- buru lari!" kata Pete bersemangat. "Mungkin Jupe mereka tinggalkan di dalam pondok itu!"

Chief Reynolds berpaling, lalu mendului rombongan yang dengan segera lari memburu ke arah pondok. Sesampai di sana ia membuka pintu lebar- lebar, dan semuanya bergegas masuk. Semuanya memandang berkeliling ruangan kosong yang hanya ada satu itu.

"Tidak ada!" kata Pete kecewa.

"Mungkin tadi sudah ada di dalam helikopter," kata Bob dengan nada kecut. "Kita yang terlambat!"

"Tidak, Bob!" Semuanya melongo, karena suara yang tiba-tiba terdengar itu tidak ketahuan dari mana datangnya. "Kalian malah datang tepat pada waktunya!"

Dua lembar papan pendek di bagian belakang ruangan itu terangkat, dan Jupiter muncul dari bawah lantai. Ia tertawa lebar.

"Jupiter!" seru semuanya serempak.

"Tentu saja aku," kata remaja bertubuh montok itu dengan gaya santai. "Kalian kira siapa?"

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 317 24
Misteri kali ini semakin aneh, hey tapi semakin aneh semakin baik. Dalam petualangan kali ini, mereka menyelidiki kasus seorang penyihir wanita yang...
2.3K 445 19
Saya bukan hendak menakut-nakuti. Tapi saya merasa berkewajiban memberi tahu, dalam buku ini nanti ada hantu. SUMBER : Nurul Huda Kariem MR.
900 143 9
Gimana rasanya dikutuk menjadi seonggok tai oleh nenek sihir? Gimana rasanya tinggal di kerajaan yang hanya ada warna pink? Gimana rasanya jadi princ...
282K 17.2K 34
(OBD) Lima orang gadis berusaha mencari tahu apa tujuan hidup mereka. "Kami memang memesona... Namun, kami terlalu berbahaya untuk kalian milik...