(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI K...

By wintee97

1.5K 324 51

Jupe juga bingung, ada seorang anak seumuran dengannya yang begitu mirip dan persis seperti dia. Bahkan para... More

Pesan Alfred Hitchcock
Bab 1 (Recok Tanpa Alasan)
Bab 2 (Diculik!!!)
Bab 3 (Kekeliruan Yang Gawat)
Bab 5 (Lolos!)
Bab 6 (Jupiter Menemukan Petunjuk)
Bab 7 (Kawan atau Lawan?)
Bab 8 (Di Tempat Djanga)
Bab 9 (Pantang Menyerah)
Bab 10 (Jupiter Kalah cepat)
Bab 11 (Pelarian yg Cerdik)
Bab 12 (Kehilangan Jejak)
Bab 13 (Bertatap Muka!)
Bab 14 (Ian dan Jupiter)
Bab 15 (Musuh Menghadapi Masalah Aneh)
Bab 16 (Tindakan Berbahaya)
Bab 17 (Pete Melancarkan Tuduhan)
Bab 18 (Lawan Yang Tak Disangka)
Bab 19 (Akan Berhasilkah Lawan?)
Bab 20 (Rencana Untuk Meloloskan Diri)
END (Alfred Hitchcock Menawarkan Judul)

Bab 4 (Membuntuti Jejak Para Penjahat)

84 14 2
By wintee97

MOBIL Mercedes itu berhenti.

Jupiter, yang kepalanya masih selalu tersungkup kantung tebal, berusaha mengikuti gerak-gerik mobil itu, dengan maksud untuk menduga-duga ke mana arah yang dituju. Tapi Mercedes itu terlalu sering membelok dan berubah-ubah arah. Kini ia memasang kuping, berusaha menangkap bunyi-bunyi khas yang mungkin bisa dijadikan petunjuk di mana mereka saat itu berada. Tapi hanya kesunyian saja yang ada. Tidak ada bunyi gerakan sama sekali. Tidak ada bunyi kendaraan lalu lalang, atau suara orang, atau deburan ombak laut. "Bawa dia ke luar," kata pria yang selama itu menyetir. Suaranya ketus. Jupiter mendengar bunyi pintu mobil dibuka. Dirasakannya tangan-

tangan menyentuh tubuhnya, lalu mendorongnya dengan kasar ke luar. Ia merasa kakinya menginjak tanah yang keras, begitu pula dedaunan dan rumput.

"Buka sungkupnya supaya ia bisa melihat apabila berjalan."

Kantung yang menyelubungi seluruh kepalanya sampai ke dada ditarik dengan kasar. Sinar matahari yang menembus dedaunan yang rimbun sangat menyilaukan. Jupiter mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya, sementara sapu tangan yang mengikat mulutnya dilepaskan oleh pria bertubuh gempal dan berambut keriting yang menyapa Pete di The Jones Salvage Yard. Dialah yang duduk di samping Jupe di dalam mobil dan menyodok-nyodok rusuknya dengan laras pistol.

"Sekarang jangan macam-macam, ya!" tukas orang itu sambil mengacungkan pistolnya, untuk menunjukkan bahwa ia tidak main-main. Jupiter hanya mengangguk saja, tanpa mengatakan apa-apa. Sejak menyadari bahwa ada kemungkinan keselamatannya lebih terancam apabila kedua penculik itu tahu bahwa mereka keliru, ia berharap-harap sapu tangan yang menutupi mulutnya tidak mereka buka. Anak yang mereka kira berhasil mereka culik mestinya berasal dari negeri yang sama dengan mereka, dan kemungkinannya berbicara dengan logat Inggris yang serupa. Jika Jupiter sampai berbicara, kedua orang itu pasti akan langsung tahu bahwa mereka telah salah culik-kecuali jika ia berusaha menirukan logat mereka. Menurut perasaan Jupe ia mampu melakukannya, tapi itu mengandung risiko. Sedikit saja kekeliruan dibuatnya, ia pasti akan langsung ketahuan!

Penculik yang bertubuh gempal memperhatikan Jupiter sesaat, lalu menoleh ke arah temannya yang tadi mengemudikan mobil. "Keluarkan tas-tas itu, Fred."

Jupiter merasa agak lega. Untuk sementara keadaannya aman. Dengan cepat ia memandang berkeliling. Mereka berada di pinggir sebuah jalan tanah, di tengah-tengah semacam hutan kecil yang ditumbuhi pohon- pohon ek dan belukar lebat. Di dekat situ nampak daerah perbukitan.

Tidak ada sesuatu di situ yang dikenal olehnya. Tapi pemandangan seperti itu juga tidak asing baginya. Mereka bisa berada di mana saja di daerah pedalaman, dalam jarak seratus mil di sekitar kawasan Rocky Beach!

"Ayo jalan," kata laki-laki yang bernama Fred. "Ke arah sana!"

Fred bertubuh lebih tinggi dan lebih kurus daripada temannya yang bernama Walt. Rambutnya coklat tua, sementara matanya yang kecil terbenam dalam rongga yang cekung. Kulit mukanya berwarna coklat dan keriput ditempa sinar matahari. Kelihatannya kedua orang itu berasal dari suatu negeri yang panas karena selalu terpanggang sinar matahari. Mereka berjalan di atas rumput di sisi jalan. Tidak sampai lima puluh meter kemudian, mereka berubah arah dan menuju langsung ke arah perbukitan. Jupiter sama sekali tidak melihat ada jalan di depan mereka. Yang ada hanya semak belukar lebat, nyaris tidak bisa ditembus.

"Kau yang di depan, Fred," kata Walt. "Kau membawa tas-tas, jadi kami nanti mengikuti kecepatanmu berjalan."

Orang yang bernama Fred itu mengangguk. Diletakkannya tas-tas yang dibawanya ke tanah, lalu disingkapkannya salah satu semak lebat yang menghadang. Ternyata di balik semak itu ada jalan setapak yang sempit. Fred menyorong kedua tas yang dibawanya ke balik semak yang masih ditarik ke samping, lalu ia sendiri menyusul.

"Sekarang kau," perintah Walt pada Jupiter.

Jupiter mencari-cari semak tadi. Ditariknya semak itu ke samping, lalu ia melangkah ke jalan setapak yang tersembunyi di belakangnya. Tapi tiba-tiba semak yang berbatang liat dan ranting-rantingnya berduri itu terlepas dari pegangannya. Sambil melindungi muka agar tidak tertusuk duri, Jupiter buru-buru meloncat mundur dan jatuh telentang di luar.

Dengan cepat Walt menyentakkannya sehingga berdiri lagi, lalu sambil mengumpat mendorongnya menembus semak.

"Hati-hati, aku bisa gugup!"

Jupiter meneguk ludah, lalu buru-buru melangkah di jalan setapak. Walt berjalan dekat sekali di belakangnya, dengan pistol tetap teracung.

Semak penutup tadi kembali ke keadaan semula. Kini jalan setapak itu tidak kelihatan lagi dari luar.

Jupiter bergegas-gegas mengikuti Fred yang berjalan di depan. Ia tidak melihat akar yang melintang di tanah. Tahu-tahu ia sudah terjerembab di tanah, karena kakinya terkait pada akar itu. Jupe tetap tergeletak di tanah dengan napas tersengal-sengal. Tapi ia sudah berhasil berdiri dan melanjutkan langkah lagi, sebelum Walt sampai di tempat itu.

Kedua penculik bergerak dengan cepat di jalan setapak yang merambah daerah bersemak-belukar lebat itu. Kelihatannya mereka sudah pernah melewati jalan itu dan tahu arah yang harus dituju. Jupiter berusaha mengikuti kecepatan mereka di jalan setapak yang nyaris tidak kelihatan itu. Tapi masih dua kali lagi ia terjerembab karena tersandung. Akhirnya ia didorong masuk ke sebuah ngarai buntu yang sempit. Tempat itu gelap, karena berada dalam bayangan gunung.

Sebuah pondok kecil berdinding batu terletak dekat pada tebing ngarai yang curam dan menjulang tinggi. Para penculik membuka pintu pondok, mendorong Jupiter ke dalam, lalu mengunci pintu dari luar. Jupiter berada seorang diri dalam pondok itu.

* * *

Bob dan Pete duduk di sebuah bangku yang dirapatkan ke dinding kantor pusat kepolisian kota Rocky Beach. Paman Titus dan Bibi Mathilda juga ada di situ.

"Coba kita tadi membawa alat isyarat kita," keluh Pete.

"Alat-alat itu kan sedang dibetulkan," kata Bob mengingatkan. "Tapi Jupe pasti akan bisa menemukan salah satu cara untuk menghubungi kita, Dua."

Bibi Mathilda menatap dengan mata melotot ke arah Sheriff dan Chief Reynolds.

"Apakah kita akan duduk-duduk saja di sini sepanjang hari?" tukasnya. "Para penculik itu takkan dengan sendirinya datang menyerahkan diri!" "Seluruh kawasan kota dan sekelilingnya sudah kita awasi, Mrs. Jones, dan tidak ada gunanya jika kita bergerak kian kemari tanpa tujuan tertentu. Dalam menghadapi kasus penculikan, segala tindakan perlu diatur secara cermat."

"Semua dinas kepolisian di negara bagian California, Nevada, Oregon, dan Arizona sudah disiagakan," kata Sheriff menambahkan. "FBI sudah dihubungi, begitu pula pihak yang berwenang di Meksiko. Nomor mobil Mercedes itu sudah diteruskan lewat teleks kepada segenap dinas kepolisian, dan juga ke Dinas Kendaraan Bermotor."

"Suatu tim spesialis sudah ditugaskan untuk mendatangi tempat kejadian, guna melakukan pelacakan jejak dengan bantuan laboratorium," kata Chief Reynolds menambahkan. "Selama tidak ada yang bisa dijadikan petunjuk, kita belum bisa bertindak lebih lanjut." "Kalau begitu tidak ada yang menghalangi kalian untuk ikut mencari!" tukas Bibi Mathilda.

"Peluang untuk bisa menangkap mereka dengan cepat akan lebih besar," kata Sheriff, "jika ada suatu pusat yang setiap waktu siap untuk mengatur kegiatan pencarian begitu sudah ditemukan salah satu petunjuk mengenai para penculik itu."

Tapi nampak jelas bahwa mereka tidak berhasil meyakinkan Bibi Mathilda. Sheriff dan Chief Reynolds yang kemudian meninggalkan ruangan diikutinya dengan mata yang menatap marah. Kejengkelannya tidak menjadi berkurang dengan kembalinya tim laboratorium. Mereka tidak menemukan apa-apa di tempat kejadian. Masih tetap belum ada petunjuk sama sekali tentang di mana para penculik dan Jupiter berada.

"Apa mau mereka sebenarnya, menculik Jupiter?" kata Bibi Mathilda marah-marah. Ia menoleh ke arah Bob dan Pete. "Kalian terus terang sajalah, apakah saat ini kalian tidak sedang terlibat lagi dalam kekonyolan kalian? Menyelidik, mengorek-ngorek urusan orang lain?" "Tidak, Ma'am, " kata Bob dengan tegas. "Kami saat itu sedang dalam perjalanan, hendak melancong ke Magic Mountain."

"Kalian berdua tidak bisa mengira-ngira, apa yang ada di balik kejadian ini?" tanya Paman Titus. "Sayang sekali, tidak," kata Pete.

"Ih, kepingin rasanya bisa berhadap-hadapan dengan penjahat-penjahat itu!" tukas Bibi Mathilda.

Meski sedang bingung saat itu, tapi mau tidak mau Bob dan Pete berpandang-pandangan juga sambil nyengir. Mereka tidak kepingin menjadi kedua penculik itu, apabila sampai jatuh ke tangan Bibi Mathilda! Tapi dengan segera cengiran mereka lenyap. Mereka sadar lagi, bahwa saat itu tidak nampak tanda-tanda bahwa para penculik akan bisa tertangkap!

"Coba ada barang sesuatu petunjuk yang bisa kita jadikan pegangan," kata Bob. "Tapi aku tahu, Jupe pasti akan menemukan salah satu cara sehingga kita bisa menemukannya."

"Itu kalau dia bisa memanfaatkannya," kata Pete. "Para penculik itu kelihatannya sangat cerdik, Bob."

"Sebentar lagi akan kita lihat seberapa cerdiknya mereka," kata Chief Reynolds, yang sementara itu sudah memasuki ruangan lagi. "Anak buah Sheriff yang mencari dengan helikopter sudah menemukan Mercedes mereka. Kendaraan itu diparkir di sebuah jalan lama. Di Rattlesnake Road, tidak sampai tiga mil dari kota!"

"Kita ke sana!" seru Sheriff yang muncul dari sebuah ruang belakang. "Kita sudah menemukan mereka!"

* * *

Jupiter merapatkan telinga ke daun pintu pondok yang terkunci. Ia berusaha menangkap pembicaraan kedua penculik yang berada di luar, sambil bertanya-tanya dalam hati kapan kedua orang itu akan menyadari kekeliruan mereka.

Ia bisa mendengar suara mereka dengan jelas.

Tapi kata-kata mereka hanya sepotong-sepotong saja yang berhasil ditangkap olehnya. Kelihatannya mereka sedang merundingkan rencana perjalanan yang entah ke mana, dan membicarakan seseorang yang tidak ada di situ. Tiba-tiba Jupiter menyadari bahwa mereka sedang menunggu seseorang. Seseorang yang menurut rencana akan datang, serta sesuatu yang akan terjadi.

Tapi siapa, dan kejadian apa, di ngarai yang terpencil letaknya itu? Jupiter berusaha mendengar lebih jelas. Tapi percuma. Kecemasannya timbul lagi. Bagaimana jika orang yang ditunggu kedatangannya itu lebih mengenal anak yang bernama Ian, dibandingkan dengan kedua pria yang ada di luar itu? Jupe sadar bahwa ia harus menemukan kemungkinan untuk meloloskan diri dari dalam pondok lalu lari.

Ia memandang berkeliling, memperhatikan ruang sebelah dalam pondok kecil itu. Ruangannya hanya ada satu, tanpa perabot sama sekali. Tidak ada lemari di situ, dan hanya ada satu pintu, yang dikunci dari luar.

Satu-satunya jendela yang ada berukuran sempit dan berterali. Kelihatannya pondok itu dulunya merupakan tempat menyimpan sesuatu yang berharga. Atau berbahaya. Mungkin dulu di situ disimpan dinamit, untuk keperluan menambang batu. Atau perkakas mahal, untuk mencari minyak bumi.

Tapi saat itu tidak ada apa-apa lagi yang disimpan di dalamnya. Tidak ada sesuatu yang bisa dipakai Jupiter untuk melarikan diri dari situ. Ia berjalan lambat-lambat menyusur dinding pondok yang terbuat dari batu, mencari-cari bagian yang tidak begitu kokoh. Tapi di mana-mana tebal dinding itu paling tidak tiga puluh senti, dan tidak ada yang kelihatan agak rusak, Jupiter tidak punya apa-apa yang bisa dipakai untuk mendobrak dinding, apalagi perbuatan itu akan terlalu berisik.

Tidak! Ia tidak mungkin bisa ke luar lewat dinding. Karenanya ia mengalihkan perhatian pada lantai.

Lantai pondok itu terbuat dari papan yang lebar-lebar dan kasar, sedang tebalnya paling sedikit dua senti. Pemasangannya sangat rapat. Sama sekali tidak ada celah di antara papan-papan itu. Tapi ketika Jupe menekankan bobot tubuhnya, ia merasakan papan-papan itu agak melendut. Dengan segera ia menyadari bahwa lantai itu tidak langsung terletak di tanah, melainkan dipasang di atas balok-balok penunjang.

Ada rongga di bawah lantai pondok! Jupiter merangkak-rangkak, memeriksa seluruh permukaan. Ia menemukan papan yang agak lepas di bagian belakang ruangan, dekat dinding! Ia menginjakkan kakinya kuat- kuat pada satu ujung papan pendek itu, lalu menarik ujung yang satu lagi ke atas. Ujung itu berhasil cukup tinggi diangkat olehnya sehingga bisa menyelipkan tangan ke sisi bawahnya lalu menarik papan itu sehingga terlepas seluruhnya. Sekali itu ia mengucap syukur bahwa tubuhnya cukup berbobot!

Setelah papan yang terlepas itu disingkirkan, Jupiter melihat rongga yang terdapat di bawah lantai. Ia berhasil melepaskan selembar papan lagi, tanpa menimbulkan bunyi yang mencurigakan. Setelah itu ia menyusup ke dalam rongga yang ada di bawah lantai lalu memeriksa keadaan di situ dengan merayap kian kemari. Pada satu sisi, tanah di bawah lantai itu miring ke atas. Jupiter hanya bisa merayap pada separuh bagian bawah lantai pondok.

Dengan lesu, Jupiter merangkak naik lagi ke lantai. Sudah cukup banyak yang diketahuinya. Pondok itu dibangun di atas dinding pondasi dari batu, dengan beberapa lubang untuk tempat udara lewat. Tapi lubang- lubang itu sangat kecil ukurannya. Tidak mungkin ia bisa menyusup ke luar lewat situ. Juga tidak, andaikan ia bertubuh langsing!

Tidak ada jalan ke luar dari pondok itu, kecuali lewat pintu. Dan pintu dikunci dari luar!

* * *

Polisi memarkir mobil-mobil dinas mereka tidak jauh di bawah Mercedes itu, di jalan menanjak yang bernama Rattlesnake Road. Dengan sangat cermat mobil yang tidak ada isinya itu mereka periksa.

"Tidak ada apa-apa," kata Chief Reynolds. Terdengar jelas bahwa ia kecewa. "Sama sekali tidak ada apa-apa yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengetahui ke mana mereka pergi setelah meninggalkan mobil ini di sini."

"Orang kan tidak bisa menghilang dengan begitu saja," kata Bibi Mathilda berkeras.

Bob, Pete, dan juga Paman Titus mencari-cari di sekeliling mobil yang ditinggalkan itu. Kendaraan itu ditempatkan di pinggiran jalan yang ditumbuhi rumput.

"Tidak ada apa-apa yang kelihatannya merupakan tanda yang ditinggalkan Jupiter," kata Bob dengan nada suram. "Bekas tapak kaki saja pun tidak ada," kata Paman Titus.

"Mereka seakan-akan menghilang," kata Chief Reynolds. Ia memandang berkeliling, ke arah semak lebat dan pegunungan yang menjulang di atas mereka. "Kita tidak bisa mengetahui, ke mana Jupiter mereka bawa.

Bisa ke mana saja!"

"Tidak," kata Pete dengan tiba-tiba. "Saya rasa mereka tidak terlalu jauh dari sini!"

Continue Reading

You'll Also Like

49.8K 5.9K 37
"setiap manusia punya sisi yang lain dalam dirinya" [Paranormal, Mystery, Thriller] #5 in Paranormal (11-02-2018)
1.8K 144 39
Kumpulan sajak, puisi, cerita pendek, tanpa menunggu senja, hujan, dan kopi untuk mengutarakannya. Selamat Merayakan Hidup dengan Kata
61.6K 4.1K 32
diceritakan seorang gadis yang bernama flora, dia sedikit tomboy dan manja kepada orang" terdekatnya dan juga posesif dan freya dia Cool,posesif dia...
141K 12K 60
Dunia sudah binasa. Tak ada satu pun lagi yang tersisa. Hanya sebuah lautan luas yang menyimpan sejuta kota di dasarnya. Daratan gersang tanpa ada sa...