Si Mantan (End)

By UsiHar26

134K 6.7K 869

Bertemu kembali dengan mantan pacar. Sebut saja Mentari. Gadis keras kepala yang pernah mutusin pacarnya han... More

Perkenalan
Si Mantan 1
Si Mantan 2
Si Mantan 3
Si Mantan 4
Si Mantan 5
Si Mantan 6
Si Mantan 7
Si Mantan 8 (Flashback)
Si Mantan 9 (Flashback)
Si Mantan 10
fakestagram mantan
Si Mantan 11
Si Mantan 12
Si Mantan 13 (Flashback)
Si Mantan 14
Si Mantan 15
Si Mantan 16
Si Mantan 17
Si Mantan 18
Si Mantan 19
Si Mantan 20
Si Mantan 21
Si Mantan 22
Si Mantan 23
Si Mantan 24
Si Mantan 25
Si Mantan 26
Si Mantan 27
Si Mantan 29
Si Mantan 30
Si Mantan 31
Si Mantan 32 (End)
Mantan Bonus 1 (33)
Mantan Bonus 2 (34)
Mantan Bonus 3 (35)
Mentari Mirza

Si Mantan 28

2.5K 140 9
By UsiHar26

Hai para mantan..
Jangan lupa glowing 🤣

🌞🌞🌞🌞

Bintang menatap kakinya yang menutup rapat dengan bibir bawahnya sedikit dimajukan. Lalu kepalanya melirik ke kiri, lalu ke kanan. Di samping kiri Bintang ada Naufal dan samping kanan ada Putra. 

“Eeergghh..!” Bintang mencoba membuka lebar kakinya, namun hanya beberapa detik sudah tertutup rapat kembali. Baik Naufal ataupun Putra tak ada yang mau merapatkan kakinya, sehingga Bintang yang duduk di tengah tidak bisa leluasa merenggangkan kakinya. Bintang jadi menyesal menerima tawaran Mirza untuk pulang ke Jakarta bersama.

Saat ini mereka dalam perjalanan pulang dari Bandung ke Jakarta. Tari tentu saja duduk di depan. Mana mungkin cewe sendiri duduk di belakang bersama para cowo. Tentu saja sang supir tidak mengizinkan.

Tari menoleh ke belakang saat tak ada lagi suara kesal dari Bintang. Tari menutup mulutnya menahan tawa. Karena Naufal dan Putra duduk dengan kaki terbuka lebar, akhirnya Bintang meletakkan kaki kirinya di atas kaki Naufal dan kaki kanan diatas kaki Putra.

“Kenapa?” Tari hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Mirza.

Tiga pria yang duduk di belakang sudah memejamkan matanya.

Perjalanan seperti ini memang enak dihabiskan dengan tidur. Tapi mana mungkin Tari ikut tidur. Dia masih punya rasa manusiawi. Sudah diberi tumpangan masa ikut tidur dan membiarkan Mirza terjaga sambil nyetir sendiri.

“Kalo capek tidur aja,” Mirza hanya mengeluarkan suara tanpa menoleh, ia masih fokus dijalanan yang agak ramai. Maklum sudah memasuki waktu liburan.

“Belum ngantuk. Nanti di rest area mampir ya..”

“Kamu mau ke toilet?”

Tari hanya tersenyum tak menjawab. Jalanan yang padat membuat laju mobil tidak lancar. Jadi mereka semua tentu harus istirahat meregangkan badan barang sebentar.

Mirza melirik spion yang menampilkan tiga manusia dibelakangnya sudah terlelap. Lalu gadis di sampingnya juga sudah tertunduk entah sejak kapan. Akhirnya Mirza nyetir sendiri.

Menjelang magrib mereka tiba di rest area untuk sholat magrib, sekalian makan dengan bekal yang sudah Tari siapkan.

“Capek ga, Bang? Sini gue pijitin," Bintang sudah duduk di belakang Mirza dan memijat pundaknya.

“Wiihhh enak banget, Bin. Cocok jadi tukang urut," Mirza tergelak ketika Bintang tak terima dan malah mencekik leher Mirza.

“Jangan lupa bayar ya bang,” Bintang begitu semangat menepuk-nepuk pundak Mirza yang lebar.

“Tenang aja," Mirza memejamkan matanya menikmati pijatan Bintang yang lumayan enak. Tari hanya memperhatikan Bintang dan Mirza. Mereka malah terlihat seperti adik kakak.

“Kak Tari, bahunya Bang Mirza lebar gini enak banget buat disenderin. Mau nyoba ga?” Bintang mempraktekkan dengan merebahkan kepalanya pada punggung Mirza.

“Yaudah lo aja yang senderan," sahut Tari.

Putra dari tadi hanya memperhatikan Tari dan juga Mirza. Tari tampak cuek dan asik memainkan ponselnya sedangkan Mirza sesekali memperhatikan Tari. Saat pandangan Mirza dan Putra beradu mereka malah saling membuang muka.

Putra sangat kesal pada Mirza. Saat di mobil tadi Putra hanya pura-pura tertidur. Putra memergoki Mirza yang terlihat ingin membetulkan posisi Tari yang tertidur dengan kepala tertunduk. Saat Mirza mencoba mengangkat wajah Tari, Putra batuk dengan kencang membuat semuanya terbangun kaget. Tentu saja Mirza tau itu disengaja.

Satu jam istirahat, mereka kembali melanjutkan perjalanan.

“Bang Mirza, semangat!” Bintang melongokan kepalanya ke depan, lalu menyodorkan sekaleng kopi yang tadi dibelinya.

“Wiihh Thanks, Bin" Mirza langsung meminum kopi pemberian Bintang. Tari hanya melirik Bintang, tadinya Tari juga ingin memberikan kopi kepada Mirza agar tidak mengantuk tapi malah keduluan sang adik.

Suasana perjalanan kembali sunyi. Tari menyalakan radio agar Mirza tidak ikutan ngantuk. Lalu mengambil kaleng minuman kopi yang sudah habis, membuka yang baru lalu menyodorkannya pada Mirza.

“Makasih,” Mirza tersenyum namun wajahnya tetap fokus ke jalan. Ada rasa bahagia saat Tari memperhatikannya.

“hmm," Tari menggumam sambil mengangguk.

“Kamu liburan dirumah aja, Tar?” Mirza membuka obrolan.

“Hmm.. kayanya sih iya. Nemenin Bunda juga di restoran.”

“Boleh dong nanti makan ke sana.”

“Ya boleh lah. Masa orang mau makan aku larang?”

Mirza terkekeh. Rasa penat mulai menjalar. Sesekali Mirza meregangkan tangannya untuk melemaskan otot-ototnya. Tari yang sedari memperhatikan tentu saja paham.

“Kak Nopal.. nyetirnya gantian ya.. Kak Mirza udah capek tuh," Tari menghadap belakang meminta bantuan Naufal yang dibalas anggukan dari pria itu.

“Depan minggir, Za," perintah Naufal yang langsung diangguki Mirza.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan namun posisi duduk yang sudah berubah. Bintang ingin kakaknya di sampingnya. Alasannya karena Tari duduk merapatkan kaki jadi Bintang agak sedikit nyaman. Tari juga setuju dan bisa tidur sambil menyender pada Bintang. Akan sangat canggung kalau dia tetap duduk di samping Naufal karena mereka tidak terlalu akrab.

Akhirnya mereka sampai dengan selamat di rumah masing-masing. Putra terpaksa menginap di rumah Naufal karena sudah malam, dan besok baru melanjutkan perjalanannya.

***

“Kamu kemana aja? Kok baru ngangkat telepon?”


“Maaf yang, tadi di jalan aku nyetir. Pas gantian sama Nopal aku malah tidur. Capek banget, jalanan macet.”

“Kamu kok mendadak sih pulang ke Jakarta? Katanya tiga hari lagi..”

“Tadinya sih gitu, tapi mama aku nyuruh cepet pulang. Lagi ada acara katanya," Mirza sudah berani berbohong. Tentu saja itu hanya alasan. Mirza mempercepat pulangnya hanya karena ingin bareng Tari.

“Cuma kalian berdua?” yang Yasmin tau Mirza akan pulang ke Jakarta bersama Naufal.

“Engga. Ada Putra, Tari sama Bintang.”

“Tari?” Yasmin terdiam. Kenapa Tari ikut bergabung? Yasmin mengepalkan tangannya. Dia merasa ini akal-akalan Mirza agar mereka pulang bersama ke Jakarta.

“Iya. Lagian sama-sama ke Jakarta jadi ga ada salahnya aku ajak," tanpa Mirza tau, Yasmin sedang menahan air matanya. Ini bukan Mirza yang dia kenal. Mirza yang dia tau selalu bersikap bodo amat sama seperti Naufal, walaupun Mirza lebih mudah menampilkan ekspresi.

“Yaudah. Kamu lama disana? Sampe habis liburan?”

“Kenapa? Kamu ga mau pisah lama-lama? Hmm?” Mirza mencoba menggoda Yasmin.

“Apaan sih kamu. Yaudah sana istirahat, capek kan nyetir?”

“Iya nih.. coba ada kamu, biar ada yang pijitin hehehe.”

“halaah kamu tuh,” Yasmin tersenyum. Masih ada harapan di hatinya jika Mirza memang tulus padanya.

“Yaudah aku tutup ya.. Love youu.”

“Love you too.”

Mirza tersenyum. Tak biasanya Yasmin mau membalas ucapannya yang berbau tentang cinta-cintaan. Katanya lebay.

Sambungan telepon terputus. Bukannya tidur, Mirza kembali mengotak-atik ponselnya. Membuka ruang obrolan dengan seseorang. Setelah mengetikkan sesuatu, senyum terbit di wajahnya sambil menatap ponselnya.

*
Tari sudah selesai mandi dan bersiap untuk tidur. Hari ini cukup lelah. Karena jalanan macet membuatnya lebih lambat sampai ke rumah.
Tari menepuk-nepuk bantalnya, mengatur posisi agar tidur dengan nyaman. Mengecek ponselnya sebentar sebelum dinonaktifkan agar tidak ada yang mengganggu tidurnya. Sebuah notifikasi pesan masuk membuat Tari membukanya. Tari mengernyitkan keningnya mendapati nomor baru mengirimnya pesan.

08xxxxxxxxxx
Hai Tari, udah tidur?

Tari memperhatikan pesan tersebut dengan teliti. Tidak mungkin salah kirim atau dari tawaran pinjaman online. Disitu jelas ada nama Tari, jadi jelas pesan itu ditujukan untuknya. Tapi siapa?

Tari ragu ingin membalas apa tidak. Bisa saja Tari abaikan siapa tau hanya orang iseng, tapi Tari penasaran dong.

Tari
Siapa?

Tari mengirimkan balasan singkat. Namun hampir lima menit tidak ada balasan dan akhirnya Tari tinggal tidur.

Dilain tempat, Mirza baru saja selesai mandi lalu duduk di kasurnya sambil mengambil ponselnya. Senyumnya terbit ketika sebuah pesan masuk. Saat Mirza akan melakukan panggilan telepon, nomor tersebut sudah tidak aktif.

.

***

“Bintang mana, Bun?” Tari sudah selesai mandi dan menuju dapur untuk sarapan. Bundanya tengah menata makanan di meja.

“Tau tuh.. lagi nonton kayanya. Panggil sini suruh sarapan," Tari hanya mengangguk menuruti perintah Bundanya.

Tari dan Bintang dididik dengan disiplin. Pagi-pagi sudah bangun, sholat, mandi dan sarapan. Jika hal itu sudah dilakukan, mereka bebas melakukan apa selanjutnya.

“Bin, sarapan..” Tari mencolek kaki Bintang yang tengah tertelentang dengan satu kaki diatas sandaran sofa.

“Hmm.. oke," matanya masih asik melihat kearah tv yang menampilkan film kartun Larva.

Karena tak ada pergerakan dari Bintang, Tari mengambil remot dan mematikan tv, lalu kembali ke dapur.

“Aaaaa... Kak Tari issh!” teriak Bintang dan bangkit menuju dapur.

“Kenapa sih masih pagi udah teriak aja?” Bunda geleng-geleng kepala melihat Bintang muncul.

“Kak Tari tuh!"

Tari hanya mengangkat bahunya tak perduli lalu menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

“Belajar..  jangan nonton muluu.. bentar lagi UN kan lu.”

“Aku tuh rajin belajar Kak, tanya aja Bunda.”

Bintang memeletkan lidahnya mengejek Tari ketika Bundanya mengangguk.

“Kamu hari ini kemana, Tar?” tanya Bunda.

“Di rumah aja, Bun. Lagi males kemana-mana. Masih capek, semalem lama banget di jalan.”

“Sok capeeek.. tapi seneng kan bisa berduaan sama Bang Mirza?” Bintang mencibir.

“Apaan sih? Siapa yang berduaan coba?”

“Berduaan lah di depan..”

“Mirza itu apa kabar ya? Bunda udah lama ga jumpa.”

“Emang kapan terakhir Bunda ketemu Kak Mirza?”

“Bunda lupa kapan. Tapi waktu itu udah putus sama kamu. Dia makan di restoran sendiri.”

“Sendiri?” Tari jadi berfikir kenapa Mirza makan di restoran bundanya.

Sejak kejadian memalukan itu, Tari tidak pernah lagi bertemu Mirza.

“Iya. Katanya sih kangen masakan Bunda, soalnya dia mau kuliah di Bandung.”

“Ternyata Bang Mirza lebih kangen masakan Bunda daripada Kak Tari,” celetuk Bintang. Tari hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

.

Tari dan Bintang duduk depan tv setelah selesai sarapan.  Bundanya sudah pergi ke restoran.

“Kok lu dirumah aja?”

“Emang napa? Suka-suka gue dong.”

“Biasanya anak cowok ga betahan di rumah.”

“Badan gue pegel banget. Mana sempit banget di mobil tadi malam," keluh Bintang sambil mulutnya sok dimonyong-monyongkan.

“Siapa suruh lo setuju ajakan Kak Mirza.”

“Hhhh... lagian kenapa sih Kak, sok ngehindar, udah jelas tinggal sebelahan gitu. Terima aja apa adanya. Ikhlasin kalo Bang Mirza udah punya cewek baru.”

“Apaan sih lo?! Enak aja, lo pikir gue ga ikhlas Kak Mirza punya cewek?”

“Ya mana gue tau ikhlas apa engga, kan Kakak ga ngomong.”

“Au ah berisik loo,” Tari memukul wajah Bintang dengan bantalan sofa.

“Masyaallah sekali punya kakak kaya gini.. boleh tukar tambah ga sih?” lagi-lagi Bintang kena hantaman bantal.

Ditengah aksi KDRT, suara ponsel Tari berdering menandakan panggilan masuk.

“Siapa sih?” Tari berjalan mengambil ponselnya yang tergelatk di meja.

“Paling Kak Aina ngajak jalan," sahut Bintang.

Tari mengernyitkan keningnya,  nomor tak di kenal menghubunginya. Tari paling malas jika ada yang menghubunginya dengan nomor baru, karena biasanya hanya salah sambung namun ujung-ujungnya malah ngajak kenalan.

“Kok ga diangkat?” Bintang melihat Tari mengabaikan panggilan itu.

“Ga tau, nomor baru.”

“Siapa tau penting.”

Baru saja Tari akan menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan, panggilan tersebut sudah terputus.

“Malah putus.”

“Yaudah balikan," sahut Bintang.

“Teleponnya ihh!”

🌞🌞🌞🌞


Hiya hiyaa...
Banyakan moment Bintang-Mirza dong..🤣🤣

Doain ya Tari punya cowo baru biar cepet tamat 😅


Kalo kaya gitu, Tari bingung mau nyender di punggung apa di dada ya? 🤣🤣🤣🤣

13/06/2021

Continue Reading

You'll Also Like

40.5K 4.6K 54
Namanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja...
1.9M 171K 70
[FOLLOW PENULISNYA! JIKA SUKA KARYANYA] (COMEDY-ROMANCE) Deket boleh, saling sayang juga boleh. Namun, apa gunanya semua itu jika keduanya tidak memi...
264K 11.3K 72
Highest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #8 in Benci ...
6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...