DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 31

60.3K 6.8K 7.3K
By devitnask

Terkadang, memang aneh.

Pada awalnya memang benar-benar ingin mengakhiri hidup. Tetapi setelah merasakan sakit dan ketakutan yang luar biasa, keinginan untuk hidup justru tumbuh secara perlahan.

Asa, takut mati. Sebenarnya sejak awal Asa memang tidak benar-benar ingin menghilang dari dunia, dia hanya ingin berhenti menghadapi semua permasalahan pahitnya.

Asa hanya lelah, dan bunuh diri adalah pikiran dangkal yang terlintas di kepalanya. Seharusnya, Asa tidak pernah benar-benar mengikuti pikiran pendeknya itu.

Sekarang, Asa sangat berharap seseorang akan datang dan menolongnya.

Tubuh Asa terkulai lemah, ia semakin terseret ke dasar danau. Sakit yang teramat hebat menyerang di sekujur tubuh, Asa tidak kuat lagi menahan semua rasa sakit itu sehingga kesadarannya menghilang sedikit demi sedikit.

Maaf, Rey. Maaf, Pah. Bunda.. Asa juga minta maaf karena udah jalanin hidup yang Bunda kasih dengan cara kayak gini.

Samar-samar ia dengar seseorang memanggil namanya, Malaikat maut?

Sejurus kemudian, seseorang meraih tangannya dan menarik Asa ke dalam dekapannya. Asa merasakan kehangatan menjalar dari sosok itu, sebelum akhirnya ia benar-benar tidak sadarkan diri.

***

Suara isakan tangis seseorang terdengar, Asa dapat merasakan tangan kekar mengguncang tubuhnya kuat-kuat. Dia Rey, sentuhan itu mampu Asa hafal hanya dalam sekejap.

"Sa, bangun dah jangan mati dulu!" kata Rey sambil sesenggukan, ia terus memberi CPR pada Asa yang terlihat sangat pucat.

Lagi-lagi Rey menangis. Lihat Rey, Asa yang sekarang adalah perwujudan dari luka lama yang selalu kau torehkan.

"Asaaa," Terpukul? Sangat. Rey mengecek kondisi Asa yang beruntungnya masih dapat bernapas, dan detak jantungnya pun kembali normal.

"Uhuk," Asa terbatuk seperti anak kucing, sangat lirih. "Re-y--"

"Kenapa Asa jadi kayak gini?" Rey membelai wajah Asa, sangat terlihat jika ia begitu menyesal dan tidak ingin kehilangan Asanya.

"Uhuk. A-ku kirain nggak bakalan bisa liat kamu lagi, Rey...," Asa terisak pelan.

"Aku takut, aku pengen naik, Rey. Aku pengen keluar dari sana tapi nggak bisa, sekeras apapun aku berusaha, aku malah makin jauh ke bawah."

"Sekarang nggak apa-apa, Asa baik-baik aja," ulang Rey sambil sesenggukan, melihat wajah Asa yang membiru membuat perasaannya terluka.

"Ma-af, Rey."

"Engga," Rey mengusap jejak air matanya, dasar cengeng. "Rey yang salah, Sa. Rey nggak bisa jagain Asa."

"Jangan diulangi ya, jangan berusaha pergi dari Rey." Rey mendudukkan Asa dan memeluknya erat-erat. "Rey pengen Asa sembuh--"

"Kamu masih pengen aku periksa, Rey?!" Asa mendorong Rey lemah. "Kamu pasti mikir aku udah gila, kan?!"

"Sa--"

"Aku pikir kamu beda, Rey! Semua orang pikir aku gila, dan kamu juga sama aja! Pergi, Rey!" Asa semakin mendorong Rey menjauh.

"Pergi!" sentak Asa lagi. "Aku nggak gila, Rey! AKU NGGAK GILA!"

Rey segera memeluk Asa untuk menenangkan gadisnya, dia tepuk kepala Asa hingga Asa rileks. "Semuanya bakalan baik-baik aja, Asa. Rey bakalan selalu ada buat Asa."

"Tapi, aku nggak gila, Rey."

Rey melepas pelukannya dan menggenggam kedua tangan Asa. "Asayang, kamu nggak gila, tapi sakit. Kamu tau kan setiap orang yang sakit itu perlu diobati, dan kamu juga sama."

"Nggak mau, Rey. Semua orang bakalan anggep aku gila--"

Rey menangkup wajah Asa. "Tapi Rey nggak akan pernah lihat Asa dengan tatapan kayak itu."

"Rey, aku nggak mau--"

"Asa, inget satu hal. Rey nggak akan pernah pergi ninggalin Asa, meski dunia anggap Asa gila, Rey akan selalu nemenin Asanya. Paham, kan?"

"Rey cuma pengen Asa sembuh, Rey pengen Asa bisa hidup kayak orang-orang kebanyakan. Tanpa menyakiti diri sendiri, tanpa berpikiran tentang kematian, dan hidup dengan penuh harapan. Hm?"

"Periksa ya?" Rey menempelkan keningnya di kening Asa.

"Tapi, Asa nggak gila, Rey."

"Iya, iya, Asa nggak gila. Siapa yang bilang gila?"

"Asa nggak gila, Rey."

"Ucup, cup, cup. Iya, iya, Asa nggak gila. Asa cuma sakit jiwa--"

"Enggak sakit jiwa!" keukeuh Asa.

"Iya, iya. Asa cuma sakit mental."

"Asa takut."

"Rey juga takut."

"Rey takut apa?"

"Takut Asa berusaha pergi lagi kayak barusan."

"Maaf, Rey."

"Iya, Rey maafin. Tapi periksa ya? Mau, kan?"

"Iya, Rey."

"Istri yang baik." Rey terus memeluk gadisnya, seolah Asa akan pergi jika ia tidak melakukan hal itu.

"Sekarang apa?"

"Iya pulang lah," timpal Rey masih memeluk Asa.

"Iya, ayo."

"Ayok."

"Tapi peluknya udahan."

"Nggak mau." Rey malah semakin erat memeluk Asa.

***

Rey mengobati luka di tangan Asa dengan posisi Asa tertidur di ranjang, sementara dirinya duduk di karpet bulu yang sudah dicuci.

Perban Asa tercemar oleh air sungai, Rey takut nantinya akan infeksi sehingga ia memilih mengganti perban dan mengobati ulang luka yang masih terbilang baru itu.

"Darah Asa itu susah dicari, harus dapet donor dengan tipe yang sama. Jadi, jangan lukain diri lagi ya, Asa? Rey nggak suka liat darah Asa,"

Asa hanya mengangguk sambil terus mengamati Rey yang tengah memakaikan perban di lukanya.

"Lampiasin semuanya ke Rey aja, Rey pantes dapetin itu, Sa. Pukul Rey, tonjok Rey, atau apapun sesuka Asa."

"Kalau Rey nggak ada, Asa harus hitung sampai sepuluh. Tahan keinginan Asa buat nyakitin diri sendiri meski cuma sebentar aja, Rey bakalan cepet-cepet dateng buat nemuin Asanya."

Rey membereskan peralatan P3K, sambil terus mengoceh tanpa tahu jika Asa sudah tertidur. "Inget ya, Sa--"

"Ya Allah, suami lagi ngomong juga malah ditinggal tidur." Rey menghela napas pendek.

Pria itu bergeming di tempatnya sambil mengamati wajah Asa cukup lama. Kenapa gue mulai peduli?

Rey memegang dadanya yang terus berdebar tak tau diri sejak berdekatan dengan Asa. Kenapa dada gue mulai berdebar?

Rey berdiri, dia mengusap kening Asa, lalu mengecupnya penuh sayang. "Tidur yang nyenyak ya calon Bunda dari anak-anakku nanti."

Rey keluar dari kamar Asa, dia berbaring di ranjangnya sendiri. Sudah satu jam berlalu, dan yang Rey lakukan hanya berkedip-kedip dengan kepala menyandar di bantal tinggi.

Rey menekan dadanya yang masih berdebar, dia tidak bisa tidur. Pria dengan piyama bergambar minion itu keluar kamar dengan bantal kesayangan di tangannya.

Rey tatap pintu kamar Asa selama beberapa detik. Sejurus kemudian, kakinya melangkah dan membuka pintu itu.

Rey membaringkan tubuhnya di sofa kamar Asa sambil mengamati Asa hingga ia tertidur.

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Ciee mulai bobo sekamar.

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

6K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

GAMA By Cintaprita

Teen Fiction

6.5M 718K 48
[FOLLOW SEBELUM BACA] #01 on Badboy [02 juli 2020] #07 on Fiksi Remaja [17 juli 2020] #01 on Baper [19 juli 2020] "Peraturan yang wajib lo ingat kalo...
7.2M 356K 48
COMPLETED!! [DALAM PROSES PENERBITAN] **** Tujuan awal Kenneth hanya ingin membuat Klarisa jatuh hati padanya agar gadis itu move on dari bayang-baya...
8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...
RAGA By sherly putri

Teen Fiction

37.3K 3.6K 12
Aila tau, bahwa seharusnya dia waspada terhadap Raga setelah laki-laki itu membual bahwa dia ingin menciumnya didepan guru dihari pertama mereka berk...