Bittersweet Divorce

By NanasManis98

266K 26.2K 489

•Bittersweet Series 2• __________ Bercerai bukan berarti memutuskan hubungan sepenuhnya, bahkan saling memusu... More

Prolog
Bagian 1 : Tour Guide
Bagian 2 : Nasib Yang Sama
Bagian 3 : Festival Kuliner
Bagian 4 : Club
Bagian 6 : Diantar Pulang
Bagian 7 : Bubur Ayam
Bagian 8 : Gosip
Bagian 9 : Ya Anggap Saja Begitu
Bagian 10 : Salah Paham
Bagian 11 : Mantan Suami
Bagian 12 : Ajakan Ke Kondangan
Bagian 13 : Kondangan
Bagian 14 : Chat Tak Terbalas
Bagian 15 : Tidak Mungkin Berlanjut
Bagian 16 : Kumpul Lagi [1]
Bagian 17 : Kumpul Lagi [2]
Bagian 18 : Panti Asuhan
Bagian 19 : Berjumpa Lagi
Bagian 20 : Piknik
Bagian 21 : Ke Puncak
Bagian 22 : Status Tidak Jelas
Bagian 23 : Minta Restu
Bagian 24 : Kelulusan
Epilog

Bagian 5 : Gadis Kecil

11K 1.1K 38
By NanasManis98

Salena baru saja tiba di tempat kerjanya setelah mengantar Odit ke bandara. Sahabatnya itu telah kembali setelah lima hari berada di kota ini.

Tersenyum tipis menyapa para karyawan yang ia lewati.

Lalu menyimpan barang-barangnya di loker yang tersedia.

Saat masuk ke ruangan yang khusus untuk para karyawan yang bekerja sebagai pemandu wisata, ia mendengar suara jeritan tangis anak kecil.

Mita yang sudah berada lebih dulu di ruangan tersebut langsung memberinya kode untuk duduk.

"Siapa?" tanyanya pada Mita.

Mita tidak langsung menjawab, lebih dulu melirik ruangan asal suara anak kecil menangis tersebut. Ruangan atasannya. Lalu menatap Salena.

"Anaknya Pak Rehan. Dari tadi nangis gak mau berhenti."

Salena mengangguk pelan merespon perkataan Mita.

"Kasihan aku dengar tangisannya.".

"Duh, Pak Bos kayaknya butuh bantuan buat tenangin anaknya," sahut salah seorang yang berada di antara mereka.

"Kalau berhasil siapa tau saja bisa jadi ibunya," sambung yang lain yang mendapat sorakan dari yang lainnya, apalagi Mita.

Salena hanya tertawa pelan.

Memang atasan mereka seorang single parent. Istrinya meninggal lima tahun yang lalu akibat pendarahan. Hingga saat ini belum menikah lagi dan tidak pernah melihat atasan mereka dekat dengan wanita lain.

Atau mungkin karena friendly, jadinya mereka tidak tau wanita mana yang saat ini dekat dengan atasan mereka itu.

Pintu berkaca buram tersebut terbuka membuat sekumpulan penggosip memisahkan diri.

Rehan keluar tidak sendirian. Di gendongannya terdapat seorang gadis kecil yang sesenggukan. Menyembunyikan wajahnya di pundak sang ayah.

Para wanita yang melihat itu, menjerit dalam hati melihat pemandangan hot Daddy.

Rehan yang mengenakan celana bahan berwarna hitam dipadukan kemeja putih yang melekat di tubuhnya yang atletis. Tentunya dengan otot yang tidak berlebihan.

"Saya bisa minta tolong?" Suaranya yang berat membuat para karyawati semakin berhalusinasi. Berfantasi tentang Pak bos mereka.

"Minta tolong apa Pak?" Di antara mereka, Keisha langsung menyahut membuat Mita mendelik tidak suka pada wanita centil itu.

"Jaga Kiara dulu. Saya mau rapat sebentar."

Mendapat peluang, Keisha langsung mengangguk. Beringsut maju mendekati Rehan dan Kiara membuat yang lainnya menghela nafas iri.

"Ayo Dek cantik sama Kakak, kita main sama-sama." Bujuk Keisha dengan suara dimaniskan dan dilembutkan.

Mita yang melihat itu memutar bola mata malas lalu berbisik pada Salena, "Len, kamu punya kantok plastik?"

Bersahabat dengan Nasha, Viora dan June yang tukang julid membuat Salena paham maksud Mita. Ia terkikik. Pasti Mita ingin muntah karena sikap sok lembut dan manis Keisha yang terkenal sinis.

"Gak!!!" Suara Kiara melengking, enggan melepaskan leher Rehan. Memeluk Ayahnya dengan erat.

"Bentar aja Nak. Ayah mau kerja dulu," ujar Rehan lembut.

"Gak mau!! Gak mau!!"

Kali ini Mita tertawa hingga beberapa pasang mata menatapnya. Menertawakan Keisha yang kikuk. Pun Rehan menatapnya membuatnya menyengir kaku lalu mengangkat tangan kanan Salena membuat wanita itu mengernyit heran.

"Tante Salena punya es krim unicorn. Kiara mau?"

Salena melotot pada Mita. Lalu menatap ke arah bosnya tersebut.

Kiara telah menegakkan kepala menatap Salena yang terpaksa menyengir. Lalu menatap sang ayah.
"Ayah, Ara mau es krim."

Sebenarnya Rehan ingin menolak keinginan Kiara, tapi ia harus mengadakan rapat. Akhirnya ia mengangguk.

Kiara sontak tersenyum lebar, meminta turun lalu berlari ke arah Salena.

"Jagain Kiara sebentar," ujar Rehan pada Salena. Tidak lupa dengan senyum manisnya.

Salena mengangguk kikuk seraya berdiri.

Salena yang disenyumi, tapi Mita yang klepek-klepek.

Rehan segera berlalu ke ruang rapat.

"Oke girls! Leggo!" deru Mita, tidak lupa melempar delikan kemenangan pada Keisha yang mendengus jengkel.

"Gendong!" seru Kiara mengulurkan kedua tangan ke atas.

Salena menatap memelas Mita.

Salena memiliki tinggi 161 cm dan berat 47 kg. Sangat tidak ideal dan terbilang kurus.

Sementara Kiara termasuk anak yang gembul. Tentunya bobot badannta berat.

"Tante!" Kiara mulai merengek.

Mita menyenggol Salena. "Cepat! Nanti dia nangis."

Akhirnya dengan sekuat tenaga Salena menggendong Kiara. Rasanya ia seperti mengangkat satu buah galon air.

"Latihan mulai sekarang Len. Siapa tau nanti kamu nikah sama Pak Rehan, jadinya bakal terbiasa," ujar Mita pelan di sertai suara tawa pelan.

"Bukannya kamu yang naksir Pak Rehan?" tanya Salena ngos-ngosan karena menggendong Kiara sambil berjalan.

"Ih iya dong. Tapi, kalau aku lihat-lihat kamu yang cocok sama Pak Rehan."

"Karena aku janda, ya?"

Seketika Mita terdiam. Salena sama sekali tidak jengkel maupun sinis. Melainkan raut wajahnya sedih. Mita meringis dan mengusap pelan lengan Salena.

"Bukan itu maksudku Len..."

"Gak pa-pa kok." Salena tersenyum lemah.

***

Ketiganya berteduh di bangku yang tersedia di depan minimarket tersebut.

Kiara sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Menikmati es krim unicorn.

Mita berkutat dengan ponselnya, sementara Salena mengamati Kiara.

Kalau saja....

Kalau saja ia tidak keguguran, mungkin saja ia bisa melihat sang anak menikmati es krim dengan lahap. Bibirnya mengerucut. Belepotan dan bergumam tentang betapa enak dan dinginnya es krim tersebut.

Tiba-tiba saja Salena nelangsa.

Mengingat kejadian buruk tersebut. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Kehilangan calon bayi yang di tunggu-tunggunya.

Meski kehadiran bayi tersebut di luar dugaannya. Meski awalnya tidak menerima kehadiran bayi tersebut. Namun, sisi keibuannya muncul saat mengalami kehamilan. Ia begitu bahagia menantikan calon bayinya.

"Len! Lena! Yuhuu Salena!"

Salena tersentak saat Mita menjentikkan jari di hadapan wajahnya, ia membalas tatapan Mita yang terheran.

"Jangan melamun! Tuh urus calon anak mu!"

Salena mencubit pelan punggung tangan Mita yang tertawa. Ia segera menatap Kiara yang mulutnya dan kedua tangan Kiara yang belepotan.

Segera membersihkannya, lalu mengajak Kiara kembali ke kantor penyedia jasa tour tersebut.

Tentunya menggendong Kiara yang membuat nafasnya tersengal-sengal. Apalagi Kiara yang banyak gerak. "Duh, Kiara jangan banyak gerak, ya? Nanti kita jatuh," tegur Salena lembut.

Karena Rehan telah selesai rapat, ia segera mengantar Kiara ke ruangan bosnya tersebut. Mengetuk pintu dengan pelan lalu masuk.

"Ayah!" seru Kiara yang langsung turun dari gendongan Salena.

"Hei!" Rehan meraih tubuh Kiara. Naik ke atas pangkuannya.

"Ara abis makan es krim!" celoteh Kiara riang.

Dengan sungkan Salena menginterupsi percakapan ayah dan anak tersebut. Pamit keluar dari sana.

***

"Ayah banun!" Seruan tersebut menyentak Rasya yang sedang terlelap. Membuka matanya, ia tersenyum menatap Shalita yang menepuk pipinya.

Segera memeluk gadis berusia empat tahun itu. Hingga meronta, merengek ingin di lepaskan. "Ayah!"

Rasya tergelak, lalu mengecup pipi Shalita. "Em bau asem. Kenapa belum mandi?" tanyanya mulai duduk.

"Hari ini kan Shali sekolah." sambungnya seraya menggendong tubuh Shalita. Masuk ke kamar mandi. Mulai memandikan gadis kecil itu, setelahnya memakaikan pakaian. Karena Shalita hanya masuk kelas khusus anak-anak di bawah lima tahun, maka tidak menggunakan seragam dan juga tidak setiap harinya ke sekolah. Hanya tiga kali dalam seminggu.

"Kamu minta tolong sama Tante Tasha, suruh iketin rambutmu." Suruhnya karena ia tidak tau cara mengikat rambut Shalita yang cukup panjang.

Segera gadis kecil itu beranjak keluar. Kemudian ia masuk ke kamar mandi untuk mandi karena memiliki pekerjaan hari ini. Memeriksa dokumen keungan salah satu rumah sakit swasta.

Keluar dari kamar, ia melihat Shalita telah bergabung duduk bersama Mama dan juga adiknya.

"Makannya pelan-pelan Nak." Tegurnya saat melihat Shalita terburu-buru makan.

"Harusnya yang perhatian sama Shali tuh Papanya." Rasya menatap Mama yang mendengus kesal. Wanita yang melahirkannya itu tetap menikmati sarapannya usai menyindir.

"Mama jangan ngomong gitu," sahut Rasya pelan, lalu menoleh menatap Shalita yang membalas tatapannya.

Tersenyum tipis, ia mengusap kepala Shalita dan menyuruh gadis itu untuk lanjut makan. "Shali anakku!" ujar Rasya tegas. Meski Shalita adalah anak adiknya, tapi Rasya sudah menganggap Shalita anaknya.

"Berarti butuh Mama dong!" Mama kini menatapnya. Menekan setiap katanya.

"Ma! Jangan sekarang." Rasya malas berdebat. Jika selalunya ia akan menuruti perkataan Mama, tapi untuk menikah lagi atas pilihan Mama, Rasya enggan menuruti.

Apalagi, ia nyaman dengan statusnya yang sekarang.

"Terus kapan, Sya? Umur mu sudah tiga puluh empat lho. Mau menduda selamanya? Kamu pikir bisa urus Shali sendiri?" Mama mulai mendumel.

Rasya hanya diam menunduk. Lalu meneguk air. Menyuruh Shalita menyudahi sarapannya.

"Aku harus berangkat Ma." Beranjak, ia mencium punggung tangan lalu pipi Mama. Menyuruh Shalita mengajarkan hal tersebut.

Kemudian melenggang pergi.

Mama menghela nafas kasar. Merasa Rasya mulai membangkang. Tidak menuruti kemuannya.

Jangan sampai Rasya seperti Sabian. Kini tidak ada kabarnya lagi sejak menikah dengan janda pelakor.

Tatapan tajam Mama langsung tertuju pada Tasha yang tersenyum menatap ponsel. Mengabaikan sarapan di hadapannya.

"Kamu kenapa senyum?!" tanyanya tajam membuat Tasha tersentak. Seketika melepas ponselnya. "Kamu masih pacaran sama cowok gak berpendidikan itu?!"

Tasha langsung menggeleng. "Eng-enggak Ma. Cuma... baca cerita lucu kok."

"Awas ya kamu kalau pacaran sama cowok yang gak jelas! Emang kamu mau sama kayak Abang mu yang nikah sama perempuan gak jelas. Udah pelakor! Janda lagi! Terus asal usulnya gak jelas!"

"Enggak mau Ma," ujar Tasha lemas seraya menunduk.

"Cepet habisin sarapanmu!"

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
13/06/21

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 56K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
594K 83.9K 36
Mili sangat membenci kondisi ini. Di usianya yang baru 22 tahun, dia dikejar-kejar oleh Mamanya yang ingin menjodohkannya karena Mili harus menikah s...
5.4K 781 15
Litani itu cantik. Matanya hitam bak malam, tatapan teduh dan menyejukkan. Litani cantik. Senyumannya tak ubah bulan sabit, rambutnya bergelombang ke...
229K 21.3K 37
•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika...