Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

By vioneee12

140K 18.1K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) More

1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (1)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

9

3.2K 490 32
By vioneee12

Yuna menepuk-nepuk pipinya beberapa kali. Gadis itu mencoba menyadarkan dirinya sendiri.

"Pipi, kumohon jangan memerah lagi!"

Kedua pipi Yuna terus memanas jika mengingat saat tadi malam dimana Yuta menggenggam tangannya sampai ia tertidur, itu bukan mimpi.

Ia tahu ini akan terdengar menggelikan tapi kenyataannya ia sangat berterimakasih kepada tuhan yang sudah mendatangkan petir semengerikan itu.

Yuna melirik Yuta yang masih tertidur lelap dengan posisi telentang.

"Nakamoto-san, terimakasih," ucapnya pelan hampir berbisik dengan sudut bibir yang tidak bisa berhenti membentuk senyuman.

Dan sekarang, ia tidak bisa berhenti melihat wajah tampan Yuta.

Sampai ia sedikit tersentak saat mendengar suara erangan kecil dari lelaki itu.

Yuna mulai panik saat mengetahui Yuta sudah bangun, ia segera bangkit dan bertingkah seolah ia sedang merapikan Futonnya.

"S-selamat pagi, Nakamoto-san." Yuna mencoba menyapa.

Seperti yang sudah bisa ditebak, lelaki itu tidak meresponnya, Yuta sudah mengubah posisinya menjadi duduk.

Yuna tersenyum melihat wajah kusut suaminya itu, dengan bibir yang sedikit dimanyunkan. Yuta memang seperti itu setiap bangun tidur.

Yuta mengacak-acak rambut pirangnya, kemudian menggaruk tengkuknya, sampai ia memberikan atensinya kepada Yuna, membuat gadis itu sedikit salah tingkah dan menundukkan wajahnya.

"Kenapa? Ada yang salah diwajahku?" Yuta bertanya seperti itu karena ia menangkap basah Yuna yang tersenyum geli menatapnya.

Yuna segera menggeleng, "T-tidak,"

Yuta tidak ingin membahas lagi, setelah merasa seluruh nyawanya sudah terkumpul, ia segera bangkit dan berjalan keluar kamar milik Yuna itu.

...

Setelah berpamitan dengan kedua orangtua Yuna, keduanya pun segera melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Disepanjang jalan yang menghambiskan waktu hampir 4 jam itu, hanya ada keheningan, baik Yuta maupun Yuna, tidak ada yang membuka pembicaraan.

Yuna sangat ingin, tapi merasakan aura Yuta yang tidak tersentuh membuatnya mengurungkan niatnya.

Menahan mati-matian untuk tidak mengatakan hal konyol, seperti berterimakasih atas Yuta yang tadi malam menenangkannya.

Jangan lakukan itu, Yuna. Ia mungkin akan risih.

Sesampainya dirumah, Yuta langsung memarkirkan mobilnya digarasi dengan rapi, ia keluar disusul oleh Yuna dibelakangnya.

Namun saat berada didepan pintu depan, Yuta menyadari sesuatu.

Ia menoleh, mendapati Yuna yang berdiri tak jauh darinya, gadis itu tampak sibuk menyentuh bunga anggrek putih yang baru saja mekar.

"Yuna,"

"Iya?"

Yuta menghampiri Yuna, ia segera menarik gadis itu mendekat, merangkul pinggangnya.

Yuna refleks terkejut, tentu saja.

"Ingat, didalam ada monster,"

"A-ah... kak Momoka?"

Yuta tidak menjawab lagi, ia segera memasukan kode keamanan pintunya dan kemudian pintu itu langsung terbuka..

Dan keduanya langsung tersentak kaget saat sosok wanita cantik dengan senyum lebat menyambut mereka.

"HAI ADIK-ADIK! AKHIRNYA KALIAN PULANG!!" Serunya dengan riang.

Yuta menghela nafas berat, ia segera menggiring Yuna masuk, masih dengan ia merangkul pinggang gadis itu.

Momoka memasang wajah meledeknya.

"Lihatlah gaya kalian itu, seperti pasangan yang habis berbulan madu saja, cih."

Yuta sadar ia belum melepaskan rangkulannya dipinggang Yuna.

"Sampai kapan kau akan terus mengganggu kami?" tanya Yuta menahan kesal pada kakaknya itu.

"Sampai aku puas," jawab Momoka dengan entengnya.

"Tidak baik mengganggu privasi orang, kau ini tidak tahu diri atau bagaimana sih?"

Momoka mendesis sebal, "Ish! Mengesalkan sekali. Besok aku pulang! Kau puas?!"

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"YUTA!!"

"Apa?"

"Kau calon paman yang buruk!"

"Tidak peduli."

"HEI!!"

"Diam! Aku ingin tidur siang!"

...

Yuna sedang menemani Momoka duduk bersantai ditaman belakang rumah.

"Aku sudah lama tidak bertemu orangtuamu, aku merindukan bibi Mijoo, ibumu." ucap Momoka sambil terus mengunyah marshmellownya.

"Kakak ingin bertemu ibuku? Minggu depan aku mungkin akan kesana lagi, mau ikut?"

Momoka tersenyum antusias, "Mau! Tentu! Aku akan meminta supirku untuk mengantarkan kita nanti".

Yuna mengangguk. Ia memandang langit yang entah sejak kapan menjadi sangat mendung.

"Kurasa akan turun hujan lagi,"

Momoka menepuk lengan Yuna. "Kau tahu? Gara-gara kalian pergi meninggalkanku sendirian, tadi malam petir sangat mengerikan, aku ketakutan sekali. Tapi untung hanya sebentar,"

Yuna terdiam, ah, petir lagi. Ia jadi teringat lagi kalau begini.

Tangan Yuta masih bisa dirasakannya, begitu hangat.

"Eh? Kenapa pipimu jadi memerah begitu?" tanya Momoka menyadarkan Yuna dari lamunannya.

"Huh? B-benarkah?" Yuna memegangi pipinya sendiri.

Momoka tersenyum penuh arti. "Hei~ aku tahu sudah terjadi sesuatu, apa itu? Ceritakan padaku,"

Yuna menggeleng cepat, "Ti-tidak terjadi apa-apa!"

Momoka memanyunkan bibirnya kecewa. "Yasudahlah kalau tidak mau cerita,"

Kemudian, Yuna terkejut saat merasakan tetesan air mulai jatuh mengenai kakinya.

"Ya ampun, sudah hujan! Kak, ayo masuk." Yuna bersiap bangkit.

"Hujan? Sungguh?"

Momoka tersenyum, keinginannya akan sesuatu tiba-tiba membuncah, ia menahan tangan adik iparnya itu.

"Yuna-chan! Ayo kita main hujan-hujanan!"

"A-apa? Tidak bisa! Kakak sedang hamil, nanti kalau sakit bagaimana?" Tolak Yuna mentah-mentah.

Momoka menggeleng kuat, "Tidak usah cemas! Aku punya daya tahan tubuh yang kuat, tidak akan sakit jika langsung mandi setelahnya."

"Tapi..."

Hujan pun menjadi semakin deras.

"Sudahlah, ayo kita bermain! Jangan menolak, ini keinginan orang hamil!"

...

Yuta terbangun dari tidur siangnya karena merasa tenggorokkannya begitu kering.

Ia melihat ke sekeliling, tidak ada minuman.

Dengan malas, lelaki itu akhirnya memilih bangkit dan berjalan menuju dapur.

Sempat terheran dengan suasana rumah yang begitu sepi.

"Kemana dua orang itu?"

Yuta melihat keluar jendela. "Hujan lagi?"

Setelah puas minum dan mengobati rasa dahaganya, ia berniat kembali ke kamar, meski ia sedikit penasaran tentang Yuna dan kakaknya yang tidak ada dirumah.

Kemana mereka ditengah hujan lebat seperti ini?

Yuta berjalan lagi, hingga telinganya mendengar suara-suara samar.

Lelaki itu berjalan menuju sumber suara, dan betapa terkejutnya ia melihat Yuna dan kakaknya, Momoka. Sedang berlari-larian dihalaman belakang.

"Apa-apaan?"

Yuta langsung menggeser pintu kaca yang merupakan pembagas antara dapur dan halaman belakang.

Matanya menyipit melihat kelakuan dua orang wanita yang sedang main hujan-hujanan disana.

"Aku merasakan sinyal bahaya, setelah ini siapa yang akan paling direpotkan?"

....

Yuta melemparkan dua handuk bersih untuk kakaknya dan juga Yuna.

Ia berkacak pinggang dihadapan dua orang wanita yang sedang basah kuyup itu.

"Berapa umur kalian?"

"Dan kau. Kau bilang aku calon paman yang buruk, tapi kau apa? Hujan-hujanan dengan usia kehamilan yang masih rentan itu?!" Yuta merasa ingin menelan kakaknya itu saking kesalnya.

Momoka mendelik tidak terima.

"Diam! Sudah kubilang daya tahan tubuhku itu ku- HATCHIII! Oh tidak-"

Yuta mengerang frustasi menghadapi kakak perempuannya itu.

"Lihat! Daya tahan macam apa? Cepat mandi sana! Aku akan menghubungi suamimu,"

Momoka tidak menjawab lagi, ia segera bangkit dan masuk kedalam rumah sambil terus bersin.

Yuta mendesis kesal. "Lihat dia, menyebarkan virus saja."

Kemudian ia melirik Yuna yang hanya menatapnya polos.

"Kau. Kau juga. Apa yang ada dipikiranmu?"

"I-itu, a-aku tidak bisa menolak kak Momoka," jawab Yuna takut, ia meremas kuat handuk yang diberikan Yuta.

Yuta mendengus, membuat Yuna semakin takut, ia hanya bisa menundukkan wajahnya.

Yuna dikejutkan dengan Yuta yang tiba-tiba merebut handuknya.

Apa yang dilakukan lelaki itu?

Yuna yang tadinya sangat kedinginan, sekarang rasa dingin itu dikalahkan dengan subu hangat yang tiba-tiba menjalar keseluruh tubuhnya.

Hanya karena Yuta yang menggosokkan handuk itu kerambutnya yang basah.

"Momoka itu bodoh, kau juga jangan ikut bodoh."

Yuta terus menggosokkan handuk itu kerambut panjang gadis yang berstatus istrinya itu.

Hingga ia terhenti karena sesuatu. Tangannya bergerak menyentuh wajah Yuna.

"Choi Yuna, kenapa wajahmu merah begini? Kau demam? Secepat itu?"

To Be Continued.

Author : itumah bukan demam wahai mas atuy yang sistem kepekaannya tumpul -_-

Oke, teruntuk para readers, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar sebanyak-banyaknya buat part ini, ya? Ilysm!

Thankyou

and

See You.

-vioneee12









































Continue Reading

You'll Also Like

38.2K 6.3K 39
ㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardens...
21.5K 3K 19
there's a Sun in every flower 🌻 Taehyung x Wendy Wenv
118K 15.9K 21
"Gue suka sama lo." Juni, 2018
32.6K 4K 12
Kopi Kala Senja, sebuah tempat dimana aku dan dirimu bertemu.