Hei, Baby boy - yeonbin

By cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... More

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

19. The Party

8.8K 1.1K 453
By cairaxa

Tap


Tap


Tap


"Cepat sedikit, bajingan. Aku sudah lapar"

"Jika kau mau menggunakan kakimu dengan benar kita bisa sampai lebih cepat, sayang"

"Kau pikir siapa yang membuatku tidak bisa berjalan"

Sembari berjalan berhati hati menuruni tangga, Yeonjun, yang memangku Soobin ala koala hug, terkekeh pelan dan mencium kesayangannya yang masih merajuk.

"Ayolah, baby. Jangan merajuk begitu. Aku menepati ucapanku, bukan? Kau tidak perlu melakukan apapun dan aku melakukannya dengan lembut"

Soobin mendecih, memukul mukul punggung yang lebih tua sebal. "Sudah kubilang aku tidak suka itu! Sialan! Choi Yeonjun! Keparat! Kau bajingan gila!"

Sembari meringis karena pukulan Soobin, ia menepuk nepuk punggung yang lebih muda, berusaha menenangkan. "There, there" ucapnya. Hanya saja setelahnya, senyuman penuh arti muncul di wajah tampannya. "Tapi sayang, kau menyukainya kan?"

"Choi Yeonjun!"

"Argh! Itu sakit, baby"

Soobin mendecak. Setelah mencubit leher yang lebih tua sebelumnya, ia dengan tanpa merasa bersalah menumpukan kepalanya lunglai pada bagian bahunya, menunggu si bajingan Choi Yeonjun berjalan menuju meja makan.

Tapi jujur, ia memang lebih lemas dari biasanya. Yeonjun benar benar bermain lembut kemarin, membuatnya bisa merasakan dengan jelas setiap sentuhan yang diberikan si mata kucing. Terutama saat permainan intinya. Astaga, rasanya ia bisa gila saat merasakan Yeonjun yang berada didalam dirinya mulai bergerak perlahan namun menumbuk sangat dalam.

Ah, sial. Memikirkannya saja membuat wajahnya terasa panas sekarang. Untungnya fokusnya teralihkan saat tubuhnya berjengit karena merasakan remasan dari bawah sana. Cih. Bajingan Choi ini memang tidak bisa didiamkan.

"Hei! Tanganmu!"

Kekehan keluar dari si rambut hitam. Bagaimana mungkin dia bisa menahan diri untuk tidak meremas dua bongkahan bulat kenyal yang berada tepat ditelapak tangannya ini?

Masih sembari meremas bagian bawah si manis yang disertai pukulan pukulan sebagai balasan, Yeonjun menurunkan Soobin setelah mereka sampai ditempat tujuan sementara yang diturunkan menatap pria didepannya bingung. "Kau tidak salah jalan? Kenapa kita di dapur?"

Yeonjun mengambil apron berwarna putih polos yang sudah tersedia disana, memasangkannya pada kesayangannya dengan senyuman manis yang sayangnya dibenci oleh yang lebih muda. "Tentu saja untuk memasak, baby. Lebih tepatnya, kau yang akan memasak untukku"

"Aku sudah lapar, Yeonjun. Bisakah kita makan makanan yang sudah tersedia saja?" pintanya sembari mencoba menarik yang lebih tua.

Kekehan terdengar dari si rambut hitam. "Tidak ada makanan yang sudah matang, sayang. Aku yang memintanya karena aku ingin makanan buatanmu"

Soobin menatap Yeonjun tidak percaya. Si bodoh ini! Kenapa ia tidak memilih masakan buatan pelayan saja agar mereka bisa langsung menikmatinya. Bukannya Soobin lupa posisinya yang bukan siapa siapa hanya saja, sayang sekali jika memiliki banyak pelayan tapi tidak dimanfaatkan dengan baik. "Choi Yeonjun, kau benar benar bodoh! Kalau begitu kau saja yang memasak!" ujar Soobin kesal sembari mencoba melepas apron itu.

Dengan cekatan, Yeonjun menahan kedua tangan si manis dan beralih dirinya yang melingkari pinggang ramping yang lebih muda. "Ingat sandwich yang kau buat untuk sarapan sebelum aku berangkat ke Jerman tempo hari? Aku menginginkan itu"

Yeonjun menarik Soobin mendekat, mengikis jarak diantara keduanya dan memberikan kecupan gemas pada bibir tipis didepannya yang hanya berjarak kurang dari lima sentimeter. Sebelah tangannya naik, mengusap pipi gembil Soobin sekilas sebelum kemudian menangkupnya. Ia tersenyum, menggesekkan kedua hidung mereka dan memberikan sebuah morning kiss yang cukup dalam pada kesayangannya itu. "Buatkan ya, sayang"

'Ugh. Choi Yeonjun. Kau benar benar'

Dengan wajahnya yang terasa terbakar, Soobin mendecih sebelum kemudian melepaskan diri dari perangkap manis seorang Choi Yeonjun untuk membuat sandwich yang diminta. Bahan bahannya sudah berada disana omong omong. Bisa Soobin simpulkan yang lebih tua sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan ini sebelumnya.

Sekarang, didepannya ini sudah ada roti tawar, telur, beberapa lembar daging ham, daun selada, tomat, keju, dan juga saus cabai sebagai pelengkap. Dengan mulut yang tak henti menggerutu dan mengumpati yang lebih tua, Soobin mulai berkutat dengan makanannya, berusaha mengabaikan Yeonjun yang menatapnya dengan senyum lebar diseberangnya.

Dapur dirumah Yeonjun ini merupakan dapur terbuka, tidak ada sekat atau penghalang apapun disana. Dan sekarang, tempat Soobin memasak berhadapan langsung dengan meja pantry yang ditempati Yeonjun.

"Omong omong, kemana semua orang?"

"Oh, mereka semua pergi mempersiapkan pesta untuk malam nanti digedung sebelah"

Pantas saja Yeonjun berani menciumnya disini. Tidak ada siapapun ternyata.

Yeonjun bertumpu pada meja pantry didepannya, menatap Soobin yang masih memasak dengan sesekali menatap galak padanya. Si rambut hitam terkekeh pelan, kesayangannya menggemaskan sekali, astaga. Jadi, ia bangkit kembali, memeluk Soobin yang masih memasak dari belakang dengan bibirnya yang langsung mengecupi lekukan leher yang lebih muda.

"H-hei. Aku sedang memasak" Soobin mendorong wajah yang lebih tua menjauh, yang malah dibalas Yeonjun dengan beralih mengecupi telapak tangan si manis.

"You are too cute to be ignored, baby" jawabnya sembari mengecup pipi gembil yang lebih muda dan berakhir menumpukan kepalanya dibahu kesayangannya itu.

Soobin mendecih, memilih menyelesaikan kegiatan memasaknya dengan cepat agar Yeonjun bisa cepat cepat melepaskannya juga. Sialan. Sudah berapa kali ia merasakan wajahnya memanas sejak datang kesini?

Soobin menaruh piring berisi dua buah sandwich sederhana itu diatas meja pantry, "Done. Kau tidak memiliki permintaan apapun lagi kan, bajingan?" tanya si manis sebal setelahnya sembari melepaskan apron yang ia pakai dan ikut duduk disamping Yeonjun.

"Sebenarnya ada. Tapi itu bisa kusimpan untuk nanti, kita harus sarapan dulu sekarang"

Masih dengan perasaan kesalnya, Soobin mengambil sandwich miliknya dan mulai memakannya. Ia tersenyum tipis saat melihat Yeonjun yang memakan sandwich buatannya dengan lahap.

Si manis menggelengkan kepalanya heran. Padahal memiliki pelayan yang handal, bisa membuat masakan yang jauh lebih enak daripada buatannya. Tapi Soobin rasa Yeonjun lebih berselera memakan sandwich buatannya dari pada main dish saat makan siang kemarin.

Yeonjun meminum segelas jus jeruk setelah menghabiskan sandwich bagiannya hanya dengan beberapa gigitan saja, membuat senyum kemenangan muncul di wajah yang lebih muda. "Seenak itukah sandwich buatanku, tuan Choi? Kau lahap sekali memakannya"

"Ah, sebenarnya itu terlalu asin"

Soobin membulatkan matanya. Jika memang terlalu asin kenapa malah ia habiskan?! "K-kau serius?"

"Eum. Karena manisnya terlalu banyak dibawa olehmu"




.....




.....




'Hah?!'

Soobin mengambil apron yang ia pakai sebelumnya, melemparkannya pada yang lebih tua sebal. "Kau menjijikan, Yeonjun"

Yeonjun malah tertawa, menarik Soobin mendekat dan memeluknya. "Jangan begitu, sayang. Aku mencoba untuk merayumu, tahu"

"Tapi itu malah terdengar menjijikkan!"

"Benarkah?" Yeonjun tersenyum miring dan kedua tangannya merayap naik, menangkup wajah yang lebih muda. "Kalau memang menjijikan, wajah ini tidak akan berubah merah"

Sialan. Soobin ketahuan.

"Terserah. Sekarang lepaskan aku, bajingan"

"You're already this cute, baby. Bagaimana mungkin aku melepaskanmu"

"Kita baru selesai mandi, Choi Yeonjun!"

Yeonjun terkekeh pelan, lanjut menggerayangi tubuh yang lebih muda dibalik bajunya. "Kita bisa mandi berapa kali pun yang kau mau, sayang. Jadi, kau tidak bisa menolak lagi"

Setelahnya Yeonjun langsung menyerang si manis, melanjutkan kegiatan mereka tanpa menyadari sepasang mata yang sedari tadi mengamati.

***

"Bagaimana? Kau melihatnya?"

"Iya, tuan"

"Jangan menyebutku seperti itu. Tidak ada siapapun disini. Kemarilah"

Pelayan itu——Jungkook, menggelengkan kepalanya pelan. Ia memilih untuk kembali meneruskan ucapannya dari tempatnya sekarang, didepan pintu masuk kamar orang yang ia sebut 'Tuan'. "Saya melihat mereka berdua di dapur. Pria bernama Choi Soobin itu——"

Grep

Laki laki yang meminta informasi darinya itu menarik pergelangan tangannya, membawa Jungkook masuk, menutup pintu dan membuat pria dengan gigi kelinci itu berada dipangkuannya sekarang. "Maaf, tuan Kim——"

"Ssstt" tuan Kim——Taehyung, mencengkram kedua bahunya, menumpukan kepalanya lemas disana. "Aku mohon. Jangan memanggilku begitu. Kau akan semakin menghancurkanku, Jungkook"

"Tuan——"

"Aku mohon. Kau benar benar membunuhku secara perlahan jika terus seperti ini" Taehyung mempererat pelukannya seakan akan jika ia melepaskannya, Jungkook tidak akan pernah kembali lagi padanya. Jangan lupakan ia yang semakin menelusupkan kepalanya pada bahu yang lebih muda.

Ah. Sial. Lagi lagi Jungkook kalah. Ia menaikkan kedua tangannya, mengusap bahu dan pucuk kepala pria yang lebih tua darinya itu. "Baiklah baiklah. Aku mengerti, Tae. Sekarang lepaskan"

Taehyung menggeleng, berucap "Biarkan seperti ini" tanpa melepaskan pelukannya.

Jungkook menghela nafasnya. Ia tahu sebenarnya mereka tidak boleh melakukan ini, toh diantara mereka sudah tidak ada hubungan apa apa selain majikan dan asistennya. Jungkook membenci sisi dirinya yang selalu luluh pada pria yang ia kenal sejak berumur enam tahun itu.

"Hei, aku disini untuk melapor" ujarnya sembari menahan Taehyung yang mulai menjamah lehernya.

"Laporkan lah. Aku tetap bisa mendengarnya"

"Tae——mmph!"

Dengan Taehyung yang kini menyambar bibirnya, Jungkook masih berusaha melawan, mendorong yang lebih tua agar melepaskan tautan mereka walaupun tiada hasilnya.

Taehyung akhirnya melepaskan tautan keduanya saat sadar jika yang lebih muda sudah kehabisan nafas, "Hei——mmph!" dan kembali menyambarnya saat dirasa Jungkook sudah kembali menghirup oksigen yang cukup.

"Aku tidak akan membiarkanmu membicarakan hal lain selain laporan tentang Yeonjun dan kekasihnya itu" setelah mengatakan itu, Taehyung kembali menyambar bibir yang lebih muda, menciumnya hingga kehabisan nafas dan hendak kembali menciumnya lagi saat kali ini, tangan Jungkook menghalangi.

"Baiklah. Aku tidak akan membicarakan hal lain" ujarnya masih dengan nafas terengah-engah yang mana membuat Taehyung tersenyum senang.

"Akan ku jelaskan secara singkat. Mereka benar benar sepasang kekasih"

"Eum, begitukah?" Taehyung menunduk, menelusupkan kepalanya diceruk leher asistennya itu dan memberikan kecupan kecupan ringan disana. "Bagaimana kau bisa yakin?"

"Tae——"

"Laporannya, Jungkook"

Ugh. Jungkook benci ini. Perasaan saat dia didominasi, benar benar ia benci. "Y-yah, walaupun aku hanya melihat dari sudut pria bernama Choi Soobin itu, aku bisa tahu jika mereka bukanlah hanya sekadar orang asing yang berakting. Tatapan itu tidak mungkin muncul dari seseorang yang tidak memiliki perasaan apapun"

Ya. Jungkook tahu dari tatapannya. Ia sangat tahu arti dari tatapan lelaki bernama Choi Soobin itu.

Karena, tatapan itulah yang selalu Taehyung berikan padanya.

"Ah. Tatapannya, ya. Eyes can't lie, huh. Kerja bagus"

"Jangan macam macam, Tae. Apapun yang sedang kau rencanakan, batalkan"

Taehyung terkekeh pelan, menggigit pipi gembil didepannya gemas. "Aku hanya penasaran. Aku tidak akan melakukan apapun, Jungkook" yah, mungkin sedikit lanjutnya yang pastinya, tidak akan ia utarakan.

"Kalau begitu aku permisi"

Taehyung menahannya saat yang lebih muda hendak bangkit dari pangkuannya. Pria dengan visual yang tidak manusiawi itu beralih membaringkan Jungkook dikasurnya, mengusap wajah cantik itu dibawahnya lembut. "Jangan pergi, ya. Sudah lama kita tidak berdua seperti ini"

"Tapi Tae—"

Cup

Taehyung tersenyum, kembali mengecup dahi yang lebih muda dan berkata, "Aku mencintaimu" dengan tatapan yang Jungkook maksudkan tadi.

Yang lebih muda menggigit bibir bawahnya. Sialan. Sekali lagi, Jeon Jungkook kembali jatuh. Masih di lubang yang sama. Lagi, lagi dan lagi.

***

Soobin menatap tak minat orang orang kapitalisme yang sedang berkumpul diruangan ini. Disampingnya, Yeonjun juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, ia lebih memilih untuk menatap kesayangannya ini daripada mencari cari hal random seperti Soobin.

"Hei, bajingan. Apa masih lama?"

"Entahlah. Aku juga sudah bosan. Lebih baik aku berduaan denganmu dikamar saja"

Soobin mendelik mendengar jawaban yang lebih tua. Ia kembali meneguk sirup raspberry yang tersedia sementara Yeonjun terkekeh pelan dengan wine ditangannya.

Kini, keduanya sedang berada ditengah tengah pesta ulah tahun tuan Choi. Yeonjun dengan setelan hitamnya dan Soobin dengan setelan abu abu mudanya. Mereka berdua berdiri disamping stan makanan yang tidak terlalu ramai. Soobin yang memang menjauh karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan sementara Yeonjun lebih memilih untuk menempeli kesayangannya daripada harus berbasa basi dengan rekan kerja ayahnya itu.

"Hei, kalian"

Keduanya menoleh ke sumber suara, menampakkan Yeji dengan setelan kasualnya. Baju lengan panjang berwarna putih dengan rok hitam selutut dan rambutnya yang ditata sedemikian rupa dengan tiara berlian yang menjadi pelengkapnya.

"Kau bisa berpenampilan sopan juga ya, Yeji"

Yeji mendelik mendengar jawaban Soobin sementara Yeonjun mengangguk mengiyakan. "Tentu saja bisa, Soo. Kau pikir aku ini apa?" tatapannya beralih pada Yeonjun, menunjuk kerumunan yang berisi orang tua Yeonjun dan beberapa rekan kerjanya disana. "Dan kau, Choi Yeonjun. Tuan Choi memanggilmu"

"Bilang padanya aku sibuk"

"Iya, sibuk. Sibuk berkencan dengan kesayanganmu ini"

"Hei, Soobin itu jauh lebih penting daripada apapun yang akan dibicarakan Ayahku"

Yeji mendecak, ia mendekati Soobin, mengadu. "Soo, lihatlah. Dia tidak mau bekerja. Bagaimana jadinya nasib perusahaan yang sudah dibangun dengan susah payah selama bertahun tahun oleh tuan Choi jika penerusnya tidak bisa memisahkan urusan pribasi dengan pekerjaan?"

Soobin mengetuk ngetuk dagunya, berpikir. "Well, ada benarnya juga. Yeonjun, kau harus menemui tuan Choi"

"Tapi——"

"Sstt" Soobin menaruh telunjuknya didepan bibirnya, menyuruh yang lebih tua untuk diam. Ia kemudian mendorong Yeonjun menjauh untuk menemui orang tuanya. "Pergilah. Aku akan tetap berada disini"

"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu, Soobin?" ujarnya khawatir yang sebenarnya sedikit meluluhkan hati si manis tapi tetap saja, ia tidak boleh mengganggu apapun yang menjadi pekerjaan Yeonjun.

"Walaupun menyebalkan, tapi ada Yeji disini. Kau tidak perlu takut"

Yeji mengangguk bangga membuat Yeonjun mendecih kesal. "Aku melakukan ini karena Soobin. Jadi awas saja kalau kau macam macam padanya, Yeji"

"Serahkan saja padaku, bajingan. Aku jamin kesayangan mu ini tidak akan lecet sedikit pun" ujarnya sembari menepuk bahu Soobin meyakinkan yang langsung ditepis si manis saat itu juga.

Yeonjun akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua, membuat Yeji mendecak kesal. "Dia sangat posesif padamu, ya, Soo. Seingatku dia tidak pernah sampai seperti ini pada sugar baby nya yang lain. Padaku juga tidak, cih" setelahnya ia menegak segelas champagne sekaligus yang membuat Soobin meringis melihatnya. Walaupun perempuan, toleransi alhokolnya tidak kalah tinggi dari Yeonjun.

"Omong omong Yeji, sudah berapa kali Yeonjun menjalin hubungan sugar?"

"Hm? Ah itu..." Yeji memutar mutar gelas champagne nya, berpikir. "Untuk detail nya aku juga tidak tahu. Tapi dia mulai menjalin hubungan sugar sejak lima tahun yang lalu, saat ia berumur dua puluh tahun. Dan seperti yang kau tahu, Soo, akulah partner pertamanya" ujarnya bangga yang membuat Soobin memutar bola matanya malas.

"Tapi asal kau tahu saja, kudengar tidak pernah ada yang berhasil menjalin kontraknya hingga selesai. Bahkan untukku juga"

Soobin mengerutkan keningnya bingung. Apa maksudnya tidak pernah ada yang bertahan hingga selesai? "Maksudmu?"

"Yah, kau merasakan sendiri bagaimana sikap Yeonjun pada para partner sugarnya. Dia benar benar membuat kita takluk hanya dalam waktu tiga bulan. Kau ingat perjanjian tentang tidak boleh saling jatuh cinta atau sejenis itu kan? Sama sepertiku, rata rata para partnernya meng-confess perasaan mereka di bulan ketiga dengan harapan Yeonjun memiliki perasaan yang sama. Lagi lagi sama sepertiku, kontrak kita berakhir saat itu juga. Choi Yeonjun memang tidak pernah memiliki perasaan serius pada partner sugarnya"

Soobin hanya diam mendengarkan. Tiga bulan, ya. Waktu penuh kontrak mereka adalah lima bulan, itu berarti sekitar setengah dari kontrak mereka.

"Kau tahu, Soo, tidak mungkin ada yang tidak jatuh hati pada Choi Yeonjun setelah apa yang ia lakukan selama menjalin sugar relation. Wajahnya tampan, tidak pernah mempermasalahkan berapapun jumlah uang yang kita minta, selalu memberikan perhatian, dan lagi, permainan ranjangnya sangat luar biasa" Yeji tersenyum dengan tatapan sayu, ia menggigit jari telunjuknya, menjilatnya sekilas. "Ah. Memikirkannya saja bisa membuatku basah"

"H-hei. Kenapa obrolanmu semakin melenceng dari topik pembicaraan?!" ujar Soobin panik. Hei! Memangnya ia harus bereaksi seperti apa saat melihat seorang perempuan tiba tiba terangsang tepat didepannya?!

Yeji tersenyum miring, mendekatkan wajahnya. "Ayolah, tidak perlu ditutup tutupi. Kita berdua tahu jika Choi Yeonjun sangat hebat dalam membuat lawan mainnya terbuai"

Yeji mengulurkan tangannya diam diam, mencengkram pinggang si manis tiba tiba sembari menariknya mendekat, membuat Soobin berjengit kaget dengan wajah yang mulai memerah.

"Lihat? Aku yakin Yeonjun sering melakukan gerakan itu padamu. Dan aku yakin, kau masih bisa merasakan setiap sentuhannya di tiap inchi tubuhmu, membuatmu terbuai, membuatmu meneriakkan namanya, meminta lagi dan lagi, dan akhirnya, membuatmu terus menerus menginginkan kenikmatan darinya hingga tubuhmu mencapai batasnya"

Sial. Soobin tidak bisa menyangkal semua yang dikatakan Yeji. Akhirnya, ia memilih bermain aman, mengatakan "A-aku harus pergi ke kamar mandi" dan cepat cepat melarikan diri dari sana.

Yeji terkekeh melihatnya. Menjahili orang yang masih polos seperti Soobin memang menyenangkan. Hanya saja ia tidak sadar sepasang mata yang sedari tadi menunggu nunggu momen dimana Soobin terpisah dari orang orang disekitarnya.

'Ah. Akhirnya bayi kelinci itu melarikan diri dari para penjaganya, ya'

TBC


Yo!

Ngaret lagi maapkan :"D semoga sabtu depan nggak :"D

Iya, disini Yeji nya ngelont3 :"D mon maap :"D

Btw ngasih tau aja, di story ini gak bakalan ada hubungan yang 'sehat'. So don't expecting too much yeoreobun 🌝

Semoga suka!

Jangan lupa votment dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Salam,

Cai 🥶❄️

Continue Reading

You'll Also Like

617K 29.6K 37
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
49.7K 4.6K 29
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
74.3K 6.6K 76
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
153K 7.4K 27
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...