XABIRU [END]

Od SiskaWdr10

49.4K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... Více

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

14.Si biang kerok menang

942 87 16
Od SiskaWdr10

14.Si biang kerok menang

"Turun kan, Xaviera...."

Suara lelah dari mulut Xabiru tidak ada arti nya bagi Xaviera yang menyodorkan pisau dapur tepat di dekat leher Xabiru. "Dari mana kau?!"

"Menginap di hotel," balas nya berdusta.

"BULLSHITS! semalam aku hampir gila mencari mu di seluruh bar yang ada di kota ini, kenapa tidak pulang? kenapa ponsel mu sulit dihubungi? kenapa ... kenapa----"

"Xaviera...."

"Berkata jujur lah biru kau semalam pasti hangover sampai tidak sadar kan diri bukan? atau kau melukai diri mu sendiri? bedebah sialan! aku sungguhan mengkhawatirkan mu!"

"VIERRA!" sentak Xabiru sebab pisau itu semakin diarahkan kan ke leher Xabiru dengan tangan yang bergetar, air mata nya sudah mengumpul di pelupuk mata. "Aku tidak sebodoh dulu untuk melukai diri ku sendiri. Please stop, i'm so tired...."

Pisau di tangan nya Xaviera simpan secara kasar di pantry lalu memutar-mutar tubuh Xabiru, memastikan jika adik nya ini tidak tergores luka. Terutama di bagian kepala belakang. Xabiru hanya pasrah, helaan nafas beberapa kali terdengar.

Semalam setelah mengantar Rai pulang, Xabiru kembali lagi ke tepi danau tersebut dan tidur di mobil tanpa mengenakan baju. Membiarkan angin malam itu menusuk-nusuk pori-pori di kulit tubuh nya. Ia berkata jujur kan? tidak mabok-mabokan---hanya melukai diri dan itu tidak separah dulu, ia terbangun jam setengah delapan pagi lalu bergegas pulang, tadi nya akan pulang tengah malam tapi suara mobil akan cukup berisik terlebih pendengaran Sarah begitu tajam, takut mengganggu.

Mata mereka bertemu, Xaviera bertanya lirih. "Biru kau berkata sungguh-sungguh kan?"

"Melihat mu hari itu menangisi ku sangat deras membuat ku berpikir ribuan kali untuk mencelakai diri ku sendiri lagi, hanya kau yang ku punya," balas Xabiru serak berhasil membuat air mata yang mati-matian Xaviera tahan turun.

Beberapa bulan setelah kematian mommy dulu, Xabiru pernah menggila. Membenturkan keras kepala nya pada dinding sampai harus dibawa ke rumah sakit atau meminum alkohol dengan kadar tertinggi dalam jumlah yang banyak sehingga nyawa nya hampir melayang. Tidak terhitung dulu berapa tetes air mata yang terus keluar dari mata Xaviera, harus kehilangan mommy dan Xabiru yang sekarat.

Telapak tangan kekar Xabiru mengusap perlahan air mata di pipi Xaviera. "Aku sudah menemukan mommy dalam diri yang lain Viera, dia pengganti alkohol dan pengontrol seluruh jiwa sadar ku," lanjut Xabiru dengan tatapan sendu, siapa lagi jika bukan Rai?

Rai selalu menang dan berhasil, bahkan semalam ia berhasil membuat Xabiru tidur nyenyak di mobil hanya karena mengingat senyum manis nya.

"Tetap saja!" Xaviera berseru sambil terisak, jongkok dan memeluk erat-erat kaki panjang milik Xabiru. "Tetap ini salah ku, aku bodoh biru sungguh. Kau boleh menghukum ku apapun itu, karena ini mutlak salah ku...."

"Viera...."

"ATAU KAU BERHAK MEMENGGAL KEPALA KU HIDUP-HIDUP! Biru aku benar-benar sudah gila."

Ada sedikit percikan api di hati Xabiru saat Xaviera mengatakan itu, dengan kasar Xabiru menarik untuk kembali berdiri, menahan kepala Xaviera untuk bersandar di dada tegap nya. "Jangan bicara yang tidak perlu, lagi pula aku tidak melakukan apa yang kau suruh, tidak usah menyesal atau merasa bersalah."

Xaviera berontak minta dilepas, Xabiru benar-benar tahu titik terlemah saat Kakak nya tengah meledak. Xaviera mengepal tangan nya dan menju-ninju dada Xabiru. "Aku gila biru, iblis gila berbentuk manusia. Lantas apa beda nya aku dengan daddy? sama saja mementingkan ego untuk diri sendiri dan membiarkan yang lain terluka?" satu tangan Xabiru bergerak cepat menahan tangan Xaviera yang akan memukul kepala nya sendiri. "Salah kan aku biru! jelas-jelas mau sebesar atau setinggi apapun kita, kita tetap akan kalah jika melawan daddy. Sampai kan pun daddy tidak bisa dikalahkan oleh semut-semut kecil seperti kita----kita kita ... pasti akan dibunuh oleh nya seperti yang dia lakukan pada mommy kan, biru?"

Xabiru mengangguk samar, mata nya terpejam beberapa saat merasakan sakit yang hingga detik ini masih belum sembuh.

********

"RA-RA BIRU RIBUT SAMA PAK CHANDRA!" teriak salah satu siswa yang misuh-misuh datang ke kelas Rai.

Hafalan beragam jenis geometris di kepala Rai langsung buyar total, ia berlari keluar menemui Xabiru yang sudah dikerumuni satu sekolah tepat di tengah lapangan.

"TURUN LO! JANGAN BERANI NYA CUMA NGOMONG DI BELAKANG DOANG!" seruan penuh ancaman dari Xabiru yang wajah nya sudah merah lantaran kesal.

"RU UDAH RU!" rerai Zergan yang menahan tubuh Xabiru dari sebelah kiri. "Kasian pak Chandra udah ketar-ketir di atas."

Calvin yang menahan dari sebelah kanan mengangguk sambil mulut nya ber-suhah kepedasan, bayang kan Calvin tengah menikmati mie level pedas yang masih panas langsung berlari kesini tanpa sempat minum. "Hah-he-hah anjing udah napa ru, mau minum gue!"

"SURUH SIAPA NAHAN? LEPAS!" sentak Xabiru, ngamuk.

"KITA LEPAS BESOK SEMUA ANAK NGELAYAT PAK CHANDRA, GILA AJA LO?!" balas Zergan.

Pak Chandara yang naik ke atas tiang bendera melirik sekilas ke bawah takut-takut. Tubuh nya bergetar hebat, masa bodo harga diri nya hilang untuk saat ini nyawa nomer satu.

"PENNGECUT, TURUN LO! GA TURUN GUE NAIK KE ATAS!" ancam Xabiru lalu menepis kasar kedua teman nya yang menahan. Calvin limbung ke belekang, Zergan berdecak.

"BIRU WOI!" teriak Zergan tepat di arah telinga Xabiru. "ASTAGUFIRULLAH, KELUAR LO SETAN DARI GUNUNG MANA!"

"ENAK AJA!" ketus Xabiru lalu kedua tangan nya menggoyang-goyang kan tiang dengan kuat hingga tiang yang tertanam kokoh di dalam itu mulai hilang keseimbangan.

Xabiru jika sudah kalap jiwa nya seperti dirasuki ribuan ekor singa, tenaga nya jadi amat super kuat, ditambah dengan teriakan bariton nya yang bisa menggema ke langit-langit.

Lapangan semakin ramai. Para guru tidak ada yang mau ikut campur, takut kena imbas nya, mereka tahu sendiri Xabiru siapa.

"BAJINGAN!" umpat Xabiru dengan nafas yang masih menderu kencang, ia dengan watados nya mencopot sepatu Calvin lalu dilemparkan ke atas.

"RU HAH-HAH-HEUU BANGKE SEPATU GUE DIH?!" kesal Calvin bersungut-sungut, masih sibuk dengan rasa pedas nya. Sepatu Xabiru entah mendarat dimana, ia tadi kejar-kejaran dengan pak Chandra dari lantai tiga, apapun yang ada di dekat nya Xabiru lemparkan untuk menghentikan lari Pak Chandra dan segera kembali meninju nya.

Bahkan pas bunga, tempat sampah, rak sepatu dan lain sebagai nya pun jadi korban. Berakhir dengan lorong sekolah Atalas berantakan, kacau balau.

Sebelum menghampiri Xabiru Rai membuang nafas panjang perlahan, menerobos kerumunan itu dan menatap tajam mata Xabiru. "Biru udah!" perintah Rai dengan suara sarkastik hingga Xabiru menoleh dan terkesiap.

"NAH, PAWANG NYA DATANG!" kata Zergan lega begitu pula anak yang lain. Jika tidak satu sekolah benar-benar bisa hancur oleh emosi nya.

"Ra?" rahang dan urat-urat yang bermunculan di tubuh Xabiru mulai seperti biasa lagi. Tanpa harus butuh mengeluarkan tenaga banyak Xabiru menerima tarikan Rai menuju UKS, meninggalkan tempat keributan.

Semua anak ber-yah kecewa, karena jujur saja mereka seru menonton. Dasar.

Kini di UKS hanya ada mereka berdua.

"Ya---tapi nggak bisa dong Ra, Pak Chandra jelek-jelekin lo di belakang, nilai anak nya turun drastis dan dia malah nyalahin ke lo! bilang yang nggak-nggak kalau keberhasilan yang lo raih itu bukan murni hasil usaha lo sendiri tapi nyogok ditambah gantel sama gue? gila aja! menurut dia gue yang minta buat bikin nilai lo gede-gede ke bokap pake duit? kan engga Ra!" jelas Xabiru ngotot.

"Tapi kamu bisa tanggapi dengan cara lain biru, nggak usah berantem!" ketus Rai yang sedari tadi mengomeli Xabiru sambil mengobati tangan laki-laki bermanik mata hijau ini. "Kali ini kamu udah kelewatan biru, dia guru kita. Saya marah banget, apa lagi itu buat ngebela saya."

"Ra lo kok malah bela dia?"

"Dalam hal apapun pasti semua punya aturan nya Biru, kalau terus-terusan hidup di dalam kebebasan kamu akan ditolak untuk bermasyarakat. Atau bahkan alam semesta juga bakalan nolak kamu singgahi, mereka yang milik Tuhan juga punya aturan nya sendiri," nasihat Rai dengan nada meninggi.

"Justru itu gue belajar dari hukum alam, alam bakalan bikin perhitungan buat orang-orang yang merusak lingkungan dengan bencana nya, sama hal nya kaya gue Ra. Gue masih masuk aturan," jawab Xabiru tak habis pikir jika Rai akan membela guru bedebah itu.

"Nah, coba liat konteks yang kamu bilang. Merusak kan bukan mengucap? yang dirusak balas di rusak, itu wajar. Sedangkan tadi Pak Chandara nggak main fisik Biru. Dia cuma mengucapkan hal-hal nggak bener tentang saya---kita. Kamu pasti pernah memberikan umpatan atau ngata-ngatain matahari panas, apa dia bales dengan langsung bakar kamu? nggak kan," ucap Rai sengit.

"Ra---eh?" Xabiru selalu kalah jika berdebat dengan Rai. Jangan kan dia beberapa guru juga jika debat pendapat dengan Rai sering kalah.

"Seperti yang saya pernah bilang, Ru. Nggak semua masalah bisa selesai pakai otot ada lebih banyak yang harus pakai otak," sentak nya lalu menutup kotak P3K dengan kencang. "Kita batalin perjanjian hari ini untuk ke rumah aunty mu, kita harus jauh----"

"Oke, Ra gue minta maaf. Nanti gue nggak ribut lagi, tapi tetep jadi ya? Ra plis, Kakak gue mau ketemu lo Ra," pinta Xabiru memohon. Kemarin ia sudah janji untuk mempertemukan Rai pada Kakak nya.

Rai bangkit dari brankar dan menggeleng. "Ra plisss."

"Nggak biru."

"Dia pasti bakalan sedih Ra, Ra ya? nanti gue jemput----"

"NGGAK!" sentakan Rai berhasil membuat amarah Xabiru kembali tersulut. "KECUALI KAMU MAU MINTA MAAF SAMA PAK CHANDRA!"

"NGGAK AKAN!" balas Xabiru dengan rahang yang kembali mengeras. "Ra gue bukan anak pinter yang selalu dapet juara satu di kelas tapi gue tau rasa nya capek serius belajar, dan apa? hasil capek itu malah dituduh yang nggak-nggak, capek nya makin double Ra. Udah capek fisik ditambah beban pikiran. Gue sayang sama lo makan nya tadi gue bener-bener murka saat ada yang nuduh usaha lo!" dada Xabiru naik turun. Ia marah, sangat.

Mata Rai menatap mata Xabiru yang isi nya kobaran api. "Makasih udah peduliin mental dan fisik saya, makasih biru. Makasih. Kamu mungkin bakalan diskorsing tiga hari atau seminggu tapi nama kamu tentang 'Xabiru si anak yang bikin guru nya ketakutan naik ke tiang bendera' sampai seumur hidup nggak akan dilupain sama semua orang, sama hal nya kaya saya 'Rai si anak yang mau bunuh diri' ... itu maluin Biru, malauin! kebanyakan orang pasti akan inget sama hal buruk ketimbang yang bagus, nanti saat dimasa depan kamu udah berubah tetep aja hal jelek itu akan melekat dipikiran mereka. Saya juga sayang kamu, peduli sama kamu, nggak cuma tentang hari ini tapi juga dimasa depan kelak!"

Saya juga sayang kamu.

Empat kata itu berhasil membuat Xabiru membeku dengan seutas senyum tipis nya, amarah yang tadi membara langsung lenyap. Bahkan ia tidak sadar sedari tadi Rai sudah berlalu pergi.

*******

Kaki Rai terus melangkah gontai menuju ke teras rumah dimana eyang dan Selin (perawat eyang di rumah) berada. Sambil terus berjalan dua tangan tangan Rai bekerja mengikat rambut nya yang berantakan akibat bangun tidur.

Eyang dan Selin terlihat sibuk sambil tersenyum-senyum di satu kursi entah melihat apa di ponsel milik Selin. Kening Rai berkerut. "Eh?" ada banyak berbagai tanaman yang disimpan dekat kolam ikan. "Bunda sama si ayah ngirim lagi eyang? perasaan baru kemarin deh ngirim," ucap Rai sambil memperhatikan puluhan tanaman bonsai ukuran besar yang terlihat sangat subur.

"Eh neng ca? kapan turun nya eyang ga tau," tanya Eyang yang disetujui Selin.

Rai terkekeh dan duduk di salah satu kursi kayu, menghadap ke mereka berdua. "Orang dari tadi, kalian lagi liatin apa sih seru amat?"

"Itu teh da bukan dari si Ayah sama Bunda neng, dari cem-ceman kamu," ucap wanita berumur 65 tahunan itu yang seluruh rambut hitam nya sudah memutih.

"Eh, cem-ceman apa eyang?"

Selin tersipu membayangkan wajah laki-laki tadi. "Itu teh pacar kamu neng ca? nu mata nya warna hejo," jelas nya singkat.

Rai merotasikan mata bulat nya jengah, menyebutkan satu ciri-ciri Xabiru adalah hal yang paling mudah. Eyang memberikan ponsel di genggaman nya pada Selin. Lalu dua jempol ia arahkan tinggi-tinggi untuk Rai. "Top markotop! Eyang mah setuju pisan kamu sama dia! meuni kasep nya Lin? bageur, tuh da sampe ngasih eyang banyak tanaman kesukaan eyang neng. Terus jabaan sopan, tadi wejangan heula pan sama Eyang jeung Selin, ngobrol lami. Ngalor-ngidul ngomongkeun sagala jenis tanaman, pinter hafal kabeh! ka sajarah pupuk dicaritkaeun. Rapi oge, pake kameja rambut na kulimis di sisir ka gigir kanan, terus aduh! wangi nya Lin?" Asli, eyang cerita lebih bersemangat dari Nara.

Selin girang mengangguk sambil mencium-cium udara sekitar. "Wangi nya ge masih kacium neng ca! Jempol weh pokona," ucap Selin lalu memberikan Rai dua jempol.

Wajah Rai begitu terlihat bodoh bercampur dengan nelangsa.

Xabiru memang tampan, Rai akui itu. Tapi untuk rapi? mustahil, ulang. MUSTAHIL. Dari awal kenal hingga sekarang Rai sama sekali belum pernah melihat Xabiru rapi, ia selalu urakan. Bahkan menyisir saja sebulan sekali mungkin, tapi untuk membujuk Rai ia benar-benar rela mengubah sifat buruk nya itu? Luar biasa.

"Tapi da dia teh bukan cem-ceman apa itu lah, cuma temen sekolah eyang, teh selin----"

"Eh tos tong isin, pake sagala malu? pan ka eyang jeung Selin mah rahasia aman! nya Lin?" Selin mengangguk mantap pada pertanyaan eyang. Rai membuang nafas frustasi.

Jika mengatakan sejujur nya tentang Xabiru dan segela sikap yang berbanding terbalik dari yang eyang sebut mungkin penyakit nya akan kambuh lalu ditambah Selin, ia akan langsung memberikan bogeman maut pada Xabiru. Ini berhubung si biang kerok Xabiru ide nya banyak jadi----Rai mengalah, tidak boleh menghancurkan kebahagian mereka berdua.

Walau berat Rai tetap  menganggum-ngangguk diiringi senyum kikuk nya. "Nih geh liat neng ca!" Rai memperhatikan foto mereka bertiga di ponsel Selin.

"Tadi teh eyang mau bangunin kamu, tapi ceunah kata dia 'nggak usah eyang, mungkin Ra nya kecapean' haduh meuni perhatian kitu neng," goda Eyang sambil sesekali mencolek lengan Rai.

Nyerah, Rai benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Di foto itu menunjukan tiga senyum paling bahagia sedunia dari Xabiru yang posisi nya di tengah mereka memegang kamera dan sisi kanan kiri nya terdapat wajah cerah Eyang dan Selin. Apa yang Eyang katakan benar seratus persen, rambut hitam pekat Xabiru tersisir rapi sedikit basah oleh pomade, kemeja biru gelap yang ia kenakan juga tak kalah rapi nya melekat di tubuh, kancing atas nya benar-benar tertutup seperti orang normal pada umum nya. Aura ketampanan Xabiru benar-benar bertambah, belum lagi membayangkan ia sopan dan ramah pada Eyang dan Selin? itu menggelikan! Rai sudah menduga Xabiru pasti tadi merasa jadi remaja yang paling tahu etika sedunia.

"Pasti dia teh ketua OSIS ya neng ca di sekolah?" tanya Selin berseru semangat.

"Eh--hah?"

"Kata eyang mah da lin, dia teh ketua paskibra yang sering ngibarin bendera mun upacara yah? sok da pasti tebakan eyang nu bener," kata Eyang amat yakin.

"Ah----hah?" Rai gelapan, bingung sendiri. Alhasil ia mengangguk membuat senyum mereka semakin lebar.

Ya Tuhan, bagaimana seandaikan mereka tahu kebenaran nya. Ketua OSIS? lebih tepat ke beban OSIS. Ketua paskibra? upacara saja malas-masalan malah kadang sengaja bolos.

"Oh itu neng malem teh jangan telat atuh ya, ga baik bikin si kasep nunggu, eyang ngizinan kok mun keluar nya sama si Biru mah, pasti pulang aman!" ucap Eyang dengan tatapan hangat. Pintar sekali mengambil hati Eyang dengan mudah, paling tahu jika Rai tidak akan menolak permintaan dari eyang.

"Eh? iya eyang," balas Rai pasrah.

Si biang kerok itu kali ini menang, meruntuhkan tembok pertahanan yang sudah Rai buat susah payah. Xabiru memang luar bisa dengan segala ide konyol nya, ide yang membuat Rai merasa jika ia adalah wanita paling spesial di muka bumi.

Dari teras menuju kamar mulut Rai terus memberikan umpatan pada Xabiru, nanti berduaan di mobil ia harus memasang wajah apa? tengah marah harus bertemu itu sungguh menjengkelkan.

Oke, Rai coba buang segala amarah nya. Mengambil ponsel di nakas. Ada dua pesan baru dari Xabiru, puluhan pesan yang malam hanya Rai baca tanpa dibalas mungkin membuat ide konyol Xabiru tadi tentang---tanaman hadir di kepala nya.

Xabiru:
Raisa Putri Febrianto

Xabiru:
Eh aduh, maaf Ra salah kirim.

Rai terkekeh geli membaca nya.

Drtttt....

Xabiru yang tengah berbaring di kasur nya bergerak cepat mengambil ponsel.

Rai:
Jelek banget sih Ru bohong nya?

Xabiru:
Lah emang salah kirim

Rai:
Oh, ada berapa orang emang yang nama nya sama persis kaya saya di kontak kamu sampe salah kirim gitu?

Xabiru:
HAHAHA, Ra diem deh gue malu ketauan.

Xabiru:
Wajar Ra, gue kan ga biasa bohong.

Rai:
IYA PERCAYA KOK

Xabiru:
RA, LO BISA GUE BUNGKUS GA?

*******

Marah kemarin siang di sekolah atas kasus pak Chandra yang membuat Xabiru diskorsing hilang, bahkan di dalam mobil ini tawa mereka berdua saling beradu, terdengar nyaring dan bahagia.

"Iya, eyang sama teh Selin bilang kamu anak paling rajin satu sekolah? ya saya ngangguk aja," cerita Rai mengingat kejadian sore tadi. Xabiru yang mengemudi tertawa lagi.

"Aduh Ra, seumur-umur baru deh gue dipuji rapi dan rajin, rekor ya Ra? nanti malem kita nonton on the spot deh pasti ada itu gue---wah gila aja si biang kerok berhasil bikin eyang dan teh Selin kelepek-kelepek," kata Xabiru membuat Rai semakin tertawa. Membayangkan rona wajah ceria dari dua orang di rumah nya tadi.

"Capek banget biru, udah."

"Belum lagi tadi gue cerita sejarah pupuk, lo tau Ra?"

Dengan tawa nya Rai mengangguk samar. "Ngapalin berapa jam buat hafal?"

"Sebenar nya si Ra, itu sejarah kopi terus gue tambah-tabahin, ngarang--- ya gue asal aja cerita dengan wajah yakin biar keren," ungkap nya. Rai kembali tertawa lebih renyah malah sampai tepuk tangan mirip Calvin. "Teh Selin segala pake nanya kenapa pupuk direbus dulu? ya anjir gue ga tau Ra, gue jawab aja biar kaya di acara si Unyil keliling PT."

"BIRU UDAH."

"Eh eyang malah mau bahas pak ogah, ya udah kita tadi cerita juga keluarga si unyil, dari mulai pak ogah, si usro, ucrit, meilani siapa lagi dah, si Abang shaleh tok dalang semua gue sebutin," ujar nya. Perut Rai keram tertawa, tubuh nya bahkan sampai lemas.

"Tok dalang mah Kakek nya upin-upin biru, ih diem aja ah!" kedua nya lalu tertawa bersama hingga tidak terasa sudah sampai.

Mata Xaviera menatap tajam pada Rai yang menyodorkan tangan nya baik-baik untuk berjabat, berkenalan. Tatapan Xaviera menyelidik semakin dalam. "Rai Kak. Raisa Putri Febrianto," ucap Rai dengan senyum hangat nya.

Bukan menjawab Xaviera malah berdecih dengan wajah sinis, terlihat sekali rasa tidak suka nya. Bahkan tangan Rai dibiarkan menganggur, sedangkan tangan Xaviera ia lipat di depan dada. "Xaviera," panggil Xabiru merasa aneh. Xaviera tidak pernah seketerlaluan ini pada orang lain.

"Apa?" ketus nya bertanya.

Tangan Rai turun kebawah, senyum di bibir nya mulai agak kikuk. "Jangan terlalu kekanakan, bukan kah kau ingin bertemu dirinya?"

"TIDAK!"

"Eh?" Rai terkejolak kala dengan kasar Xaviera mendorong tubuh Rai untuk duduk di sofa.

Xabiru berteriak marah. "XAVIERA!"

"SEMUA SALAH GADIS INI BIRU!" balas Xaviera tidak kalah sengit.

Darah ditubuh Rai langsung berdesir cepat, apa ini. Apa salah nya?

*********

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
97.2K 7.8K 31
"Kehadiran Lo cuma bikin gue semakin menderita."-Caka "Oke mulai sekarang aku akan pergi dari kehidupan Kakak."-Lauren ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ Up setiap ada wa...
1.8M 83K 37
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...