That Should Be Me

By unibook_ofc

27.5K 395 20

Spin off dari Devil For Rent. Zefanya Claudia Jacob, tidak pernah menyangka kalau gadis yang ia tolong ialah... More

KATA PENGANTAR
01. Kesalahan Awal

02. Keadaan Yang Tak Terduga

3.7K 338 13
By unibook_ofc

Setelah kekacauan yang sempat terjadi, acara penyambutan para siswa-siswi baru pun, kembali berjalan dengan damai.

Usai Fanya memberikan kata sambutan dan motivasi, Fanya kembali turun dari podium dan masuk ke dalam barisannya.

"Fanya?! Lo kenapa berani banget nampar si Alvin?!"

Fanya hanya tersenyum, membalas pertanyaan Sonia, teman sekelasnya.

"Mending lo minta maaf ke Alvin. Lo tau, kan? Dia itu yang megang Mercy sekarang."

Fanya menoleh, menatap Brian. "Megang Mercy? Lo pikir ini jaman apa? Kerajaan? Atau lo pikir kita lagi perang gangster?"

"Ckckck.... Lo itu cewek jadi gak tau dunia jalanan. Lo gak kenal si Alvin sama Alvon. Kalau lo tau mereka, lo pasti gak berani buat masalah sama mereka," timpal Rizal, yang juga teman sekelas Fanya.

Fanya menggelengkan kepalanya perlahan. "Buat apa gue takut sama preman? Lagian mereka juga siswa biasa kayak lo semua."

Teman-teman Fanya yang lain ingin berbicara, tapi mereka kembali menutup mulut mereka. Percuma mengingatkan Fanya yang keras kepala.

"Lo gak apa-apa, kan?"

Dari semua pertanyaan dan pernyataan, hanya Gea yang nampak benar-benar peduli dengan Fanya.

Fanya tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya. "Santai aja. Gue gak apa-apa."

Gea mengangguk, tapi ekspresi wajahnya masih tetap khawatir. "Kalau nanti mereka macam-macam sama lo, gue bakalan bantu lo, jadi lo tenang aja."

Fanya tertawa kecil, lalu menggenggam tangan Gea. "Makasih Ge."

Fanya dapat melihat wajah ketakutan Gea dengan jelas, namun sahabat baiknya itu memilih untuk menguatkan dirinya, di saat ia juga merasa takut.

Namanya Gea Iriani Widjayanti. Teman baik Fanya sejak Fanya bersekolah di Mercy International High School.

Mereka selalu berada di kelas yang sama, karena Gea juga memiliki kemampuan akademik yang hebat.

Setelah acara penyambutan murid berakhir, Gea menemani Fanya pergi ke ruang kepala sekolah, karena Fanya juga harus diberi teguran atas apa yang tadi ia lakukan.

Selama bersekolah di Mercy International High School, Fanya tidak pernah membuat masalah, karena ia sadar kalau ia hanyalah siswi biasa yang bisa masuk ke Mercy, karena bantuan beasiswa.

Atas hal itu, kepala sekolah kembali mengingatkan Fanya untuk berhati-hati, apalagi ini tahun terakhirnya di Mercy.

"Kamu gak mau usaha kamu selama ini sia-sia, kan?" Tanya kepala sekolah.

Fanya mengangguk perlahan. "Iya, Pak. Saya minta maaf."

"Karena ini pelanggan pertama kamu, dan kamu sadar kalau kamu sudah salah, bapak bakal maafin kamu untuk kali ini. Tapi lain kali bapak gak mau kamu terlibat dengan dua kembar itu, atau masalah lain."

Fanya diam di tempatnya, menerima semua nasihat dan teguran yang kepala sekolah berikan, tanpa berusaha membela diri.

"Ya sudah. Kamu bisa kembali ke kelas kamu."

"Terima kasih, Pak. Saya permisi dulu," pamit Fanya, sambil menunduk.

Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Fanya menghampiri Gea lalu menggandeng lengan Gea, dan mengajak Gea untuk kembali ke kelas. "Rekor murid teladan gue akhirnya rusak gara-gara tuh monyet!"

Gea tersenyum, mendengar kata-kata Fanya. "Lo gak kena hukum, kan?"

Tanya menggeleng. "Gak. Kena teguran aja sih."

Gea mengerucutkan bibirnya sambil mengangguk. "Ohhh.... Baguslah. Oh iya, cewek yang mereka ganggu tadi murid baru, ya?"

"Iya, dia murid baru. Anaknya masih bisa senyum, padahal udah dikasarin sama Alvin. Kalau gue yang digituin, udah gue tonjok mukanya si Alvin!" Ucap Fanya, berapi-api.

Gea menggelengkan kepalanya perlahan, karena Fanya yang tidak merasa takut kepada Alvin. "Emang masalah apa sampai Alvin narik cewek tadi?"

Fanya mengerutkan keningnya. "Emmm.... Masalah apa, ya? Mungkin Alvin godain dia karena cantik kali."

Gea langsung menghentikan langkahnya. "Lo gak tau masalahnya, tapi lo langsung nampar Alvin?!"

Fanya ikut berhenti, lalu menatap Gea. "Emang gue butuh alasan apa lagi? Lo sendiri liat, dia kasar sama tuh cewek, kan?"

Gea terdiam sejenak. Jika dilihat dari sudut pandang mereka, jelas kalau Alvin berusaha menyeret siswi baru tersebut. Namun entah alasan apa sehingga Alvin berperilaku seperti itu.

"Lo kenapa? Masih mikirin masalah ini?" Fanya merangkul Gea, lalu menarik temannya, mengikuti langkahnya. "Udah... gak usah dipikirin. Lagian dia gak akan berani macam-macam sama gue. Lo tau kalau gue jago taekwondo, kan?"

Gea tersenyum, lalu mengangguk. "Iya... iya... Gue tau lo hebat! Tapi lo harus nahan diri untuk gak buat masalah lagi."

Fanya mengangguk, menuruti kata-kata temannya. "Siap bos! Gue gak akan buat masalah lagi."

Kedua sahabat itu tersenyum, sambil menyusuri koridor ke kelas mereka.

Bagi Fanya, masalah tadi bukanlah masalah yang harus dipikirkan, karena itu ia masuk ke kelasnya tanpa rasa khawatir.

Baru saja ia melewati ambang pintu, langkahnya langsung terhenti karena seorang laki-laki yang sudah duduk di kursinya.

"Lo???"

Laki-laki itu menyandarkan punggungnya sambil tersenyum. "Kenapa? Bukannya udah gue bilang kalau lo punya utang?"

Gea yang berada di samping Fanya, memegang tangan Fanya dengan erat. "Fanya?"

Fanya menatap Gea, lalu tersenyum menenangkan. "Tenang aja." Tanpa rasa takut, Fanya berjalan ke arah mejanya, lalu berdiri di hadapan laki-laki yang tadi ia tampar. "Lo mau apa?"

Alvin menyipitkan matanya. "Gue mau apa?"

Fanya melipat tangannya di depan dada. "Lo tuli?"

Alvin terkesiap. Ia menegakkan tubuhnya, lalu kembali bertanya, "lo bilang gue tuli?"

Fanya tersenyum sinis. "Apa gue harus bilang dua kali?"

Alvin menggelengkan kepalanya perlahan. Apa Fanya tidak pernah dengar kalau dirinya itu laki-laki yang paling berkuasa di Mercy? Ia memang tidak melakukan bullying atau mengganggu murid lain, tapi itu hanya berlaku jika mereka juga tidak mengusiknya.

Lantas, apa yang akan terjadi kepada mereka yang berani mengganggu Alvin?

"Kenapa diam? Kalau lo gak punya urusan sama gue, lo bisa keluar sekarang."

Alvin kembali tersentak. "Lo usir gue?"

Fanya langsung mendesah pelan. "Gue yakin sekarang kalau telinga lo pasti bermasalah." Fanya menunduk, lalu menatap Alvin dengan tatapan dingin. "Apa mungkin karena gue nampar lo terlalu keras?"

Rahang Alvin langsung mengeras. Jelas-jelas Fanya sedang memprovokasi dirinya, tapi ia malah diam seperti orang bodoh.

"Atau lo mau nampar gue juga?" Fanya memalingkan wajahnya, lalu menunjuk pipinya dengan telunjuk. "Nih! Buruan tampar gue!"

Seisi kelas dibuat terkejut oleh Fanya yang sedang menunjukkan sisi lain dari dirinya, yang tidak pernah dilihat oleh siapa pun. Selama ini Fanya dikenal sebagai siswi yang baik dan berprestasi. Ia juga ramah dengan orang-orang di sekelilingnya.

Berbeda dengan Fanya yang sedang berada di atas angin. Alvin kini dibuat tak berdaya, padahal dia yang lebih dulu datang untuk mengancam Fanya.

Gue salah apa, sih?! Batin Alvin, kesal.

Pertama, ia ditampar tanpa tahu apa salahnya. Dan sekarang, ketika ia ingin menuntut balas, ia malah dipermalukan untuk kedua kalinya.

"Cih!!" Karena tidak ada reaksi dari Alvin, Fanya kembali menegakkan tubuhnya, lalu menarik Alvin hingga berdiri. "Bangun lo dari kursi gue! Gue mau duduk!"

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Alvin menurut begitu saja ketika Fanya menariknya, tanpa ada perlawanan.

Setelah Fanya duduk, Fanya menatap Alvin yang masih berdiri. "Kenapa lo masih di sini?"

Alvin baru saja ingin membalas kata-kata Fanya, tapi seseorang tiba-tiba masuk ke kelas 3 Science 1.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Alvin.

Alvon yang baru saja masuk, menatap Fanya dan Alvin secara bergantian. "Gue cari lo ke kelas, katanya lo ada di sini," ucap Alvon, dengan ekspresi datarnya yang khas.

Di belakang Alvon, anak-anak yang sering membuat masalah di Mercy International High School, juga turut serta masuk ke kelas Fanya.

Alvin menepuk jidatnya, karena berpikir kalau Alvon datang untuk membalas perlakuan Fanya padanya. "Dasar bego! Ngapain lo bawa anak-anak ke sini? Gue bisa urus ini sendiri."

Alvon menatap Fanya, tanpa peduli dengan perkataan Alvin. "Nama lo Zefanya?"

Fanya tidak menjawab pertanyaan Alvon, karena kondisi kelas mereka yang cukup mencekam.

"Fanya? Mi-minta maaf aja, yuk," cicit Gea, yang kini telah berdiri di sisi Fanya.

Fanya mulai berpikir tentang apa yang dikatakan Gea. Ia tidak mungkin beradu jotos dengan Alvin dan Alvon. Selain itu ia juga sudah berjanji kalau ia tidak akan membuat masalah.

Gue harus gimana? Apa gue minta maaf aja? Batin Fanya, merasa bimbang.

Ketika Fanya sedang merasa ragu, Alvin justru merasa senang saat ini. Walau kedatangan Alvon tidak bisa ia prediksi, tapi setidaknya Alvon dan teman-temannya bisa memberikan tekanan pada Fanya.

"Mana tingkah sok berani lo yang tadi?" Tanya Alvin, dengan senyum lebar.

Tanya melirik Alvin dengan tatapan sinis. Baru saja ia ingin membuka mulutnya, Alvon tiba-tiba menyodorkan ponselnya kepada Fanya.

"Tulis nomor Hp lo di situ."

Kata-kata Alvon membuat Fanya dan Alvin langsung memasang ekspresi kaget.

"Lo minta apa, Von?" Tanya Alvin, ingin memastikan.

Sedangkan Fanya masih tidak bisa bereaksi.

"Passwordnya satu sampai enam," lanjut Alvon, tanpa mengalihkan pandangannya dari Fanya. "Gue balik dulu."

Bukan hanya Fanya dan Alvin, tapi seisi kelas Fanya juga dibuat tak bisa berkata-kata.

Alvon, laki-laki paling irit bicara dan ekspresi di Mercy International High School, baru saja meminta nomor ponsel seorang wanita?

Bahkan Fanya yang kini sedang memegang ponsel milik Alvon, tidak bisa berkata apa-apa.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Alvin, laki-laki paling berkuasa di Mercy, baru saja datang untuk membalas dendam.

Sedangkan adik kembarnya, Alvon, laki-laki paling misterius di Mercy, datang hanya untuk meminta nomor Hp?

Fanya tidak bisa berpikir jernih. Tapi yang pasti, ia bisa merasakan kalau kehidupan sekolahnya yang biasa-biasa saja, sedang mengalami perubahan besar hari ini.

"Sial!" Di samping Fanya, Alvin mengumpat karena bingung, lalu pergi meninggalkan kelas Fanya.

Sedangkan Gea yang menyaksikan semua itu, bergumam tak jelas di tempatnya. "Ja-jangan bilang kalau Alvon... sebenarnya... suka sama lo...."

***

Sore readers!!! Udah nunggu updatenya? Gimana bab dua That Should Be Me? Semoga kalian suka ya!

Btw jangan lupa tinggalkan bintang dan komen. ^^



Continue Reading

You'll Also Like

566K 21.7K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
397K 22.1K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
978K 89.6K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...