πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu

[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

1.3K 57 5
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Ini"

"Bibi, memberiku porsi sebanyak ini, ingin membuatku bertambah gendut?"

"Tidak banyak, sebelumnya makan sendiri habis, sekarang sudah bertambah besar dan membawa seorang teman ke kedai Bibi, nikmatilah"

Sekarang Thara duduk dan mengedipkan matanya berulang kali, melihat ke arah makanan yang semakin banyak tersaji di atas meja. Padahal Type hanya memesan Kepiting kukus dan Kerang Hijau Panggang bumbu kemangi. Tapi Bibi pemilik kedai mulai menambahkan hidangan lain seperti Telur dadar udang cincang, Oseng-Oseng, Tom Yam dan semangkuk penuh nasi hangat, membuat seluruh meja penuh dengan makanan. Tidak cukup sampai di sana, pemuda dari wilayah selatan Thailand itu menggunakan *Bahasa Selatan[1] yang sangat cepat sampai Tharn hampir tidak bisa mendengar seluruh kalimatnya.

"Ada apa denganmu?"

"Rasanya tidak pernah mendengarmu berbicara dengan logat daerah begitu"

Rasanya cukup menarik melihat ekspresi wajah Type saat mengucapkan kalimat dengan Logat Orang Selatan pada Bibi pemilik kedai. Terasa sulit memahami, karena Type berbicara dengan kata-kata yang hanya ada di percakapan orang selatan, walaupun sudah dicampur dengan bahasa sehari-hari Thai dan masih mengerti sedikit, tapi rasanya cukup menarik melihatnya terlihat duduk tenang sambil menatapnya berbincang dengan Bibi Pemilik kedai sampai selesai

"Sudah cukup lama tidak menggunakannya , jadi hanya paham saat mendengarkan ucapannya, kalau dipikir lagi, aku memang jarang menggunakannya karena belajar ke Bangkok sejak usiaku 13 tahun, ditambah lagi, di rumah memang jarang menggunakan, jadi hanya bisa menggunakan beberapa kata dalam satu kalimat. Jika ingin mendengarkan yang benar-benar lancar. Coba mintalah Ayah mengatakannya padamu... Kalau ingin mendengar umpatan Orang Selatan seperti apa"

Saat Type menyebut Ayahnya, topik soal logat bahasa ini langsung terhapus, karena Thara langsung saja mengangkat tangannya untuk memegang perut, memperlihatkan ekspresi wajah ketakutan. Melihat ekspresinya Type hanya bisa tertawa keras, lalu mulai mengambil kepiting yang ada di atas meja.

"Saat itu kamu lama sekali di dalam kamar mandi"

Orang yang tadi pagi dibangunkan untuk pergi keluar, masih terbaring dengan perut sakit hanya bisa memutar matanya, lalu menghela nafas berat sambil berkomentar;

"Jelas-jelas Ayahmu berniat membunuhku"

Meskipun tidak pernah mendengar seseorang mati karena makan makanan terlalu pedas, mungkin saja Tharn menjadi satu-satunya orang yang bernasib demikian.

"Ayolah, saat tahu kamu tidak bisa makan pedas begitu, beliau bilang tidak bersungguh-sungguh"

Sang Drummer langsung menimpali;

"Menilik level segitu, pasti sangat bersungguh-sungguh"

Mengingat keahlian Ayah Type membuat makanan yang mampu membakar perut sampai ke tenggorokan, kemarin dia benar-benar merasakan rasanya disiksa seperti apa.

Rasa pedas yang dirasakan membuat kepalanya berdengung sampai pusing, dia bahkan tidak bisa membedakan air mata atau keringat yang menetes di wajahnya.

"Hahaha, aku meminta maaf mewakili Ayah, tapi sialan... Hahaha, Tharn...Tharn. Seandainya saja kelompok Band-mu tahu Phi Tharn, pria yang memiliki bakat alami sejak lahir bermain Drum, terlihat keren dengan putaran tongkat drumnya, hampir merangkak keluar dari kamar mandi, oh, ini benar-benar lucu. Kondisimu benar-benar sangat menyedihkan sejak masuk ke dalam rumah"

Orang yang mendengar ini langsung memicingkan mata ke arah pria yang meminta maaf sambil tertawa keras di dalam warung.

Meskipun terlihat tajam, Tharn tidak benar-benar marah. Karena pria yang menertawakannya merupakan satu-satunya orang yang langsung berlari mencarikan obat saat dia kesakitan, ditambah paginya, dia diam-diam mengganti mangkok yang disajikan dengan Khao Tom miliknya.

Mangkuk Khao Tom yang masak oleh Ayah Type... Berwarna merah menyala, tidak bisa dibedakan itu semangkuk Khao Tom atau semangkuk darah. Jika dia memakan semangkuk Khao Tom dari neraka itu, bisa dipastikan saat ini Thara pasti tidak akan bisa duduk di tempat ini dan hanya terbaring di atas tempat tidur karena rasa sakit yang diderita. Sehingga ketika mereka telah pergi keluar dari rumah, mencari makan di luar, Tharn yang merasa tidak bisa melakukan apapun tanpa kekasihnya ini, hanya bisa menurut. Meskipun Type mengatakan dengan rasa kecewa, sejujurnya terlihat jelas bahwa ekspresinya memperlihatkan kepuasan yang tak terucap saat menatapnya. Meskipun begitu...

Dia satu-satunya orang yang cemas, sangat terlihat cemas.

Tharn yang memikirkan ini tersenyum sambil mengingat kembali kejadian di antara mereka.

Setelah keduanya bersama mengarungi berbagai kisah di tahun lalu, meskipun ekspresi Type tidak banyak berubah, tapi Tharn sekarang tahu bahwa kekasihnya ini telah banyak berubah. Terkadang dia memang terlihat tidak perduli, namun sikap cueknya itu juga memperlihatkan betapa dia begitu perduli padanya. Dia hanya memilih memperlihatkan sedikit perasaannya dari rentetan tindakan.

Walaupun sudah bertahun-tahun bersama dan mulai sudah bisa membaca tindakannya, tapi dia tidak bisa membaca seluruh pemikiran kekasihnya itu. Meskipun begitu Tharn sudah bersedia untuk mempelajari sepanjang sisa hidupnya, seandainya kekasihnya ini terus menerus bertindak keras kepala sepanjang hidupnya.

Seperti sikapnya sekarang, Type mencemaskannya lebih dari yang dilihatnya.

"Menurutku, kamu mendapatkan hukuman yang pantas"

Tharn memalingkan wajah untuk menatap wajahnya saat mendengarnya berbicara sambil meletakkan daging kepiting di atas piring, dia bisa melihat mangkuk tempat sisa cangkang kepiting yang disiapkan oleh Bibi pemilik kedai telah terisi.

"Kamu benar-benar ahli"

Jika orang lain memiliki masalah mengeluarkan daging kepiting dari cangkangnya, Type terlihat tidak bermasalah, karena dalam waktu singkat, dia bisa mengeluarkan semua daging berwarna putih, lembut dari cangkang maupun capitnya dengan hasil yang begitu indah.

"Oh, aku belajar mengupas cangkang sejak kecil. Ayah bilang ini bisa digunakan untuk membuat wanita merasa senang saat memakannya"

Pria yang mendengar ini langsung terdiam. Menatap ke arah tangan pemuda berkulit gelap yang masih tidak berhenti bekerja melepaskan cangkang. Setelah sejenak, Tharn mendongak dengan ekspresi bersungguh-sungguh saat mengatakan kalimatnya;

"Aku minta maaf, seorang wanita yang diharapkan, ternyata malah aku"

"Jangan berpikir berlebihan"

Type mengambil capit kepiting dan mengarahkan capit kepiting yang tajam untuk di dekatkan ke arah pipi wajah Tharn, nada bicaranya terdengar kejam saat berbicara;

"Jangan pernah menyalahkan dirimu karena aku telah berjalan keluar dari kehidupan normalku. Segalanya telah sampai pada titik ini. Aku di sini bukan untuk menyesali keputusan ketika membicarakan hubungan ini pada kedua orangtuaku. Seandainya ini malah membuatmu menjadi gentar, aku akan menusuk matamu dengan capitku!"

Melihat ini, pria yang tidak berpikir sebelum berkomentar tersenyum padanya;

"Aku tidak gentar. Hanya bicara... Kalau aku sangat berterimakasih terhadap seseorang ini"

Pemuda yang mengangkat tangan sudah memperlihatkan emosinya, sehingga Tharn buru-buru menatapnya saat mengatakan kalimat. Melihat ini anak dari wilayah selatan itu memperlihatkan tawa, kemudian meneruskan berbicara;

"Bukankah kamu mengatakan tetap akan berada di sisi orang ini apapun yang terjadi, sekarang orang ini sudah berada di sisimu. Kamu seorang pria 'kan"

Sang Drummer tersenyum, memasukkan pemikiran sesaat ke dalam hatinya. Seperti yang Type katakan, mereka telah melewati banyak hal, karena sudah berada pada titik ini, mereka tentunya tidak akan bisa kembali lagi.

"Kamu pastikan untuk bisa bertindak sampai akhir... Mengerti Phi Tharn. Aku menyukaimu Phi, jadi jangan membuatku jengkel, oke?"

Walaupun Type berbicara dengan nada bosan, dia masih menunduk sambil sibuk mengupas cangkang, bersikap manis untuk meletakan makanan itu di depan Tharn, terlihat begitu imut. Seandainya sekarang mereka tidak di tempat publik, prianya ini pasti sudah mencuri ciuman darinya.

"Tapi, jika membicarakan penyesalan. Ada satu hal yang membuatku menyesal"

"Hm?"

Hati pendengar langsung mencelos.

Sehingga Type mengungkapkan pemikirannya;

"Ini soal sahabatku yang pernah kukatakan padamu"

Tharn hampir menghembuskan nafas lega secara terang-terangan. Karena ternyata kekasihnya menyatakan tidak menyesal berhubungan dengannya, jadi dia merespon;

"Oh, soal temanmu yang itu"

"Em, aku ingin meminta maaf karena telah membuatnya marah"

"Jadi, kamu ingin membawaku menemui sahabatmu?"

Pria berwajah blasteran itu mengulang perkataan kekasihnya, membiarkan anak berkulit gelap mengangguk. Ekspresi wajah ceria yang diperlihatkan sebelumnya perlahan-lahan telah berubah menjadi lebih serius, kedua alisnya saling terjalin, dan ekspresi tegang terlihat, membiarkan orang yang menatapnya sadar dia sedang memikirkan kawan yang sedang dibicarakan ini

Sahabat masa kecilnya mengaku bahwa dia adalah Gay, tepat setelah Type mengumpat pada seorang pria Gay...

Type selalu merasa bersalah setelah kejadian itu.

"Sejujurnya, kamu ingin aku datang karena masalah ini juga, bukankah begitu?"

Mendengar pertanyaan ini Thiwat hanya terdiam sejenak sambil menundukkan wajah menatap ke arah piring nasinya, kemudian menghela nafas berat lalu mengaku;

"Sejujurnya, jika dibandingkan dengan bertemu orang tuaku, aku tidak merasa setakut ini jika harus bertemu Khom... Dia satu-satunya seorang gay yang mau mendengarkanku, mendengarkan seberapa parah hinaanku yang tidak pernah tahu bahwa aku telah menghinanya juga. Aku ingin minta maaf, tapi jujur, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan saat pergi menemuinya"

"Kamu tidak usah takut, lakukanlah...Kekasihku ini orang yang blak-blakan bukan. Mata balas mata, gigi balas gigi, bukankah begitu?"

Tharn tersenyum sambil menatap pada pria yang memandang ke arahnya, mengucapkan motto yang selalu berada di dalam hatinya untuk di dengar olehnya.

Type merupakan anak yang terang-terangan. Ketika memutuskan untuk membawanya bertemu dengan temannya begini, ini sama artinya dengan menyatakan perasaan yang sebenarnya pada teman masa kecilnya

"Itu benar, kenapa aku harus takut?"

"Em, kenapa kamu takut? Dari semua orang, aku inilah yang memilikimu"

Saat Pemuda blasteran itu berbicara dengan sedikit serius, orang yang mendengar terlihat tertegun sejenak, kemudian menatap padanya, lalu tertawa;

"Kamu mengatakan ini untuk membesarkan hati, atau sedang pamer karena akan membawa orang tampan untuk diperkenalkan. Bagaimana bisa kamu tahu dia tidak akan marah?"

"Mau tampan atau bukan. Toh aku tidak perduli. Karena yang pasti, aku satu-satunya orang yang kamu miliki"

Tharn mengucapkan kalimat tepat di tengah kedai dimana mereka sedang makan, membiarkan Thiwat membelalakkan mata sambil melihat ke sekitar, melihat ini Thara mengangkat kedua ujung bibirnya dan meneruskan berbicara;

"Jangan menghargai begitu, kalau merasa puas dengan apa yang kukatakan"

Sebelum bisa melontarkan kata untuk membalas kekasihnya, Tharn sudah berbicara lebih dulu, membiarkan Type mengumpat;

"Dasar brengsek!"

Kata 'berharga' ini telah didengarnya berulang kali, tapi semakin mendengarkan, semakin membuatnya merasakan cinta yang sulit diucapkan.

Dulu, jika bersikap begini Type akan mencari masalah sambil mengumpat padanya. Namun sekarang Tharn mendapatkan senyuman darinya.

"Em, Ingatlah hatimu satu-satunya itu milikku"

Dengan cepat Type menjawab untuk meningkatkan suasana hati mereka, berbicara dengan nada percaya diri. Membiarkan Thara menatapnya. Pandangan kedua matanya yang pernah menatap dingin ke arahnya, sekarang hanya menyisakan kehangatan

Saat Es yang dingin bertemu dengan panas, maka akan mencair dan berubah menjadi air... Ini mirip seperti Tharn dan Type.

Meskipun Tharn sebalok es, dan Type sepanas api. Mereka sudah tidak lagi saling menyerang satu sama lain, namun saling bersatu untuk membuat suasana menjadi hangat... Mampu menghangatkan hati mereka.

"Bukan hanya hati"

Tharn berbicara sambil terdiam sejenak, kemudian meneruskan;

"Seluruh pikiran, hati, bahkan tubuhku, semuanya hanya milik satu orang"

Pria blasteran itu mengatakan kalimat dengan penuh perasaan, membiarkan orang yang melihat benar-benar kehabisan kata-kata, setelah sejenak sama-sama terdiam, mereka terlihat akan mulai kembali makan, namun Type sudah meletakkan seekor kepiting di piring daging yang telah dikupas, lalu bicara;

"Buka sendiri cangkangnya, kamu tidak perlu banyak bicara. Apa-apaan sih! Membuatku malu saja!"

Wajah Thara memperlihatkan bahwa dia baru saja melihat sesuatu yang sangat menguntungkan baginya, walaupun harus berhadapan sekali lagi dengan makanan pedas dia bersedia, dia hanya membatin;

Type, toh kamu adalah orang yang paling imut bagiku

***

Setelah melahap makan siang yang enak sampai perut buncit, dan rasa percaya diri seolah kembali penuh. Type mengendarai sebuah sepeda motor sambil memboncengkan tamu spesialnya untuk pergi ke depot taksi setelah menyusuri pantai. Kepercayaan diri yang dimilikinya secara drastis berkurang saat memikirkan terakhir kali mereka bertemu teman masa kecilnya.

Pada akhir libur semester lalu, Type mengatakan kalau pria gay di seluruh dunia seharusnya mati, namun dia juga baru tahu kalau satu-satunya sahabat yang dekat padanya ternyata menyukai laki-laki. Sehingga selama sisa masa liburan saat itu, dia tidak berani bertemu muka dengannya. Dan kali ini, setelah bisa sepenuhnya menerima dirinya, sekarang dia merasa saatnya untuk memperjelas pertikaian yang terjadi di masa lalu.

Dia tidak ingin kehilangan sahabat baik sepertinya hanya karena preferensi jenis kelamin

"Tharn..."

Kali ini Thiwat terlihat enggan dan tidak berdaya, sampai akhirnya bisa merasakan sebuah telapak yang menepuk bahunya , membuatnya memutar kepala untuk menatap wajah kekasihnya sejenak. Dia menemukan pria yang berada di belakangnya sudah turun dari  motor, berdiri di sebelahnya sambil tersenyum;

"Bukan hanya kamu yang takut, dia mungkin saja takut kalau kamu akan marah padanya"

Type langsung melihat ke arah mata kekasihnya menatap, mereka menemukan Kom sedang berdiri di dalam bangunan, tertegun sejenak menatap ke arah mereka dengan pandangan pucat. Seolah tidak percaya bahwa Type akan muncul di depan tempatnya seperti ini.

Lakukan saja

Pada akhirnya Type memutuskan untuk berjalan ke depan, menuju ke tempat seseorang yang sudah berdiri, memperlihatkan ekspresi janggal;

"Em, Type. Sudah libur kuliah? A... Aku..."

"Apa kamu ada waktu? Aku ingin berbicara denganmu"

Saat melihatnya berbicara begini, Kom tertegun sejenak, meskipun begitu dia paham, setelah itu terdiam dan hanya mengangguk.

Type berbalik untuk memberitahu Tharn;

"Tunggulah sebentar, pembicaraan ini tidak akan lama"

Tharn mengangguk untuk merespon ucapannya, dan berdiri di tempatnya, sedangkan keduanya mulai berjalan ke arah berlawanan menuju pantai berpasir

"Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja 'kan ..."

Kom yang pertama membuka pembicaraan, sehingga Type menjawabnya;

"Baik. Sebenarnya, ada satu masalah sih, tapi bagaimana kabarmu?"

"Em... Baik juga"

Type tahu suasana diantara mereka mulai terasa canggung, padahal sebelumnya mereka saling bertingkah konyol sambil merangkul leher, entah kemana sikapnya yang begitu

Sekarang Kom terlihat tidak berani berdiri di sebelahnya, dia bahkan menjaga jarak seolah ada batas diantara mereka. Type tidak terkejut melihat ini karena dia pasti sedang membangun dinding untuk melindungi dirinya.

"Apa itu temanmu dari Bangkok?"

Kom melihat ke arah Tharn yang melihat mereka berdua berjalan beriringan. Mendengar ini Type langsung berhenti, kemudian menatap ke mata sahabatnya sambil bertanya;

"Tertarik?"

"Hei, aku tidak begitu, tidak. Bukan itu maksudku"

Kali ini Kom terlihat panik, mungkin dia sedang berpikir bahwa Type pasti memandang rendah padanya, mungkin mengira seluruh gay akan berhubungan dengan sesama gay. Jadi pastinya tertarik. Namun pertanyaan yang terlontar itu bukan yang dimaksud oleh Type, sehingga dia memalingkan wajahnya perlahan untuk mengatakan pemikirannya yang sebenarnya;

"Aku tidak sedang berpikir seperti yang kamu pikirkan, hanya perlu tahu, aku harus merasa cemburu atau tidak"

"Hah! Cemburu?!"

Kom terkejut mendengar ini, dia langsung berpaling menatapnya dengan mata terbelalak sambil menarik nafas tertahan. Kemudian memalingkan wajah ke arah Sang Drummer yang sekarang sedang menatapnya seolah siap memberikan penghakiman jika menyentuh kekasihnya.

"Oh, itu pacarku"

Aku sudah memperumit masalah, sehingga harus belajar mengudari masalah

Pria yang berpikir begini mengatakan kalimat dengan tegas, ekspresi wajahnya pun terlihat serius membiarkan orang yang mendengar hanya bisa membelalakkan mata, menatap ke arah penampilannya dari ujung rambut sampai kaki seolah ada kejanggalan di sana, sampai Kom bertanya ulang, bersikap seolah salah mendengar ucapan;

"Kamu bilang... Pacarmu... Pria"

"Em. Pacarku pria tulen... Seorang pria. Aku yang pernah membenci gay, sekarang mencintai seorang pria"

Type mengatakan seluruh kalimatnya dengan lancar, menatap ke arah sahabatnya yang tercengang di tempatnya. Menyisakan suara debur ombak dan angin berderu kencang di pantai. Keduanya untuk sejenak saling memandang satu sama lain, sehingga Type yang pertama berbicara;

"Aku minta maaf Kom, untuk segalanya dimasa lalu. Untuk kata-kata sialan dan sikap menghakimi yang kutunjukan, membuatmu merasa buruk. Aku hanya ingin mengatakan padamu, kalau aku tidak pernah bermaksud menyakitimu"

Type berbicara dengan nada bersungguh-sungguh sambil menangkap pandangan matanya, membiarkan orang yang diajak bicara tahu bahwa dia telah menerima kesalahan, bahkan mulai berpikir untuk mengatakan banyak sekali kata-kata, tapi dia tidak dapat mengutarakannya.

"Tapi kamu...masih..."

Saat ditanya begini oleh Kom, Type tidak terkejut menatap reaksinya. Dia memang masih sangat jijik bahkan masih belum sepenuhnya beran mengatakan kalau dirinya adalah seorang gay

"Em, aku masih benci"

Kom langsung menutup mulutnya. Tubuhnya sekarang terlihat menegang

"Sekarang aku masih belum bisa 100 persen menghilangkan pandangan picikku, tapi Tharn telah mengajariku, kalau tidak semua gay itu buruk. Paling tidak ada satu yang tidak begitu"

Teman masa kecilnya tetap berdiri di tempatnya, sedangkan Type memalingkan wajah untuk melihat ke arah pria yang berdiri terlihat kecil di kejauhan, sedang menatap mereka sambil melambaikan tangan ke arahnya, membiarkan senyuman tipis terlihat di bibirnya;

"Aku tidak bersama dengannya karena alasan jenis kelamin. Aku hanya tahu, aku mencintainya. Aku ingin berhubungan dengannya, dan dia mengajarkanku, jika jenis kelamin ini dihilangkan, bukankah bisa melihat dengan pandangan yang lebih luas? Dan yah, aku memang bisa melihat dunia tidak sesempit sebelumnya. Aku sekarang mengerti, tidak perduli mau kulit putih atau hitam, mau baik atau buruk, mau sesama atau berbeda jenis kelamin. Apapun itu. Saat menyadari dialah orangnya... Aku tidak bisa lari darinya"

Cukup membicarakan tentang Tharn, Type terlihat lebih lancar berbicara dari sebelumnya, ditambah dia telah diberi keberanian untuk membicarakan masalah ini sampai akhir.

"Dan aku tahu, kamu pasti tidak tahan mendengar umpatan yang biasa kukatakan 'kan, aku benar-benar minta maaf... Bisakah kamu memaafkan pemikiran dan perkataanku?'

". . ."

Kom tetap di tempatnya sambil menatap ke arah Tharn sejenak sebelum beralih menatap pada Type, lalu menghembuskan nafas panjang. Kemudian bicara;

"Pacarmu itu pasti sangat baik sampai mampu merubah pandangan sempitmu itu"

Kata-kata ini membuat pria yang mendengar tertawa;

"Rasanya begitu melelahkan, lebih dari yang kubayangkan"

"Aku benar-benar menghargai ini"

Kom masih membahas masalah yang sama sambil tersenyum... Memperlihatkan senyuman lega.

"Kamu tidak perlu meminta maaf, aku sempat berpikir mungkin kamu tidak berniat mengumpat padaku. Terima kasih sudah mau kembali berbaikan, kupikir aku akan kehilangan sahabatku. Kupikir...."

Kom berbicara sambil membuat ekspresi seperti ingin menangis. Dia pasti merasa takut selama enam bulan ini, karena setelah mendengar umpatan itu dia berpikir Type akan memutuskan hubungan pertemanan mereka. Type menggelengkan kepalanya dan langsung menimpali ucapan;

"Akulah yang merasa bersyukur kamu masih mau berbicara padaku"

"Tidak Type, tidak. Aku tidak pernah marah padamu. Bagaimanapun juga, kamu adalah sahabatku"

Type merasa momen permintaan maaf ini merasuk di dada, perasaan berat yang sebelumnya ada sekarang tanpa bisa dipercaya terasa begitu ringan. Dia menatap pria yang sangat cemas tidak akan dimaafkan olehnya, sedang menyeka air matanya, setelah itu meninju pelan tubuhnya. Type terlihat tersenyum sambil meninju balik kawannya. Tanpa perlu banyak penjelasan, keduanya sudah saling paham, permasalahan yang terjadi telah usai. Karena terkadang sebuah masalah memang sebaiknya tetap tenggelam di masa lalu dan mulai dari awal lagi.

"Perkenalkan pacarmu itu"

Kom langsung merubah topik pembicaraan mereka, membiarkan Type mengangkat kedua ujung bibirnya;

"Kamu masih belum menjawab pertanyaanku 'kan, kamu tertarik padanya atau tidak. Aku perlu menimbang ini sebelum memperkenalkannya padamu"

Type tersenyum sambil memalingkan wajah ke arah pacarnya yang berdiri di kejauhan sejenak, kemudian dia berbicara pelan pada sahabatnya;

"Terimakasih Kom, terima kasih karena tidak membenci"

Suara Type terdengar gemetar saat mengatakan ini, namun Kom menjawab;

"Sama-sama, aku merasa senang karena telah kembali berbaikan"

Mungkin perasaan Type sama dengan temannya, mereka hanya takut berakhir saling membenci, takut yang satu marah dan takut yang satu tidak bisa menerima. Namun mereka tidak ingin mengakhiri tali persahabatan mereka. Jadi cukup menghilangkan dinding pemisah diantara mereka, karena mereka ternyata sama-sama merasakan adanya dinding tersebut saat bersama.

Sahabat, mau preferensi jenis kelaminnya apa, dia tetaplah sahabat.

Orang yang memikirkan ini tidak sadar bahwa pandangan mata sahabatnya terlihat bersedih, Kom hanya memperlihatkan senyuman samar saat bicara;

"Aku tidak tertarik dengan pacarmu. Aku hanya ingin tahu siapa orang yang telah mendapatkan cinta pertamaku"

Pemuda itu mengatakan kalimatnya sambil menatap warna laut biru kehijauan, berbicara pada dirinya sendiri.

Dalam beberapa hari kemudian, sepertinya mimpinya itu akan jadi kenyataan. Dia akan datang ke sebuah pulau impian untuk memperkenalkan kekasihnya pada seseorang yang selama ini berada di sampingnya

Tunggulah Type, aku akan pamer padamu juga.

***

"Temanmu itu, orang yang baik"

"Kenapa, apa kamu menyukainya?"

"Bukan"

"Yakin? Tunggu, kamu pernah bilang suka orang yang berkulit sama sepertiku. Kom pasti masuk ke kategori pria kesukaanmu 'kan!"

Kedua pemuda itu baru saja turun dari motor, saat Tharn membuka pembicaraan lebih dulu , si pendengar langsung memalingkan kepala, memicingkan matanya sambil berbicara menuduh. Melihat asumsinya yang seperti ini Thara hanya bisa menggelengkan kepala;

"Itu 'kan sudah berlalu. Sekarang kategori kesukaan hanya ada satu orang. Kalau orang lain, aku tidak mau"

Ucapan yang terlontar ini terdengar tajam dengan pandangan tajam yang tegas. Meskipun begitu, jelas jika tidak ingin saling bertengkar memang harus berbicara begitu, sehingga Type yang melihat ini hanya bisa tersenyum lebar ke arahnya dengan terlihat puas.

"Jangan berpikir macam-macam, atau aku tidak akan membawamu kabur"

Tuk

Begitulah, Tharn hanya menatap kedua mata tajam yang memandangnya, membiarkan si pengancam mendengus sambil memasuki rumah lebih dulu, sedangkan Tharn buru-buru mengikuti di belakang, berbicara padanya;

"Hei, kamu mau kemana, selesaikan dulu ini Type..."

"HEI, BERANI-BERANINYA MEMBENTAK ANAKKU?!"

Ini bukan waktu yang tepat untuk meluruskan kecurigaan

Type yang terlihat tidak mau dengar penjelasan kekasihnya berpikir begini, sedangkan Tharn langsung memalingkan kepala untuk menangkap pandangan mata Ayah Type, menelan ludah sambil terlihat cemas karena sekarang Ayah Thiwat ini sedang berdiri sambil memegang golok untuk membuka kelapa, ditambah lagi, berjalan ke arahnya

"Tidak Ayah, kami hanya saling bicara"

"Hah! Pasti berdebat dengannya 'kan! Bersikap begini karena tidak melihat Ayah akan datang 'kan?!"

Pria paruh baya itu bicara dengan nada marah membiarkan Tharn yang menatapnya seperti mau mati, untuk maju menghadapinya.

"Ayah benar-benar berniat menghalangi sampai begini?"

"Benar, aku tidak ingin menantu pria, aku mau seorang bayi!" [Bikin sendiri ajalah Pak De, ngapain susah(*^∀゚)ъ]

Ayah Type menjawab dengan nada yang kuat sambil mengalihkan pandangan tajamnya ke arah Thara, mengacungkan golok kelapa ke depan tubuhnya sambil meluapkan amarah. Melihat ini Pemuda blasteran hanya bisa berjengit kaget.

"Bagaimana Phi tahu kalau kita akan mendapatkan menantu pria?"

Di saat seperti ini, pahlawan yang asli datang. Ibu dari anak berkulit gelap berbicara ringan untuk menengahi suasana, melangkah tepat di tengah-tengah kedua kubu

"Soalnya, dia 'kan pria. Type membawa pria itu kemari, jadi menurutmu, dia akan jadi istri Type?"

"Kalau memang Phi hanya menginginkan mempelai wanita"

Kali ini kedua pasutri itu yang bertengkar. Membiarkan kedua pemuda di sana tetap berdiri di tempatnya sambil menatap satu sama lain. Tidak ada satu dari mereka yang bisa ikut campur, karena takut kalau mereka ikut campur bisa-bisa kedua orang dari mereka membawa buket bunga saat pernikahan nanti

"Oh, pokoknya aku mau menantu wanita!"

Ayah Type masih bicara dengan keras kepala, membiarkan istrinya mengatakan satu kalimat lagi padanya;

"Bagaimana kalau kita sebenarnya punya mempelai wanita?"

"Apa maksud ucapanmu?"

"Phi lupa Type 'kan juga pria. Kalau Tharn bukan jadi mempelai pria, lalu mengusirnya seperti ini, kemudian terjadi sesuatu pada anak kita bagaimana? Anak kita 'kan bisa rusak. Kamu sebaiknya memikirkan ini juga, lalu bagaimana caramu mengumpulkan uang untuk maharnya?"

Klang

Pria paruh baya yang mendengar ucapan ini langsung menjatuhkan golok kelapa di atas tanah. Matanya terbelalak karena terpukul, sepertinya dia tidak pernah memikirkan situasi semacam itu sebelumnya.

Benar juga, anakku hanya punya dia. Dia hanya menginginkan pria itu. Lalu, siapa yang jadi istri di sini?

Pemikiran ini membuat Ayah Type berpaling untuk menatap anak laki-lakinya.

"Ayah, terimalah ini. Dia ini sudah rusak"

Type melingkarkan lengan di leher Tharn, berbicara dengan nada simpati sampai pria rusak di sebelahnya tidak tahan untuk membuka mulut untuk membantah, tapi...

Buk

"Aw!"

Type menggunakan sikunya dengan keras untuk memukul punggung kekasihnya diam-diam, sampai pria itu terdiam dan hanya memalingkan wajah untuk menatap senyuman yang siap melawan

Baiklah, mengatakan pertukaran kepemilikan daripada diusir dari rumah 'kan

Pasangan muda ini terdiam sejenak, membiarkan Ayah Type yang tangannya lemas berseru;

"Baik, jadi kamu istri prianya?!"

"Ayolah, Phi bisa menerimanya 'kan"

Ibu Type berbicara dengan nada penuh simpati sambil menyentuh pundak suaminya. Membiarkan pria bertubuh hitam dan berkulit gelap itu sudah seperti bola api, dan menggertakan gigi, memberikan peringatan;

"Baik, kalau dia mendapatkan istri seorang pria, aku bisa menerima. Tapi kalau pria itu yang merusak anak kita, dia yang akan menanggung akibatnya. Tidak perduli mau jadi pria atau wanita sekalipun!"

Ayah Type menyatakan kalimatnya dengan nada kasar, membiarkan Tharn membeku sambil mendengarkan kata-kata Ayah Type selanjutnya;

"Tapi, kalau terbukti anak kita yang ternyata seorang istri. Aku sendiri yang akan membunuh suaminya ini... Type katakan, posisimu suami atau istri!"

Pertanyaan ini membiarkan anak laki-lakinya tersenyum, lalu...

"Lari Tharn, kamu mau berdiri di sana sampai ayahku mematahkan lehermu?!"

Begitulah

Type segera merebut lengan Tharn dengan kuat, membawanya untuk melarikan diri keluar rumah dengan refleksi tubuhnya yang ringan, sedangkan Ayah Type mengejar keduanya sambil merasa sangat membutuhkan jawaban dari mereka berdua, tapi kedua pemuda itu sudah melompat di atas sepeda motor, membiarkan Ayah Type mendengar teriakan...

"Malam ini tidak pulang, mau melakukan kegiatan suami-istri di luar ruangan. Di rumah takut orang tua mengintip. Kami pergi dulu Ayah, terimalah ini. Type tidak akan putus"

Setelah selesai bicara, Type memutar kunci dan langsung tancap gas, sedangkan Thara yang sudah membonceng di belakang hanya mengangkat kedua tangan untuk memberikan penghormatan, menambahkan ucapan sambil berteriak;

"Jagalah dirimu, Ayah"

Terdengar suara teriakan membalas;

"AKU BUKAN BAPAKMU! KEMBALI KEMARI BOCAH TENGIK!"

Mendengar ini Type tertawa keras, sedangkan Tharn hanya menggelengkan kepalanya, terlihat lelah.

***

Plek

"Oh, ternyata jatuh cinta padamu tidak mudah"

Tharn menyandarkan kepala di bahu kekasihnya.

"Baru tahu?"

Type membalasnya, membiarkan pemuda yang mendengar tertawa, kemudian menggunakan kedua tangan untuk memeluk pinggangnya.

"*Rasanya sudah tahu sejak lama, tapi aku pokoknya tidak ingin berhenti mencintai[2]"

"Kalau terlalu lancar, aku akan membencinya"

"Membenci..."

"Cobalah berpikir pertanyaan tentang *pasangan[3] yang terus ditanyakan seolah dugaannya akurat"

Tharn terlihat tersenyum lebar saat mendengar ini,

"Baru saja siapa yang terlihat tidak tertarik ikut-ikutan untuk kabur?"

"Siapa yang bilang tidak mau ikut, aku 'kan cuma tanya. Kalau kamu tidak berpikir begitu, akupun tidak mau"

Saat Type berbicara begini, Tharn memang selalu mengikuti.

"Jadi atau tidak?"

"Jadi!"

Jawaban yang terdengar jelas dan lancar ini membuat pemuda dari wilayah selatan itu tertawa, namun kemudian bertanya;

"Kalau begitu, kemana kita akan pergi?"

"Oh, soal itu. Karena tidak bisa pulang ke rumah. Kita bisa tinggal di penginapan lain, tapi tidak tahu akan dapat kamar atau tidak. Kalau menginap di pantai ini bagaimana Tharn?"

Pertanyaan sederhana dilontarkan sambil berpikir kemungkinan besar pria yang mendengar akan menolak idenya. Namun ternyata...

"Terserah, selama bersamamu"

Nada bicara manis ini membuat anak dari wilayah selatan itu mengerucutkan bibirnya;

"Ayolah, jangan menyandarkan kepala begini"

"Tapi aku suka menggodamu begini"

Suara yang membalasnya membuat Type terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya tertawa. Karena dia tidak menyangka orang itu akan bereaksi cepat dengan langsung membicarakan maksud hatinya

Saat tidak bisa pulang ke rumah, aku melihat laut di atas pantai bersama Tharn sepanjang malam seperti ucapan para gadis. Walaupun hanya begini, dan hanya memilikinya, dimana saja rasa akan sama saja.

Benar, hanya memiliki Tharn, orang yang pernah Thiwat benci. Rasanya begitu mengagumkan mengenalnya. Namun perasaannya itu tidak akan bisa diungkapkan, jadi hanya bisa disimpan dalam hati, begitu 'kan?

_TAMAT_

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] Logat daerah Orang selatan Thailand disebut 'Bahasa Selatan' . Orang-orang di perbatasan ini lebih suka menggunakan Bahasa Yawi/Jawi(Disebut juga Melayu Pattani yaitu percampuran Bahasa Thai-Melayu(logat Kelantan)),bahasa ini sering ditemui di daerah paling selatan Thailand, yang berbatasan dengan Malaysia)

*[2] Di kalimat ini Tharn berbicara dengan menggunakan 'หนู' (Hnu) = Aku dalam bentuk cute, yang artinya pakai nada anak-anak saat mengatakan kalimatnya

*[3] คู่(kôo): Pasangan, bisa digunakan untuk menunjuk pasutri

Continue Reading

You'll Also Like

576K 50.9K 84
Judul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zha...
2.2M 10.3K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
134K 14.8K 124
Penulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved...
378K 22.4K 34
Setelah tamat dari SMA Amona memutuskan untuk melanjutkan study nya ke Prancis, ia ingin menekuni kegemarannya dalam membuat dessert. Pulang dari...