CERITA AMIR

By Ramdan_Nahdi

217K 27K 1K

Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa... More

Pintu Gerbang
Teror Penunggu Pohon Kersen #1
Teror Penunggu Pohon Kersen #2
Kuntilanak Waria
Numpang Lewat
Terjerat Pinjaman Online
Jangan Kau Menabur Garam di Atas Luka
Salah Jalan - Nyasar ke Kandang Jin
Nasi Goreng Berdarah
Berteman Dengan Genderuwo
Tuyul Kiriman
Aku Yang Terbaring di Bawah Bangku Taman
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #1
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #2
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #3
Anak Kecil di Kuah Soto
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #4
Rambut di Mangkuk Mie Ayam
Jambak Rambut Kuntilanak
Memutus Jerat Pesugihan #1
Memutus Jerat Pesugihan #2
Hantu TikTok
Memutus Jerat Pesugihan #3
Aku Hanya Ingin Sehelai Benang
Memutus Jerat Pesugihan #4
'Boneka Mampang' di Taman Rumah Sakit
Lambaian Tangan Kuntilanak di Depan Warung Makan
Memutus Jerat Pesugihan #5
Memutus Jerat Pesugihan #6
Wanita di Tengah Rel Kereta
Kakek di Gerbang Pemakaman
Memutus Jerat Pesugihan #7
Apa Salah Saya?
Mati Sendirian
Sosok Hitam di Kedai Kopi
Lupa Lepas Susuk #1
Lupa Lepas Susuk #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #1
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #3
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #4
Anak Tumbal Pesugihan #1
Anak Tumbal Pesugihan #2
Anak Tumbal Pesugihan #3
Anak Tumbal Pesugihan #4
Anak Kecil di Pinggir Pantai #1
Anak Kecil di Pinggir Pantai #2

Anak Kecil di Pinggir Pantai #3

5.6K 591 72
By Ramdan_Nahdi

Aku kembali berkonsentrasi, memanggil si Kingkong yang menjadi harapan terakhir.

"Tidak mau, Mir. Saya malas!" ucapnya saat muncul.

"Belum ditanya udah jawab duluan."

"Saya tau apa yang mau kamu tanyakan."

"Biasanya kamu kasian kalau liat anak-anak terlantar."

"Saya emang kasian, tapi malas."

"Bilang aja gak bisa."

"Masuk ke dalam Kerajaan itu tidak begitu sulit."

"Coba buktikan!"

"Saya sudah bilang malas."

"Ih, dasar."

"Kamu tunggu sebentar saja, nanti akan ada yang datang. Saya pergi dulu," ucapnya lalu menghilang.

Tak lama, terlihat kuda putih mendekat. Arahnya dari tengah laut. Kuda itu ditumpangi oleh seseorang. Namun, bukan orang yang kukenal.

"Ayah!" teriak Deri saat kudanya sudah sangat dekat.

"Deri!" Ia turun dari kuda, kemudian memeluk anaknya.

"Makasih, Mir," ucap Mang Genta lalu menghilang.

Aku memperhatikan kuda putih di hadapan. Sepertinya pernah kulihat sebelumnya. Bukankah ini kuda milik ....

"Kakek!" ucapku saat Kakek Yaman berjalan ke arahku. Di dekatnya ada banyak dayang dan pengawal kerajaan.

Kakek Yaman tersenyum padaku. "Ke mana si anak nakal?" tanyanya.

"Siapa, Kek?"

"Aku di sini, Kek!" sahut si Kingkong dari atas pohon kelapa.

"Sudah tidak perlu mengantar saya," ucap Kakek Yaman pada dayang dan pengawal kerajaan. Mereka pun memberi salam, lalu kembali ke kerajaan.

"Amir masih belum bisa merasakan kehadiran Kakek. Dasar anak lemah!" ledek Si Kingkong.

"Bukannya kakek ada di Yaman?"

"Anak nakal itu yang panggil kakek." Kakek Yaman menatap si Kingkong.

"Pantes dia males. Ternyata udah manggil kakek duluan."

"Kakek terpaksa datang, daripada nanti dia mengacau."

"Emang suka bikin kacau tuh, Kek. Marahin aja." Satu hal yang paling kusuka saat Kakek Yaman datang adalah si Kingkong tidak bisa berkutik. Kutatap Deri dan ayahnya yang sedari tadi berpelukan.

Sebuah gambaran muncul, ayahnya sedang berenang mencari bantuan. Namun, bantuan tidak juga datang. Saat ia kembali ke tempat Deri, anaknya sudah menghilang. Aku bisa merasakan bagaimana perasaannya. Sakit hati dan sangat sedih.

Ia mencoba bertahan hidup dengan mengambang di tengah lautan. Sayangnya itu tak bertahan lama. Lelah fisik maupun psikis membuatnya lemah. Sebelum bantuan datang, serbuan ombak besar sudah membawanya ke dasar lautan.

"Sudah saatnya kamu kembali," ucap Kakek Yaman pada Ayah Deri.

"Kembali?"

"Iya, dia harus balik ke kerajaan," sahut Si Kingkong.

"Loh? Bukannya kakek udah bebasin dia?"

"Kakek hanya mengantar dia bertemu anaknya untuk terakhir kalinya. Setelah itu, dia harus kembali ke kerajaan."

"Apa gak bisa tinggal sama anaknya aja, Kek."

"Tidak bisa, karena dia sudah terikat janji untuk mengabdi di kerajaan."

"Kalau bawa anaknya ke kerajaan?"

"Itu juga tidak bisa, Amir. Ada-ada saja!" sahut Si Kingkong.

"Lalu, gimana nasib anak ini? Kasihan di sini sendirian," ucapku.

"Kamu tidak perlu khawatir, nanti saya antarkan ke suatu tempat," balas Si Kingkong.

"Kek, boleh Amir tau tempatnya di mana?"

Kakek Yaman menatap ke arah si Kingkong. "Boleh, nanti kamu ikut saja. Sekarang kakek harus mengantar ayah anak ini lagi."

Kakek Yaman memanggil kudanya. Kemudian naik bersama Ayah Deri. Dengan cepat, mereka melesat ke arah lautan, lalu menghilang. Kini hanya tinggal aku, Deri dan si Kingkong.

"Kamu mau ikut?" tanya Si Kingkong.

"Iya."

"Baiklah." Si Kingkong memegang tanganku dan Deri. Dalam sekejap, kami sudah berpindah tempat ke sebuah pegunungan.

Si Kingkong terus membawaku, hingga tiba di depan sebuah padepokan. Di sana, terlihat banyak anak-anak kecil sedang bermain.

Seorang Kakek tua berbaju serba hitam berjalan menghampiri. Si Kingkong memberi salam. Disambut senyuman hangat oleh sang Kakek.

"Sekarang kamu tinggal di sini, biar bisa bermain bersama teman-teman lainnya," ucap Si Kingkong seraya melepas pegangan tangannya. Deri pun berlari ke sekumpulan anak-anak yang sedang bermain.

"Semoga dia betah di sini," ucap si Kakek.

"Yuk!" Si Kingkong mengajakku kembali. Namun, sebelum kami meninggalkan tempat itu. Aku sempat melihat ada anak kecil yang sepertinya kukenal. Puput.

Wus!

Dalam sekejap aku sudah kembali ke pinggir pantai. "Jadi, itu tempat kamu membawa anak-anak tumbal pesugihan?" tanyaku.

"Iya."

"Tempat apa itu?"

"Tempat mereka belajar ngaji."

"Aku baru tau ada tempat seperti itu."

"Lain kali, kamu minta kakek untuk diajak ke Yaman. Di sana, banyak tempat seperti itu."

"Kenapa tidak kamu saja yang mengajakku?"

"Saya malas ajak anak kecil yang merepotkan."

"Ah, bilang saja tidak bisa."

"Terserah kamu. Sekarang saya mau pergi dulu." Si Kingkong pun menghilang.

________

"Lama amat, Mir?" tanya Wildan saatku membuka mata.

"Sorry, susah negosiasinya," balasku.

"Tuh bocil dah ketemu ayahnya?"

"Udah."

"Beuh, berasa acara tipi jadul. Tali Kasih!"

"Terus anaknya sekarang kok ngilang, Mir? Tadi masih ada," tanya Hendra.

"Udah dibawa pergi sama si Kingkong. Biar gak keliaran di sini."

"Pantesan. Ngomong-ngomong, tadi siapa yang naek kuda putih, Mir?" tanya Hendra.

"Kakek Yaman."

"Oh, cuman keliatan cahayanya aja. Tapi gw kagak bisa liat mukanya."

"Emang begitu. Kadang anak Indihome belum tentu bisa liat penjaga orang lain. Biasanya yang keliatan cuman cahayanya aja."

"Begitu toh. Padahal gw penasaran pengen ketemu Kakek Yaman."

"Gw juga penasaran pengen liat si Kingkong," sahut Wildan.

"Hati-hati, Dan. Dia jago nyamar jadi makhluk serem terus masuk ke mimpi lu."

"Berarti pas di kosan gw mimpi dikejar setan. Itu si Kingkong lagi nyamar?"

"Ya bisa jadi."

Kami pun terus mengobrol, hingga tak terasa langit sudah berubah menjadi jingga.

"Ini kita mau cari hotel atau gas pulang?" tanya Wildan.

"Capek gw, Dan. Kalau lu mau nyetir sih gak apa-apa," balas Hendra.

"Suruh si Amir aja."

"Jangan gw, ntar salah ambil jalan malah nyasar ke alam lain."

"Duh repot juga ya, punya temen beginian," gerutu Wildan.

"Jadi maunya gimana?" sambungnya.

"Cari hotel murah aja, besok pagi atau siang baru balik," usulku.

"Gw gak bawa baju," ucap Hendra.

"Ya sama. Ntar beli baju pantai 20ribuan aja," balas Wildan.

"Tumben pinter, Dan," ledekku.

"Siapa dulu, WILDAN BARATA!" ucapnya dengan bangga.

"Dah yuk cari hotel." Aku bangkit, diikuti Wildan.

"Iya sebelum gelap terus para demit ke luar," ucap Hendra sambil berdiri.

"Aman, gw kagak bisa ngeliat gituan ini," sahut Wildan.

"Bukain mata batinnya, Mir."

"Eits, tidak bisa!" Wildan berlari menuju mobil.

"Hahahahaha, kabur dia." Hendra tertawa puas.

SEKIAN

Continue Reading

You'll Also Like

14.4K 500 90
Kumpulan "kepingan memori" random yang terkadang gaje Dpt berupa, potongan scene, oneshots, ide cerita, atau hanya sekedar quotes numpang lewat dan t...
42.7K 2.5K 25
cerita ini kelanjutan dari Jingga 1,2,3 selamat menikmati
26.4K 1.8K 28
udah jadi mantan, tapi masih suka ngegodain. [ lowercase mode on ] copy right; riskaapram, 2018
92.7K 6.2K 40
Cerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan ban...