Enam Tahun Kemudian

By MbakTeya

769K 59K 1.8K

Enam tahun setelah Remi membantu Bumi, dia kembali dipertemukan dengan lelaki itu dalam situasi tak terduga... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat

Lima

39.1K 3.2K 200
By MbakTeya

Remi menatap Bumi dengan kemarahan yang terlampau besar, sampai dia sendiri tidak bisa menampung. Rasanya dia ingin kembali memukul mulut lelaki itu yang sudah mengeluarkan kata-kata keji untuk keluarganya dengan keras.
Dia juga muak dengan Bumi, dia tidak tahu apa yang merasuki lelaki itu. Bisa-bisanya Bumi berpikir dia mendekati lelaki itu karena uang. Dan  yang paling membuat marah, Bumi tega mengatai Ayah dan ibunya yang tulus berteman dengan orang tua lelaki itu dengan  tuduhan palsu.

Properti keluarga Bumi memang tidak ada duanya, perusahan di bidang makanan mereka juga terus berkembang. Bisnis pakaian dan tranformasi juga semakin melejit setiap harinya.  Akan tetapi Bumi tidak seharusnya meremehkan usaha perkebunan ayah dan ibunya.

Memang usaha keluarnya hanya  perkebunan sawit saja.  Akan tetapi  sekali panen ayah dan ibunya bisa menghasilkan ratusan juta.

"Kamu bajingan sialan," kata Remi menunjuk wajah Bumi. Dia menatap lelaki itu beberapa detik sebelum berbalik dan pergi meninggalkan lelaki itu seorang diri.

Dalam perjalanan keluar mall dengan kemarahan yang semakin besar, Remi mengerutkan kening. Hanya sekilas memang, tapi dia yakin tadi sempat melakukan kontak mata dengan Nina. Akan tetapi saat mencoba melihat lebih teliti, dia tidak menemukan Nina di sana.

Remi mengabaikan hal remeh tersebut. Ini tempat umum, Nina bisa ada di mana saja. Apalagi Bumi juga ada di sini. Di mana ada Bumi, di situ ada Nina. Hal tersebut sudah biasa baginya.

"Hei, mau ke mana?" Remi menghentikan langkah saat Selvi berdiri di depannya dengan wajah bingung.

"Pulang," kata Remi pelan. "Urusan aku udah selesai." Remi tidak menunggu jawaban Remi, dia segera bergeser dan melanjutkan perjalanan.

"Loh, kok pulang? Bumi gimana?"

"Gak, tahu. Aku sibuk," ucap Remi tanpa berbalik.

Selvi yang mendapat respons seperti itu mengerutkan kening bingung. Dia melihat punggung Remi yang semakin menjauh, sebelum menatap tempat mereka janjian. Bumi masih ada di sana, duduk seorang diri dengan wajah berantakan.

Bingung, Selvi mengerutkan kening  sembari melangkah ke arah Bumi. Nanti dia akan menghubungi Remi setelah urusannya dan Bumi selesai. Karena selain masalah bayaran, dia juga memiliki urusan lain dengan Bumi yang perlu diselesaikan secepatnya.

Selvi baru melewati pintu saat melihat Bumi bangkit dan melangkah ke arah kamar mandi. "Bumi!" Selvi berteriak, dia hendak mendekat saat mendengar suara dingin lelaki itu.

"Tunggu saja di sini, aku akan segera kembali. Pesan apa pun yang kamu inginkan." Bumi melanjutkan langkah dengan cepat. Dia tiba di kamar mandi dan segera mmbersihkan wajahnya dari noda jus.

Bumi membuang tisu bekas pakai ke tong sampah, dia mengumpat dan menendang udara. "Sialan, sialan, sialan," makinya berulang kali. Bumi kesal pada Remi.

Bagaimana tidak, sehari sebelumnya Bumi mengajak Remi bertemu, dia melihat ibunya menangis penuh kesedihan.  Sungguh dia tidak tega melihat itu semua. Bumi juga marah, dia ingin menghancurkan siapa pun yang membuat ibunya menangis.  Usia ibunya sudah 70 tahun, Bumi hanya ingin hal-hal bahagia yang menemani masa tua ibu dan ayahnya.

Akan tetapi keinginan itu pun sulit. Saat dia bertanya pada sang Kakak kenapa ibunya menangis, dia mendapati jawaban mengejutkan. Kerja sama di bidang kesehatan terancam batal. Banyak investor menarik saham mereka saat mendengar keluarga Ardana dan keluarganya berseteru. Isu keluarga Ardana mendekati mereka karena uang juga menyeruak, membuat sebagian orang berpikir kerja sama ini akan berakhir sia-sia dan merugikan. Tidak akan ada jalan maju dengan adanya masalah ini.

Bumi marah saat itu. Namun, dia juga merasa aneh. Meski tidak tahu sebanyak apa lahan sawit yang dimiliki keluarga Ardana, tetapi ayah dan ibunya pernah bilang keluarga Ardana cukup kaya. 

Setelah ibunya tenang, kemarahan Bumi terlupakan begitu saja. Apalagi saat kepala keluarga Ardana menghubungi mereka lebih dulu dengan keramahtamahan seperti biasa. Tidak tampak seperti penjilat yang kebingungan karena lahan uangnya mendekati punah.

Bumi kembali lega. Namun, malam harinya rasa lega itu dihancurkan dengan berita lain. Berita yang mengakibatkan ayahnya  masuk ke rumah sakit. Usut-usut ternyata ada yang mengirimkan informasi jika dia memperkosa anak gadis orang pada ayah dan ibunya. 

Ayahnya yang memiliki riwayat penyakit jantung tentu saja langsung drop, dan sesegera mungkin harus dilarikan ke rumah sakit.

Bumi sedang menunggu dengan kegelisahan saat ponselnya berdering dan Selvi mengatakan meminta bayaran sekarang karena dia dan Remi sudah bersiap-siap berangkat liburan. Tentu saja hal tersebut membuat emosi, tanpa diinginkan pikirannya bekerja sendiri dan menghubungkan berbagai informasi.

Akhir dari semua itu dia curiga jika Remi lah yang mengirim berita pemerkosaan pada ayah dan ibunya. Karena hanya memang Remi yang pernah tidur bersamanya. Kemarahan yang semakin kuat, membuat semua berantakan.

"Sialan." Bumi menendang tong sampah. Dia mengacak rambutnya frustrasi. Saat ini dia benar-benar merasa jatuh. Jatuh, sejatuh-jatuhnya.

Ayahnya masuk rumah sakit, dan belum tahu kapan akan terbangun. Ibunya pasti akan sangat terpukul. Hubungannya dan Remi juga berantakan. Dia tidak mengerti kenapa semua masalah menimpanya sekarang.

Ke mana perginya hidup damai yang dia miliki? 

Bumi juga merasa sangat bodoh. Andai dia tidak termakan emosi, mungkin dia bisa melihat semua masalah ini dengan lebih baik. Remi tidak bersalah. Sekarang Bumi tahu kenyataan itu. Melihat reaksi kemarahan Remi tadi, Bumi yakin wanita itu tidak terlibat apa pun dengan informasi yang membuat Ayahnya jatuh tak sadarkan diri.

Namun, meski dia tahu kenyataan sekarang, hubungannya dan Remi sudah berantakan. Bukan hanya menuduh Remi yang tidak-tidak, dia juga mengatai hal buruk pada keluarga gadis itu. Padahal dia sudah diberi tahu dengan baik oleh orangtuanya, jika keluarga Ardana tidak mungkin mendekati keluarganya demi uang yang mereka juga miliki. Tetapi dengan otak cerdasnya dia malah merendahkan diri sendiri di hadapan Remi.

Sekarang Bumi yakin Remi tidak akan memaafkannya dengan mudah.

Mengepalkan tangannya, Bumi kembali mengumpat. Siapa pun itu, dia pasti akan mendapatkan dalang yang membuatnya sakit kepala.

Cepat atau lambat, orang yang telah membuat kedua orangtua yang sangat dia hormati dan kasihi terluka akan mendapat balasan lebih parah dari ini. Bumi akan membuat orang itu lebih memilih mati dari pada berurusan dengannya.

"Tunggu saja." Bumi menatap ke cermin, merasa noda jus sudah tidak ada lagi di wajah, dia mulai melangkah keluar. Bumi akan segera menyelesaikan urusan dengan Selvi sebelum memulai pencarian dalang yang membuatnya sakit kepala.

 Namun, saat Bumi mendekati kursi yang tadi dia tempati, tidak ada Selvi lagi di sana. Kini kursi tersebut sudah didukukki perempuan berambut panjang yang menjadi kekasihnya.

"Hai, lama banget kamu," sapa Nina dengan senyum lebar. Lalu dia segera bangkit dan mendekati Bumi saat melihat noda di atas pakaian kekasihnya. "Ini kenapa?"

"Bukan apa-apa," kata Bumi menenangkan Nina. Dia mengusap kepala Nina dan meminta gadis itu berhenti bersedih hanya karena pakaiannya ternoda. "Hanya ada kesalahpahaman kecil tadi, jadi tidak perlu khawatir." Bumi tersenyum. Dia mengacak rambut Nina sebelum duduk di kursinya.

Menatap sekitar, Bumi bertanya, "Selvi ke mana?"

"Gak tahu, pas aku datang sudah tidak ada siapa pun di sini."

Bumi mengerutkan kening, Selvi yang mengajaknya bertemu. Selvi juga yang terlihat sangat membutuhkan bantuannya. Tetapi kenapa sekarang gadis itu malah menghilang?

"Aneh," kata Bumi pelan.

"Apanya yang aneh?" Nina menatap Bumi ingin tahu.

Bumi segera menggeleng. "Bukan apa-apa," kata Bumi dengan senyum tipis. Melihat Nina yang membalas senyumannya dengan ceria, Bumi menghela lega.

"Setelah ini ayo kita nonton. Ada film bagus yang ingin aku lihat," pinta Nina penuh harap. Dia ingin permintaanya segera dituruti agar bisa berduaan dengan Bumi lebih lama lagi. Dia ingin bermanja-manja pada kekasihnya itu.

Bumi sangat suka saat dia bermanja-manja dan terlihat tidak berdaya tanpa kehadiran lelaki itu.
Karena Bumi anak terakhir dan selalu dimanjakan membuat lelaki itu memiliki sifat ingin terlihat keren dan berguna di depan wanita yang dicintai. Nina yang mengetahui hal itu akan mengabulkan semua keinginan Bumi. Jika dia harus membuang semua kemandirian dan menjadi gadis polos nan manja, dia rela asal Bumi terus bersamanya.

"Hari ini aku tidak bisa. Sekarang aku harus kembali ke rumah sakit," kata Bumi muram.  Mengingat ayahnya yang berbaring tidak berdaya, membuat Bumi sangat sedih.

"Siapa yang sakit?" tanya Nina cepat.

"Ayahku."

"Ya, Tuhan. Kenapa bisa? Sekarang bagaimana kondisi Ayah?" tanya Nina panik. Dia menggenggam tangan Bumi, dan mengusapnya beberapa kali. Berharap lelaki itu tabah akan cobaan yang datang.

"Sekarang masih belum sadarkan diri."

Nina mengengam tangan Bumi semakin erat. Dia mengecup tangan lelaki itu beberapa kali. "Sabar yang, Sayang. Aku yakin Ayah pasti akan segera sadar dan kembali sehat."

Bumi mengangguk, dia sangat berharap hal itu segera datang. Dia ingin menjelaskan kesalahpahaman ini agar Ayahnya senang.

"Kalau begitu ayo kita ke rumah sakit bersama. Aku juga ingin melihat Ayah," kata Nina pelan. Dia tersenyum saat kekasihnya mengangguk. Tanpa mengatakan apa pun, Nina segera merangkul tangan Bumi kala lelaki itu bangkit. Nina menunduk, merapatkan wajah ke tubuh Bumi saat senyum puas tidak sanggup dia tahan.

Sekarang Nina sangat bahagia. Banyak hal yang membuatnya ingin tertawa keras.

Pertama dia berhasil membuat hubungan baik Bumi dan Remi hancur. Dan sekarang calon ayah mertuanya juga mendekati kematian. Nina sangat senang, karena semua rencana yang disusunnya berjalan lancar.

Sebelum menjadi tunangan Bumi, Nina tidak berani melakukan hal nekad seperti ini. Namun, sekarang berbeda, selangkah lagi Bumi akan menjadi miliknya. Jadi dia merasa berhak melakukan apa pun yang diinginkan.

Akan tetapi tujuan pertamanya bukan hanya merusak hubungan baik Bumi dan Remi saja. Dia juga harus merusak hubungan kekeluargaan mereka. Dia tidak ingin keluarga Remi masih tetap berhubungan dengan keluarga Bumi, itulah kenapa dia membayar seseorang agar  menyebarkan isu jika keluarga Remi mendekati Bumi karena uang mereka. Nina benar-benar ingin menghilangkan semua jejak Remi di hidup Bumi.

Setelah rencananya berhasil, Nina juga harus menghilangkan penghalang hubungannya dan Bumi. Meski tidak menolak secara langsung, Nina tahu dia tidak disambut dengan baik oleh ayah Bumi.

Padahal dia sudah bersikap sangat ramah dan lembut, tetapi tetap saja lelaki tua bangka itu selalu mengabaikan kerap kali dia datang. Bahkan lelaki itu juga tidak pernah mau memakan makanan yang dibawanya. Semua itu membuat Nina kesal, apalagi saat harus menahan sabar, paling tidak sampai dia menikah dengan Bumi. 

Namun, sekarang Nina berubah pikiran. Dari pada menunggu sampai menikah, lebih baik dia menyingkirkan lelaki tua itu sekarang juga. Dengan mengetahui riwayat penyakit jantung ayah Bumi, dia menjalankan rencananya dengan sangat sempurna.

Tentu saja itu berita palsu. Benar-benar tidak nyata. Andai Bumi memang pernah tidur dengan gadis lain, Nina akan segera membunuhnya di detik dia tahu kebenaran.

Nina tidak sudi membiarkan masa lalu Bumi terus ada di dunia yang sama dengannya. Jika dia tidak memberi kematian pada saigan, bukan Nina namanya.

"Nanti kita beli buah dulu, ya. Aku mau bawa buah-buahan untuk Ibu. Meski Ayah sedang sakit, Ibu harus tetap jaga kesehatan," kata Nina dengan suara lembut nan merdu.

Bumi mengangguk. Senang karena Nina perhatian pada keluarganya yang sedang tertimpa musibah. Apalagi Nina perhatian pada kesehatan Ibu yang paling dia sayangi. "Terima kasih," katanya dengan senyum tipis.






Terima kasih untuk vote dan komennya di part-part yang lalu 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 85.8K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
261K 766 15
cerita pendek dewasa seorang gadis yang punya father issues
4.6M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
297K 13.3K 43
Hubungan masa lalunya yang mengalami kegagalan, membuat Kayana menutup hatinya untuk orang-orang yang menyukainya. Bahkan Kayana bertekad untuk tidak...