๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๏ฟฝ...

De carlygibert

77.9K 9.2K 1K

[ATHANASIUS #4] [Semper Fi #2] She is innocent, pure and untouchable. Just like a Goddess. But things get cha... Mais

๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ โ—†๐€๐ž๐ฌ๐ญ๐ก๐ž๐ญ๐ข๐œ ๐๐จ๐š๐ซ๐๐ฌโ—†
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ + ร˜O ร— ๐๐‘ร˜๐‹๐Ž๐†๐”๐„
๐€๐ญ๐ก๐ž๐ง๐š ๐€๐ซ๐š๐›๐ž๐ฅ๐ฅ๐š ๐€๐ญ๐ก๐š๐ง๐š๐ฌ๐ข๐ฎ๐ฌ
๐‰๐ฎ๐๐š๐ก ๐‘๐ž๐ž๐œ๐ž
๐’๐ง๐ž๐š๐ค ๐๐ž๐š๐ค
๐๐ฅ๐š๐ฒ๐ฅ๐ข๐ฌ๐ญ
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜1
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜2
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜3
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜4
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜5
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜7
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜8
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜9
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜1O
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜11
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜12
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜13
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜14
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜15
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜16
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜17
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜18
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜19
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜2O
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜21
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜22
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜23
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜24
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜25
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜26
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜27
๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜28

๐‡๐ข๐ฌ ๐‹๐ข๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž ๐†๐จ๐๐๐ž๐ฌ๐ฌ ร— ร˜6

2.5K 366 49
De carlygibert

◆༓◆

'𝐄𝐯𝐞𝐫𝐲𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐈 𝐠𝐨 𝐥𝐞𝐚𝐝𝐬 𝐦𝐞 𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐭𝐨 𝐲𝐨𝐮.'

◆༓◆

Am I stupid or not?

I have no idea. At all.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12...

Well, terhitung 12 hari berlalu setelah pertengkaranku dan Judah di mobilnya.

Bahkan aku tidak tau bagaimana bisa kami berakhir seperti itu?  Seakan itu terjadi tanpa aku sadari dan terlambat untuk di cegah. Semuanya mengalir begitu saja.

Ucapannya dan tatapannya sama-sama dingin, menusuk, tanpa emosi dan terkesan dirinya jauh dari jangkauan.

I'm still mad and hurt at his words.

I also mad at myself for not stop thinking about him.

Kenapa aku membiarkan diriku sendiri dekat dengan orang asing, yang belum lama aku kenal dan membiarkan diriku berjalan di jalan yang sudah aku rencanakan.

Seolah, Judah datang, hanya untuk mengacaukan jalanku, rencanaku, dan pikiranku.

Sampai sekarang aku masih memikirkan kenapa diriku di urutan pertama ingin berteman dengannya. Apa yang ada di dirinya, yang aku lihat?

Karna penasaran? Tertarik? Atau karna dia terasa berbeda dan terkesan misterius?

Aku tidak menemukan alasan yang tepat. Judah hadir mengeluarkan sisi di dalam diriku yang aku yakin tidak ada.

Apa aku salah menilainya? Berpikir bahwa mungkin ada something good di dalam diri Judah. Tidak terkecoh dengan penampilannya yang mengintimidasi.

Semua orang bisa langsung tau dari pandangan pertama bahwa Judah berbahaya dan kenapa aku masih saja melewati garis berbahaya itu?

Padahal Newton sudah bilang, Judah berbahaya.

Mungkin yang Judah bilang benar. Aku naive. Aku tidak terlalu dekat dengan laki-laki, aku menjauhi mereka layaknya sebuah kutukan.

Aku bersikap dingin pada orang asing. Tidak ingin mereka dekat denganku.

So, kenapa dengan diriku kepada Judah?

Kenaifanku bisa saja membutakanku.

Aku menghela nafasku.

"Ini sudah ke 5 kalinya." Ucap Mrs. Fredrickson yang datang, menaruh nampan yang berisi sepiring cookies, teko teh keramik serta dua gelas cangkir teh keramik berukuran kecil yang sama vintage nya.

Mrs. Fredrickson mengambil duduk di single sofa sebelahku.

"Sejak kapan kau mulai menghitungnya?" Tanyaku.

Ia tersenyum, meraih cangkir tehnya dan menjawabku, "semenjak pertama kali kamu datang ke toko dengan wajah muram." Ucapnya lalu menyesap teh nya.

Padahal aku sudah berusaha menyembunyikannya. Aku tidak ingin orang lain melihat perubahan di dalam diriku dan cemas akan hal itu.

"Tell me, dear, apa yang membuatmu resah?"

Aku menggelengkan kepalaku dan menampilkan ekspresi polos.

"Tidak, Mrs." Gelengku. "Sama sekali tidak ada." Ucapku menyakinkannya lagi.

Mrs. Fredrickson menghela nafas dan meletakkan cangkir teh nya di meja lalu kembali menatapku.

"Kau tau, bukan hanya aku menangkap wajah murungmu saja tadi pagi, tapi aku juga memperhatikamu saat bekerja. Kamu seperti larut dalam pikiran, Athena. Saat mengelap rak, kamu melamun. Saat menyusun buku juga melamun. Kamu bahkan tidak melihat kemana kamu jalan dan menyandung sana sini lalu sekarang, kamu hanya duduk, sedari tadi tidak membalik halaman buku yang kamu baca, diam dan menatapnya."

Aku meringis pelan, "kamu melihat semuanya?"

Mrs. Fredrickson tersenyum, "aku melihat semuanya."

Aku menghela nafasku serasa memejamkan kedua mataku.

"Tobby khawatir yang melihatmu seperti itu. Kamu berbeda dari biasanya. Diriku juga khawatir." Ucapnya lembut.

By the way, Tobby adalah nama Mr. Fredrickson.

Berarti bukan hanya Mrs. Fredrickson yang melihat keanehanku tapi Mr. Fredrickson juga.

Aku pasti sudah gila, tidak melihat diriku dimana dan membiarkan pertahananku melemah. Membuat orang lain khawatir.

Karna hanya tidak berhenti memikirkan satu orang.

"Jadi, kamu ingin berbagi keresahanmu dengan wanita tua ini?" Senyum lembut Mrs. Fredrickson.

"Aku mungkin tidak akan bisa membantumu sepenuhnya tapi aku akan berusaha." Lanjutnya.

Aww, how sweet she is.

Inilah kenapa aku tidak ingin orang lain mencemaskanku. Aku tidak ingin merepotkan siapapun karna aku tidak ingin menjadi beban.

Sudah cukup dengan kehadiranku menjadi beban.

Seharusnya aku sudah mati tapi takdir berkata lain. Justru memberikanku mimpi buruk yang tidak pernah meninggalkanku. Bagaimana bisa aku hidup seperti ini?

Aku menunduk, menatap buku yang aku buka dan baca, namun tanpa aku sadar, aku berhenti. Niatku tadinya adalah sembari mengisi waktu luang mumpung toko sedang sepi. Aku duduk di salah satu tempat baca dan membaca buku.

Tapi taunya, pikiranku terbagi.

"Tidak ada yang serius, Mrs."

"Tapi aku yakin pasti serius."

Aku mendongak dan tersenyum padanya, "tidak. Benar-benar tidak ada yang serius. Jangan khawatir. Aku yakin itu akan cepat berlalu."

Mrs. Fredrickson mencemberutkan bibirnya, "jadi, kamu tidak ingin berbagi? Kau bisa curhat, Athena. Apapun itu. Kesedihan, keresahan, beban pikiran apapun, harus sekali-kali di keluarkan, agar tidak menghambat suatu hal. Kamu bisa memanfaatkan orang yang peduli padamu sebagai tempat mendengarkan."

Aku terdiam mendengar ucapannya.

Terkadang, aku menjauhkan orang-orang yang peduli padaku agar mereka tidak menganggapku beban yang hanya menambahi beban mereka.

"Ini karna seseorang." Ucapku.

"Laki-laki?" Tanyanya pas mengenai hatiku.

Aku mengangguk pelan karna malu.

"Don't be embarrassed, dear. I understand. Dia melukaimu?"

Aku terdiam. Mengangguk sambil memainkan jari tanganku.

"I just don't get him, Mrs. Fredrickson. I don't understand myself too. Kenapa aku menempatkan diriku untuk berteman dengannya, kenapa aku tidak bisa meninggalkannya sendiri seperti sebelumnya yang aku lakukan pada orang asing yang berniat untuk dekat atau berteman denganku. Padahal aku baru mengetahuinya tidak lama ini. When I first met him, he got my attention and that attention won't leaver until now eventhough he hurt me with his words."

Mrs. Fredrickson bangun dari duduknya dan berpindah duduk di sampingku.

"Aku mengerti perasaan itu, Athena. Itu yang aku alami dulu kepada Tobby. Saat pertama kali bertemu dengannya, aku menemukan sesuatu berbeda darinya tapi aku tidak bisa menemukan apa itu dengan kata-kata dan berakhir diriku menjadi bingung dan pusing. Jadi, aku terus mencari jawabannya dengan mendekatinya, terkadang Tobby menjahuiku dan melukai hatiku, tapi itu juga tidak menyingkirkan rasa ingin tauku terhadapnya. Dan, akhirnya, suatu hari, aku mengambil sebuah kesimpulan."

"Keputusan?"

Mrs. Fredrickson mengangguk, "mhm. Keputusan yang membawaku sampai saat ini."

"Apa itu?"

"To stay dan be with him." Jawabnya. "Awalnya itu adalah keputusan yang beresiko. Yang di asumsikan dari kesimpulanku sendiri."

Mrs. Fredrickson meraih tangan kananku, membawanya ke pangkuannya dan menggenggam erat tanganku di kedua tangannya.

"Mata turun ke hati, Athena. Saat mata bertemu, perasaan baru akan berkembang, itu karna kamu sejak awal membiarkannya menempati hatimu duluan."

"Itulah kesimpulanku." Lanjutnya.

Aku mengkerutkan keningku, "tapi bagaimana bisa secepat itu perasaan baru muncul."

Mrs. Fredrickson mengangkat kedua bahunya, "tidak ada yang tau cara kerja hati. Misterius, huh?" Senyumnya.

"And who this young man name is?" Tanya Mr. Fredrickson yang tiba-tiba datang dan ikut nimbrung.

"Aku akan memberikannya perhitungan telah menyakitimu." Lanjutnya.

Aku tersenyum melihat kekhawatirannya.

"Tidak perlu, Mr. Fredrickson but thank you." Ucapku. "Dan, namanya adalah Judah Reece."

"Mmhmm... Dari namanya aku sudah tau, this young man is so handsome." Ucap Mrs. Fredrickson.

Yeah, tebakan Mrs. Fredrickson jackpot.

Memang tidak diragukan lagi. Meski dengan penampilannya yang seperti bad boy.

Judah memiliki paras yang membuat orang kesulitan untuk mengalihkan pandangan. Apalagi dengan mata birunya yang bukan seperti laut biru yang tenang tapi seperti badai laut biru dengan gemuruh awan gelap.

Seperti itulah yang aku lihat di matanya.

Mungkin itukah yang membuatnya misterius dan berbeda?

"Ck, kamu tidak bisa asal bilang dari namanya saja, honey." Gerutu Mr. Fredrickson.

"Tentu saja bisa. Aku sudah bisa merasakannya."

"Oh sekarang kau menjadi cenayang?"

"Tobby, bukankah kamu harus menjaga toko?"

"Tokonya lagi sepi." Mr. Fredrickson mengangkat kedua bahunya. "Liat." Mr. Fredrickson merentangkan tangan kanannya mengarah pada sekeliling kondisi toko yang sepi.

Mrs. Fredrickson menggelengkan kepalanya.

Aku tersenyum melihat keduanya. Meski mereka kadang kali suka berdebat. Aku tau, deep down, dalam hati mereka, cinta mengalahkan segalanya. Mereka akan kembali menjadi lovey-dovey.

"Kamu tetaplah harus berhati-hati Athena. Pada laki-laki yang kamu sukai itu." Ucap Mr. Fredrickson. "You are too precious for getting hurt."

"Aku tidak menyukainya!" Seruku.

"Ya-ya. Keep telling that. We are know that is a lie."

"Yeah, dear." Timpal Mrs. Fredrickson. "I can tell from your eyes when you were talking about him. Your eyes speak a lot."

Bukankah ini terlalu cepat untuk memutuskan aku menyukainya?

Aku bahkan meragukan diriku yang menyukainya. Maksudku adalah ini pertama kalinya aku dekat dengan laki-laki lain selain Newton, sahabatku.

Sisa hari ini, aku menikmati waktuku di toko. Saat satu, dua pengunjung datang, aku akan memberikan rekomendasi buku kepada mereka.

Aku melakukan kegiatanku seperti biasanya.

Tapi hati dan pikiranku selalu resah memikirkan Judah.

Sunday.

Aku membuka bedcoverku yang menutup kepalaku dan menghela nafasku tanpa membuka kedua mataku.

Tanganku terangkat, menggerepe-gerepe meja nakas di samping tempat tidurku untuk meraih ponselku.

Jam berapa ini?

Begitu tanganku menemukannya. Dengan satu mata terbuka aku melihat jam di ponsel.

Ooh, ternyata jam 7 pagi.

Aku meregangkan kaki dan tanganku lalu bangun duduk. Mengumpulkan sisa-sisa nyawaku.

Turun dari kasur. Aku berjalan ke meja rias untuk mengambil srunchie dan mencepol tinggi rambutku.

"Good morning, milyy." Sapaku pada ular putih di kotak kaca sedang seperti aquarium tapi bedanya untuk ular namanya terrarium.

Aku tersenyum melihat milyy yang berada di potongan pohon, menatap ke arahku dengan lidahnya yang beberapa kali terjulur keluar.

Setelah memberinya makan. Aku berjalan keluar kamar untuk menuju ke ruang makan.

"Good morning." Sapaku begitu tiba.

"Good morning, Ara." Sapa papa tersenyum di tempatnya duduk.

"Good morning, sweetie." Senyum mommy. Memberikan kecupan di keningku lalu meletakkan sepiring pancake di meja.

"Eat your pancake, oke."

"Thanks, mom."

Aku mengambil duduk di kursi sebelah Evander. Memperhatikan anak laki-laki itu tengah membaca sesuatu di buku note nya.

"Hey, kau tidak menyapaku balik, Eva?" Tanyaku sambil menuangkan madu ke atas pancake.

"Good morning, sist." Sapa Evander tanpa melihatku.

"Kamu terlihat serius pagi ini buat apa coba? Emang lagi baca apa?"

"Sssshht!!" Evander meng-shush ku dengan jari telunjukknya di bibir. "Kak Ara bisa diam sebentar? Aku harus fokus buat siapa tau aja ada pop quize mendadak."

"Oke-oke." Ucapku pasrah. "Good luck, lil bro." Aku mengacak-acak rambutnya lalu tertawa melihat wajah kesalnya.

Aku membiarkan Evander untuk fokus pada catatannya. Terkadang Evander memang seperti itu, suka mempersiapkan dirinya dalam belajar.

Aku memakan pancake ku lalu mengalihkan perhatianku untuk melihat interaksi pagi papa dan mommy yang rileks.

Aku selalu merasa beruntung mendapatkan mereka sebagai orang tuaku. Aku bukanlah anak kandung mereka, tapi mereka menyayangiku setara dengan anak kandung mereka.

Kadang kali aku berpikir, bagaimana jika tidak ada mereka, apa aku akan sendirian di dunia ini?

Karna kejadian buruk di masa lalu, masih membekas. Aku ingat sekali dari awal hingga akhir semua kejadian itu. Suara tangisan, teriakkan, permohonan, tembakan dan darah.

"Athena!"

Aku tersadar dari lamunanku dan menatap mommy yang khawatir.

"Ya mom?"

"Ada apa, Ara? Mommy memanggilmu sedari tadi. Everythings okey, sweetheart?"

Aku menganggukkan kepalaku beberapa kali.

"Everything is okay, mom. Don't worry. Aku hanya ngelamun tadi mungkin nyawaku belum ke kumpul." Kekehku.

Mommy menggelengkan kepalanya.

"Nanti pergi ke toko?"

"Seperti biasa, mom." Jawabku sambil menyuapi diriku pancake.

"Kesana dianterin driver ya?" Bujuk mommy.

"Aku lebih milih naik bus aja." Tolakku.

"Mommy lebih suka kamu pakai driver yang mommy siapin, Ara. Mommy khawatir."

"Mommy, I'm a big girl. I can take care myself. I will be fine. Don't worry." Senyum lembutku padanya.

"That's right, baby." Ucap papa pada mommy. "Ara bisa menjaga dirinya setelah beberapa teknik yang aku ajarkan padanya. Ia akan aman."

Wajah mommy terlihat kurang yakin namun ia menganggukan kepalanya.

Ada yang harus kalian ketahui, mommy ku terlalu mengkhawatirkan sesuatu hal terlebih anak-anaknya. Ia ingin selalu menjamin anak-anaknya aman. Kadang kali overprotective

Selain itu, di meja makan rasanya agak kurang. Tidak ada kehadiran kak Keir. Kursi yang biasa ia tempati kosong.

Tidak terasa memang waktu cepat berlalu.

Suatu saat mungkin aku akan seperti kak Keir tapi bedanya aku berencana akan menetap di rumah dari pada tinggal di asrama.

Selesai sarapan, aku segera mandi dan bersiap-siap untuk ke toko buku Mr & Mrs. Fredrickson.

Aku memutuskan untuk memakai summer dress karena terlihat cute. Memilih warna merah dengan pattern daun mungil di seluruh dress nya.

Memakai sneakers putih. Jam di pergelangan tangan.

Membiarkan rambutku terkuncir ponytail dengan scrunchie yang memiliki warna sama dengan dress ku.

Setelah memasukkan segala keperluanku ke dalam tas putih jinjing. Now, I'm ready to go.

Kemarin, aku melewati membeli coffee favorite ku di cafe Aladdin's dikarenakan aku tidak ada mood untuk membeli.

I can't believe, I just missed my coffee because of him.

Aku tersenyum pada Hero yang juga tersenyum dan berdiri di balik counter.

"Athena, I didn't see you yesterday. Tidak biasa kamu melewatkan untuk membeli coffee favoritemu." Ucap Hero.

"Yeah. I didn't have mood for coffee that day."

"Seperti biasa?"

Aku mengangguk.

"Kau membuatku bertanya-tanya kemarin. Aku menunggu kehadiranmu tau. Because I want to see your beautiful face." Cemberut Hero.

"Aww... Stop it, Hero. Menggelikan." Ucapku sambil tertawa kecil.

Begitu mendapatkan coffeeku. Aku mengucapkan terima kasihku padanya.

Aku segera pergi ke Foster books. Menyapa Mr & Mrs. Fredrickson dan fokus mengerjakan tugasku di toko.

Tengah hari. Newton datang dengan senyum lebarnya. Ia memberikan pelukan pada Mrs. Fredrickson dan tos pada Mr. Fredrickson.

"Tumben kemari?" Tanyaku.

"Aku kesini ingin mengajakmu makan siang."

"Oke. Ada ide mau makan dimana?"

"Sepertinya ada tempat yang cocok. Ayo-ayo, cepat." Newton dengan akrabnya merangkul bahuku.

"Oke-oke. Geez, sabar kek. Ga usah pake rangkul segala." Dumel ku.

"Btw, yang duluan ngajak kamu kan Newt. Berarti kamu yang traktir." Lanjutku.

"Oke sip. Beres." Newton memberikan jempol ibu jari tangannya.

Aku dan Newton berpamitan dengan Mr & Mrs. Fredrickson lalu berjalan keluar toko.

Newton melajukan mobilnya menuju lokasi tempat makan yang ia tau.

Sesampainya disana. Aku hanya diam mematung berdiri di pintu masuk.

"Ngapain diam aja, Athena? Ayo masuk." Ucap Newton.

Kenapa dari beberapa restauran yang Newton pilih. Harus di tempat ini.

Tentu, tulisan bersinar yang ada diatas restauran tidak menyala karna kalo menyala, restauran ini akan berubah menjadi Bar pada malamnya.

Dengan helaan nafas aku masuk ke dalam.

Memperhatikan sekeliling ruangan dan bertemu dengan senyum lebar milik Rey di balik meja bartendernya.

Aku menatapnya dengan senyum tipis di bibirku.

Newton tidak sadar akan interaksi kami itu karna sibuk memilih tempat duduk yang enak.

"Di situ aja yuk, Athena."

Aku mengikuti arah tunjuk Newton. Mataku membulat.

Pasalnya Newton memilih tempat duduk di dekat jendela. Kalo misalnya Judah datang tanpa di ketahui datang dan melihatku dari luar gimana?

Lebih parahnya kalo Judah sudah ada di dalam restauran dan dia tiba-tiba keluar dari pintu lain di dalam restauran ini gimana?

Bukankah rasanya aneh bertemu setelah bertengkar?

"Tuh kan. Bengong lagi, Athena."

Aku mengambil lirikan ke arah Rey.

Rey tersenyum miring dan memberikan tatapan seolah ia tau apa yang aku pikirkan atau siapa yang aku takutkan.

Aku dan Newton duduk di tempat yang ditunjuk oleh Newton.

Kaki kananku tidak berhenti bergerak di bawah meja, ini disebabkan aku terlalu nervous jika bertemu Judah.

Tidak hanya kakiku, jari tangan kiriku mengetuk-ketuk di meja.

Mataku sedari tadi berkeliaran kesana-kemari di sekeliling restauran seakan waspada akan bahaya.

"Kamu mau pesan apa, Athena?" Tanya Newton melihat di buku menu.

"Huh? Samain aja deh."

Rey datang dan menatapku masih dengan ekspresi sama tadi. Ekspresi tau ke khawatiranku.

"Jadi, sudah tau apa yang ingin kalian pesan?" Tanya Rey. Kertas dan pulpen di tangannya.

"Spaghetti, burger, kentang goreng, dan dua air minum putih."

Rey pun mencatat semua pesanan yang di ucapkan Newton sesekali melirik ke arahku dan tersenyum tau.

"Baik, akan segera datang. Mohon di tunggu." Rey melirikku sekali lagi sebelum pergi.

"So, bagaimana harimu hari ini di toko?" Tanya Newton.

"Good. Kalo kau, kenapa tumben ngajakin makan siang?"

Newton menaikkan kedua bahunya, "pengen aja. Gabut. Temen gue lagi pada ga bisa di ajakin."

Aku beroh-ria.

"Aku ke toilet bentar yak." Ujar Newton.

Aku mengangguk. Melihatnya pergi ke toilet.

Rey kembali datang dengan pesanan. Menaruhnya di meja.

"Where is your little boyfriend?" Smirk Rey.

"He is not my boyfriend. He is my best friend."

"Dan, Athena." Ucap Rey dengan wajah serius. " Gue sebagai perwakilan Judah mau minta maaf atas perilaku Judah yang ga tau diri. Dia terkadang memang asal berucap atau bertingkah tapi sebenarnya dia adalah orang baik dan lembut. Selembut tisu basah bayi."

Aku tersenyum, "kamu memang sahabat yang baik, Rey tapi kamu tau kan, Judah harus mengucapkannya sendiri. Baru aku bisa memaafkannya."

"Well, yeah, you right."

"Apa Judah disini?" Tanyaku.

"Not yet but he will soon be here." Smirk Rey.

Newton akhirnya kembali dari toilet. Ia melihat interaksiku dan Rey dengan alis berkerut.

"I will see you later, Athena."

Aku mengangguk.

Newton duduk di tempatnya semula, "kau mengenalnya?" Newton menunjuk Rey dengan jempol ibu jari tangannya.

"He just being friendly, you know." Aku mengangkat satu bahuku.

"Aku pilih spaghetti." Ucapku. Mulai melahap spaghettiku.

Aku belum pernah makan secepat ini sepanjang hidupku hanya karna aku tidak ingin berpapasan dengan Judah.

"Kau terlihat agak berbeda hari ini Athena?" Tanya Newton tiba-tiba.

Dengan mulut yang penuh, aku menjawabnya, "berbeda maksudnya?"

"Entahlah, aku hanya merasa kamu sedikit berbeda hari ini."

Maybe because I am sacred to meet the devil that anytime will show up and give me a heart attack.

"Hanya perasaanmu saja, Newt."

"Iya kali."

Aku menatap Newton yang makan terkesan lama. Aku tidak sabar segera pergi dari sini. Semakin cepat aku pergi, peluang bertemu Judah tidak ada.

Jadi, begitu Newt selesai makan aku segera mengajaknya ke kasir untuk membayar.

"Kenapa buru-buru sih, Athena?"

"Tentu saja aku harus kembali bekerja. Mr. Fredrickson tidak suka orang yang bekerja tidak benar." Alasanku.

Namun, ternyata ada aja yang menghalangi diriku untuk segera pergi dari sini.

Rey dengan sengaja mengajak Newton berbasa-basi, menanyakan bagaimana makanannya, apakah akan datang kesini lagi, pokoknya Rey seperti sengaja ingin diriku berlama-lama disini.

Saat Rey mengambil lirikan ke arahku. Aku menatapnya seperti 'seriously?' Dan Rey hanya senyum-senyum ga jelas.

Hatiku udah dug dug an nih. Mataku beberapa kali mengarah ke adah pintu restauran.

Please... Please...jangan dateng dulu!

Aku menatap Rey kesal lalu menunjuk jam di pergelangan tanganku untuk mengisyaratkannya lebih cepat.

Dan Rey hanya senyam-senyum dan asik melanjutkan percakapan basa basinya kepada Newton.

Hingga Rey mengarahkan matanya ke atas kepalaku atau lebih tepatnya pada sesuatu di belakangku.

Saat Rey mengarahkan matanya kepadaku dengan senyum miring yang lebar. Aku tau, rencananya berhasil.

"Oh! Hey, Jude!!" Sapa Rey.

Damn you Rey.

Jelas sekali aku merasakan radiasi atau kehadiran seseorang di belakangku ditambah harum yang familiar di indra penciumanku.

"Hey, Rey." Suara dalam Judah menyapa balik Rey.

I missed his deep and husky voice.

"Newt, udah selesai bayar?" Tanyaku.

"Oh ya, udah. Tinggal kembaliannya aja." Jawab Newt yang kini fokus pada ponselnya, tidak menyadari adanya Judah.

Aku diam-diam menatap Rey memelas untuk segera memberikannya kembalian.

Entah kenapa aku merasakan kehangatan dari belakangku lebih semakin terasa dan barulah aku tau, jarak Judah dekat denganku.

Semua yang berhubungan dengan Judah membuatku kewalahan. Harum parfumnya, kedekatannya, hembusan nafasnya yang aku rasakan di atas kepalaku, dan semuanya.

"Newt, aku tunggu di luar ya."

Newton mengangguk tanpa melihatku, "oke."

Aku segera berjalan pergi tanpa melihat ke arah Judah. Meskipun aku ingin melihat wajahnya.

Dan lagi pula, selama beberapa hari yang lalu, yang di lakukan Judah hanya mengabaikanku dan tanpa melihat ke arahku.

Jadi, aku juga melakukan hal yang sama.

Saat keluar dari restauran, aku bernafas lega. Satu ruangan bersama dengan Judah mengambil semua kewarasanku.

"Bella."

Nafasku tercekat saat mendengar namaku keluar dari mulutnya.

Aku menarik dan membuang nafasku pelan sebelum berbalik dan mendongak menatapnya.

Oowh, holy moly, his presence take my breath away.

"Judah."

Mata birunya menatapku dalam dan intens. Caranya menatapku memberikan goshbumps dan rona merah di wajahku.

"What are you doing here?" Tanyanya.

"Of course. I am here for eat."

Judah mengambil satu langkah mendekat kepadaku. Jarak kami begitu dekat hingga aku yakin Judah dapat mendengarkan degup jantungku.

"Bel—"

Ucapan Judah terpotong oleh Newton yang baru keluar dan bereaksi berlebihan melihat Judah apalagi dengan jarak dekat kami.

"Athena! Stay away from him!" Seru Newton. Menarik pergelangan tanganku untuk menjauhi Judah.

"What are you doing here?! Are you stalking her?!" Marah Newton.

Judah mendengus kesal. Wajah Judah saat ini berubah, yang tadinya rileks, menjadi ekspresi marah.

Judah menggeram kesal. Melihat diriku yang memiliki jarak dekat dengan Newton dan tangan Newton yang masih di pergelangan tanganku.

Tanpa di duga, Judah menarik diriku kepadanya membuatku terpekik terkejut dan tubuhku berakhir bertabrakan dengan tubuhnya.

Oh my... What the world is this?!

Tubuhku menempel dengannya. Tanganku yang di dada Judah dapat merasakan degupan jantungnya.

Tidak hanya aku yang shock tapi Newton juga.

"What the hell?!" Teriak Newton.

Aku merasakan sesuatu melingkar di pinggangku. Saat aku menunduk, tangan kanan Judah sudah melingkar disana. Tangannya yang besar di pinggangku yang kecil sangat kontras sekali.

"I need her." Ucap Judah.

Mulut Newton terbuka lalu tertutup persis seperti ikan.

"Athena, you better get away from him." Ujar Newton. 

Tangan Judah melingkar erat lalu berbisik.

"Stay..."

Aku mendongak menatap Judah.

Judah tidak lagi menatapku dingin, tajam dan datar seperti waktu itu.

Judah menatapku lembut dan seakan memohon.

Aku bahkan sampai speechless dan jika bukan karna suata Newton yang kembali memanggilku, aku akan terus menatapnya.

Aku menatap Newton maaf.

"I need to talk to you, Bella."

Aku ragu untuk mengiyakannya. Aku tidak ingin kejadian malam itu kembali terulang lagi.

Tidak mau mendengar ucapan menyakitkannya.

"Please..."

Well, I can't say no if he's like that.

I'm sucker.

Continue lendo

Vocรช tambรฉm vai gostar

HERIDA De Siswanti Putri

Ficรงรฃo Adolescente

596K 23.4K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ARSYAD DAYYAN {Segera Terbit} De aLa

Ficรงรฃo Adolescente

2.6M 141K 62
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA De kiaa

Ficรงรฃo Adolescente

1.7M 64.9K 29
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...