My Valentines ✔️

By roseannejung

304K 35.4K 3.1K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... More

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

26. Top Priority

5.6K 715 99
By roseannejung

Tubuh Jaehyun kuyup dengan air hujan. Rambut, coat, hingga sepatu yang ia kenakan semuanya basah.

Di lantai yang ia tapaki juga mulai terbentuk genangan air yang berasal dari tetesan air hujan di tubuh Jaehyun.

"Chaeyoung, kita harus bicara," suara berat itu terdengar.

Tanpa basa-basi, tangan Chaeyoung langsung bergerak menutup pintu namun ditahan.

"Bisa kamu dengarkan aku dulu?" Jaehyun mendorong sedikit pintu unit Chaeyoung hingga tubuh perempuan itu tembali terlihat.

"Nggak bisa."

"Sebentar saja. Aku mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, agar kamu tidak salah paham."

"Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi, Jaehyun."

"Ada!" sergah Jaehyun dengan lantang. "Ada banyak hal yang perlu aku bicarakan. Jadi, kumohon ijinkan aku masuk dan menjelaskan semuanya."

Chaeyoung menggelengkan kapala. Ia sama sekali tidak setuju dengan ucapan laki-laki itu.

Semuanya berakhir setelah Jaehyun menghilang di saat Chaeyoung, Rion, dan Yewon paling membutuhkannya.

"Tunggu!" Jaehyun kembali menahan pintu yang ingin di tutup Chaeyoung. "Kalau kamu tidak mengijinkanku masuk, tidak apa-apa. Di sini pun tidak masalah. Aku bisa menjelaskannya. Tapi kumohon, Chaeyoung, dengarkan."

Sorot mata Jaehyun terlihat begitu memohon. Chaeyoung yang bahkan sudah meneguhkan hati untuk tidak lagi berurusan dengannya sampai goyah.

Tak apalah, mungkin setelah ini Jaehyun akan berhenti mengusik hidupku dan Rion lagi.

"Lima menit," ujar Chaeyoung dengan wajah masam.

Sebuah senyum lega terulas sebentar di wajah Jaehyun sebelum ia kembali terlihat serius dan berpikir harus memulai dari mana percakapan ini.

"Pertama-tama, aku ingin minta maaf karena telah menghilang satu bulan ini. Hal itu dikarenakan permintaan Jiho."

Napas Chaeyoung tercekat mendengar nama itu.

Jiho...

Kim Jiho.

"Satu bulan yang lalu, saat aku pertama kali memberitahu Jiho tentang keberadaan Yewon dan Rion, dia sangat terkejut. Jiho kecewa dan merasa kalau aku telah mengkhianatinya. Padahal, pada malam reuni itu kami belum menjalin hubungan dengan status apapun ... "

" ... Meskipun begitu, aku tetap merasa bersalah karena telah menyembunyikan keberadaan Yewon dan Rion, juga terus berbohong kepadanya hampir lima bulan lamanya."

Chaeyoung mendengus dalam hati.

Jung Jaehyun merasa bersalah karena menyembunyikan keberadaan Yewon dan Rion kepada Jiho, lalu bagaimana dengan Chaeyoung? Apa dia tidak merasa bersalah karena telah menumpahkan semua tanggung jawab di bahu perempuan itu sendirian?

Kejam. Batin Chaeyoung.

Penjelasan ini sama saja dengan upaya Jaehyun yang tanpa sadar membubuhkan garam di atas luka Chaeyoung.

"Aku ingin mempertahankan hubunganku dengan Jiho, maka dari itu aku bertekat untuk melakukan apapun agar dia memaafkanku sekaligus menerima Rion dan Yewon sebagai bagian dari diriku. Dan salah satu syarat Jiho untuk menerimaku adalah dengan tidak bertemu untuk sementara waktu dengan kalian."

"Dan kamu setuju?" tanya Chaeyoung sambil menatap Jaehyun tepat di mata.

Menantangnya untuk terus berbicara.

"Dengan bodohnya, ya, aku menyetujuinya. Dan aku menyesal." Jaehyun maju satu langkah, namun Chaeyoung dengan cepat mendorong pintu yang menjadi penghalang di antara mereka berdua.

Laki-laki itu cukup tahu diri untuk tidak memaksa mendekat. Karena kalau ia melakukan itu, mungkin Chaeyoung akan segera memanggil polisi.

"Aku pergi bukan karena ingin membuang Rion dan Yewon. Aku menghilang bukan karena ingin lepas dari tanggung jawab, tapi aku melakukan itu untuk membuat Jiho dapat menerima mereka. Tapi pilihanku salah. Jiho tidak akan pernah bisa menerima keadaanku yang sekarang sudah memiliki anak."

"Sudah selesai?"

Jaehyun kaget saat mendapati hanya dua kata itu yang keluar dari bibir Chaeyoung setelah ia bercerita panjang lebar.

"Ya, itu penjelasanku."

"Kalau begitu, bisa kamu pergi sekarang?"

"Tunggu! Chaeyoung."

"Apa lagi?" Chaeyoung mulai kehabisan kesabaran. Jaehyun sangat keras kepala dan banyak mau.

"Apa kita sudah sama-sama mengerti sekarang?" Jaehyun bertanya dengan satu alis terangkat. Laki-laki itu cukup skeptis menerima reaksi Chaeyoung yang seperti ini.

"Ya, semuanya sudah jelas sekarang," jawab Chaeyoung.

Jaehyun semakin dibuat bingung.

Hanya begini? Semudah ini?

"Kalau begitu, boleh aku bertemu dengan Rion sekarang?"

"Jaehyun, maaf," wajah Chaeyoung berubah seperti orang yang merasa terganggu.

"Karena kita sudah sama-sama mengerti, bisa aku minta kamu untuk tidak pernah mengusik hidupku dan Rion lagi?"

"Apa?" nada suara Jaehyun meninggi.

"Aku minta kamu untuk jangan pernah muncul lagi di hadapanku."

"Chaeyoung...," tangan Jaehyun berusaha untuk menggapai perempuan itu namun ditepis.

"Lupain aku dan Rion, oke. Lanjutkan hidup kamu sebagaimana kamu menginginkannya. Jangan pernah ingat-ingat kami lagi. Anggap saja kami itu hanya mimpi buruk yang hinggap di salah satu malam kamu."

"Bagaimana bisa aku ngelakuin semua itu, saat jelas-jelas aku tahu kalian itu nyata. Bagaimana aku bisa ngelupain Rion saat aku sudah tahu kalau dia itu anakku, Chaeyoung."

"Bisa, kamu pasti bisa." Chaeyoung mulai melepas cengkraman tangan Jaehyun di kusen pintu, agar ia bisa menutupnya tanpa melukai Jaehyun.

"Aku nggak bisa! Kalau pun aku mencoba aku pasti akan digerogoti oleh rasa bersalah dan hidupku nggak akan tenang."

"Itu dia!"

"Apa? Itu apa?" wajah Jaehyun terlihat kebingungan.

"Kamu mendekati aku, Rion dan Yewon karena rasa bersalah. Andai kita tidak bertemu di Moms and Babies, sore itu aku yakin kamu nggak akan pernah dengan suka rela menanyakan kabarku dan anak-anakku. Kamu akan tetap menjalani hidup kamu tanpa mempedulikan kami ... "

" ... tapi sialnya, sore itu kamu bertemu denganku. Lebih sial lagi tepat di hari itu juga aku melahirkan. Kemudian kamu melihatku bersama Yewon dan Rion yang masih berlumuran darah lalu kamu merasa kasihan. Makadari itu, kamu mulai mendekati kami."

Cengkraman tangan Chaeyoung di handle pintu mengeras. Ia ingin sekali menangis, tapi air matanya seakan kering tak tersisa.

"Selain merasa kasihan, aku juga yakin kamu merasa bersalah karena pernah tidak mengakui Rion dan Yewon sebagai anak kamu. Jadi, kamu melakukan semua hal yang bisa kamu lakukan untuk menghilangkan rasa bersalah yang ada di dalam hati kamu. Kamu melakukan semua itu untuk diri kamu sendiri, Jaehyun, bukan karena kamu sayang dengan Rion dan Yewon."

"Kamu salah, Chaeyoung! Kamu salah! Aku sayang dengan mereka. Aku peduli!"

"Kalau kamu sayang dengan mereka, kamu nggak akan pergi saat tahu keadaannya sedang tidak baik-baik saja," lugas Chaeyoung. "Yewon sakit, dan nggak lama kemudian Rion juga sakit. Di satu bulan ketidak hadiran kamu itu adalah waktu paling krusial, Jaehyun ... "

" ... There is something called priorities. Dan saat kamu pergi, kamu membuktikan kepadaku kalau Rion dan Yewon nggak ada di bagian atas prioritas kamu. Jadi sekarang kita selesaikan di sini aja, oke. Biar kita sama-sama tenang."

"Persetan dengan tenang! Bagaimana aku bisa tenang setelah semua ini!"

"Lupain kami!"

"Dengan gampangnya kamu minta aku ngelakuin itu? Aku nggak akan pernah bisa ngelupain anakku sendiri."

"Kalau begitu, dengar aku baik-baik ... " Chaeyoung tiba-tiba membuka lebar pintu unit apartemennya lalu melangkah mendekati Jaehyun.

Di tangkupnya dua pipi Jaehyun hingga netra kelam laki-laki itu hanya bisa menatap maniknya.

Tangannya yang ada di kedua pipi Jaehyun, menghalangi laki-laki itu untuk menghindar dan menatap objek lain selain Chaeyoung.

"Rion bukan anak kamu. Bayi laki-laki yang kamu peluk pertama kali lima bulan yang lalu bukan anak kandung kamu. Park Rion hanya orang asing." Chaeyoung mengucapkan kalimat itu dengan suara setengah berbisik. "Jadi, lupain dia."

Kalimat itu serasa seperti mantra bagi Jaehyun. Otaknya secara otomatis terus menerus memutar suara Chaeyoung yang merapalkan barisan kata itu.

Sesaat kemudian, dingin telapak tangan Chaeyoungperlahan menjauh dari pipi Jaehyun. Lalu tanpa suara, perempuan itu menutuppintu apartemenya di depan wajah Jaehyun.

***

Dengan gerakan malas, Jaehyun melepas sepatu, mantel, kemeja, dan kaos dalamannya yang basah sembarangan.

Kaki panjangnya melangkah ke ruang tamu dan seketika ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Jaehyun tidak peduli celana basah yang ia kenakan akan membuat sofa lembab keesokan hari. Yang ia butuh saat ini adalah tempat untuk menyandarkan kepala dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu letih.

Park Chaeyoung...

Perempuan itu begitu pandai menyusun kata hingga berhasi membuat Jaehyun hancur lebur hanya karena mendengarkan kalimat-kalimatnya.

Rion bukan anak kamu ...

Bayi laki-laki yang kamu peluk pertama kali lima bulan yang lalu bukan anak kandung kamu.

Rion hanya orang asing.

"Aarrrghh! Fuck!" Jaehyun meremat rambut tebalnya.

Ia kalut.

Ucapan Chaeyoung sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir Jaehyun.

Di satu sisi, Jaehyun percaya kalau omongan Chaeyoung hanyalah sebuah omong kosong. Tapi di sisi lain Jaehyun tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Kalau ucapan Chaeyoung adalah kenyataan bagaimana?

Kalau Rion memang bukan anak kandungnya bagaimana?

"Sial! Sial!"

Jaehyun menaruh lengannya untuk menutupi mata lalu mengatur napasnya yang berantakan.

Hari ini begitu berat.

Di kantor, Jaehyun baru saja mendapatkan surat tugas dinas ke Hongkong selama empat bulan. Makadari itu, ia berkunjung ke apartemen Chaeyoung dengan maksud untuk meluruskan keadaan sebelum ia pergi.

Tapi malah akhirnya seperti ini.

Bukannya lurus, benang takdir mereka malah semakin kusut.

"Park Chaeyoung..., kalau tujuan kamumengucapkan semua itu hanya untuk membuat isi kepalaku berantakan, aku akuinkamu berhasil."

***

Jam dua pagi, tidur Chaeyoung terusik saat mendengar tangisan Rion. Tanpa banyak berpikir, ia turun dari ranjang lalu berjalan ke arah box baby yang ada di sudut kamarnya.

"Kenapa, Sayang?" Chaeyoung menggendong bayi lima bulan itu ke dalam dekapannya. "Haus? Rion mau susu?"

Rion tentu saja tidak menjawab, dan hanya terus menangis.

Sambil menggendong Rion, Chaeyoung berjalan ke arah single sofa berwarna ungu muda yang ada di samping meja riasnya. Ia membuka tiga kancing atas baju tidurnya, lalu menyusui Rion dalam hening malam.

Tangis Rion terhenti dan digantikan dengan decapan bayi itu menyusu.

Jemari Chaeyoung bergerak mengusap kepala Rion.

"Rion, kalau nanti kamu tumbuh besar tanpa kasih sayang Papa nggak apa-apa, kan?" Chaeyoung bermonolog sambil menatap anak semata wayangnya.

"Mama janji, selain jadi ibu yang baik, Mama juga akan jadi ayah yang keren buat Rion."

Mata Rion terbuka lalu menatap sang mama sambil terus asik menyusu. Tangan kecil bayi itu kemudian terulur dan menyentuh pipi Chaeyoung.

"Karena adik Yewon udah nggak ada, cuma tinggal kita berdua. Kedepannya, kita harus saling jaga, ya. Mama jagain Rion, dan Rion... Hmm, karena Rion masih kecil Mama kasih keringanan, deh, jadi Rion nggak perlu ngapa-ngapain. Cukup jadi anak yang baik, Mama pasti udah bahagia kok."

Chaeyoung tersenyum kecil.

Hatinya mungkin saja sakit karena baru sajaditinggalYewon, tapi selama ada Rion, Chaeyoung yakin dapat melalui badaisebesar apapundi masa depan nanti.

.

To Be Continued

A/N : Selama baca cerita ini kalian kan tahu kalau Chaeng sama Jahe pada akhirnya akan nikah, tapi ANDAIKAN KALIAN NGGAK TAHU kira-kira ending apa yang ada dipikiran kalian setelah baca chapter ini.

Aku penasaran.

Bonus

Foto Rion

Continue Reading

You'll Also Like

141K 17.5K 66
[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that s...
1K 104 5
Hermione Granger ingin membalas dendam pada Ron. Orang yang sempurna untuk hal itu adalah Draco Malfoy. Dia hanya perlu membuat pria itu tertarik pad...
726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
6.9K 889 4
[oneshot collections] sehun;jisoo "and at the end, we were all just humans... drunk on the idea that love, only love, could heal our brokenness." - F...