My Valentines ✔️

By roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... More

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

25. Yang Terbaik

5.4K 682 141
By roseannejung

Acara ulang tahun Alexandra berlangsung meriah. Jennie dan Taeyong merencanakannya dengan tidak tanggung-tanggung.

Lobi hotel yang disulap menjadi taman bermain berkonsep kerajaan sukses membuat anak-anak betah sampai tidak mau pulang.

Jangan tanyakan soal makanan. Mulai dari yang manis, asin, asam, hingga rasa yang tidak pernah terbayangkan semuanya ada.

Meski pun demikian, sepulang dari acara pesta ulang tahun Alexandra, Jaehyun masih mengajak Chaeyoung untuk makan sushi di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Gangnam.

Memang, selama acara tadi Jaehyun sama sekali tidak makan apapun.

Katanya tidak selera.

Jadi, di sinilah mereka sekarang. Di sebuah restoran sushi yang katanya menjadi langganan Jaehyun sejak jaman kuliah dulu.

"Kamu mau nambah lagi, nggak?" Jaehyun bertanya kepada Chaeyoung sembari mengambil piring kecil—berisi dua sushi tuna—yang lewat di hadapannya.

"Rion mau!" Bukannya Chaeyoung yang menjawab, malah Rion.

Bocah itu mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya seperti murid yang ingin menjawab soal dari guru.

"Nih, Papa kasih." Jaehyun menyumpit satu sushi yang tadi diambilnya ke piring Rion.

Karena restoran ini tidak menyediakan sumpit untuk anak kecil jadi, Rion mengambil gulungan nasi dan potongan ikan tuna mentah itu ke dalam mulut dengan tangan.

"Enak nggak?"

Rion mengangguk dengan pipi yang menggembung.

"Hari ini Rion makan banyak banget. Lihat, nih, perutnya sampai buncit." Chaeyoung mengelus perut Rion yang hanya terlapisi kaos berwarna putih dengan gambar topeng iron man.

Kemeja, suspender, dan dasi kupu-kupu yang semula ia kenakan sudah ditanggalkan sesaat setelah acara ulang tahun Alexandra selesai.

"Nggak apa-apa, biar sehat ya Rion. Makan yang banyak," ucap Jaehyun sambil menyuap sushinya. "Mau lagi nggak? Itu piring yang jalan di deket Rion isinya sushi bayi gurita."

"Yang itu, Pa" Rion menunjuk piring yang dimaksud.

"Iya, kalau Rion mau ambil aja."

"Mauuuu!"

"Udah, jangan nambah lagi." Chaeyoung menahan tangan Rion yang sudah siap-siap mengambil piring yang diincarnya saat lewat. "Nanti Rion kekenyangan. Kalau kekenyangan nanti Rion muntah. Kalau Rion muntah artiya Rion sakit. Dan kalau Rion sakit nanti yang susah itu Mama."

"Tapi Rion mau, Ma."

"Udah ya. Mama tahu Rion cuma penasaran. Bukannya lapar."

Wajah Rion seketika tertekuk.

"Papa, Rion mau itu." Rion menoleh ke arah Jaehyun untuk meminta pembelaan.

Tapi, jangankan Rion, Jaehyun saja tidak berani membantah omongan Chaeyoung kalau itu sudah menyangkut kebaikan Rion.

Percaya tidak percaya, omongan Chaeyoung pada akhirnya akan terbukti benar.

"Kalau Mama bilang nggak boleh, berarti nggak boleh. Ingat, Mama is the boss."

Rion ngambek dan langsung menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang ada di atas meja.

Tidak lama kemudian, suara isakan tangis mulai terdengar.

Sorot mata Chaeyoung dan Jaehyun bertemu. Mereka secara tidak langsung sedang saling lempar tanggung jawab untuk meredakan emosi Rion.

Kalau diartikan, pandangan Chaeyoung seakan-akan berucap.

Cepet lakuin sesuatu sebelum tangis Rion makin kenceng.

Sedangkan tatapan Jaehyun bermaksud

Aku harus ngapain? Kan, kamu yang larang Rion makan lagi.

Begitu terus sampai tangis Rion semakin besar.

"Rion, lihat Mama." Chaeyoung menarik tangan anak laki-lakinya, namun ditepis berkali-kali. "Mama nggak suka Rion nangis terus. Dilarang sedikit nangis, nggak diturutin kemauannya nangis. Rion sudah besar, harus ngerti kalau Mama ngelarang bukan karena nggak sayang sama Rion tapi khawatir."

Tangisan Rion semakin menjadi-jadi, malah sekarang kakinya bergerak-gerak sampai membuat bangku yang ia duduki goyah.

"Sayang, jangan tendang-tendang meja. Nanti jatuh."

Bukannya berhenti Rion malah semakin menjadi-jadi.

"Rion." Jaehyun berucap sambil menaruh sumpitnya. Karena Rion tidak berhenti menangis sambil menendang meja, Jaehyun berdiri lalu menggendong bocah empat tahun itu ke dalam pelukannya.

Rion berontak sambil berteriak. Dipukulnya bahu Jaehyun berkali-kali.

Pengunjung restoran yang lain mulai melirik ke arah mereka karena suara tangisan Rion yang nyaring.

"Aku udah selesai makan. Tolong, bayar di kasir. Aku bawa Rion keluar." Jaehyun mengambil dompet dari kantong celana, lalu memberikannya kepada Chaeyoung. Setelah itu ia membawa Rion yang masih melempar tantrum keluar restoran.

Chaeyoung menghembuskan napas gusar.

Sifat Rion yang sering marah saat keinginannya tidak terpenuhi kadang membuat Chaeyoung khawatir.

Jika dibiarkan, ia yakin sifat itu akan berkembang menjadi karakter buruk. Sialnya, Chaeyoung belum tahu dengan cara apa ia harus mengatasi hal itu.

Setelah membereskan barang-barangnya ke dalam tas, Chaeyoungberdiri dan berjalan ke kasir.

***

"Kayanya kita harus ngelakuin sesuatu," ucap Chaeyoung di tengah-tengah keheningan suasana dalam mobil.

"Soal Rion?" tanya Jaehyun tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan yang ada di hadapannya.

"Dia semakin lama semakin sulit dilarang. Kamu lihat sendiri tadi."

"Mungkin karena kecapekan. Habis main di pesta ulang tahun Xandra, jadinya sensitif cepet nangis."

"Enggak, Jaehyun, Rion memang selalu akan nangis kalau keinginannya nggak diturutin." Chaeyoung mengusap kepala Rion yang tertidur di pangkuannya.

"Kamu juga!"

"Kok aku? Aku kenapa?" Jaehyun melirik Chaeyoung sekilas, sebelum memutar setir mobil ke arah kanan.

"Kalau Rion nangis jangan dibujuk dengan beli mainan terus," omel Chaeyoung.

"Aku nggak bermaksud begitu. Cuma aku kan memang udah janji mau beliin mainan hewan."

"Ya, tapi tadi Rion nggak inget kamu punya janji itu. Gara-gara kamu tawarin, jadi beli mainan lagi." Chaeyoung melirik bungkusan besar di jok belakang mobil.

Bungkusan itu berisi beberapa mainan Rion dan lego edisi khusus star wars. Khusus untuk lego, itu adalah mainan Jaehyun.

"Menurutku, Rion begini karena kita terlalu fokus sama dia. Rion berpikir kalau semua hal harus berjalan sesuai kemauannya," ucap Chaeyoung sambil menutup telinga Rion karena ia tidak mau anak itu mendengar pembicaraan ini. "Rion harus tahu caranya berbagi dan mengalah."

"Kalau punya adek, Rion secara alami akan belajar berbagi dan mengalah." Omongan Jaehyun sukses membuat Chaeyoung menatapnya sinis.

Mungkin karena perut Jaehyun yang kenyang karena makanan enak, laki-laki itu kali ini tidak takut untuk menggoda Chaeyoung.

"Jangan mulai."

"Aku cuma ngomong. Lagi pula siapa yang tahu? Kali aja kecelakaan semalem benar-benar bikin kamu hamil, kaya waktu kehamilan pertama kamu."

"Nggak akan."

"Kenapa? Kenapa nggak bisa?"

"Karena aku rutin minum pil KB dan semalem itu termasuk masa tidak suburku."

Genggaman tangan Jaehyun pada setir mobil mengerat.

"Lalu kenapa kamu semarah itu sama aku?"

"Karena kamu selalu ingkar janji. Minta satu kali, akhirnya malah berkali-kali. Aku bilang diluar dan kamu selalu di dalam."

"Kamu sebenernya bisa nolak dan aku pasti akan berhenti. Tapi kamu nggak ngelakuin itu."

Chaeyoung gelagapan. "I-itu karena... karena aku nggak sampai hati untuk nolak kamu?"

"Serius? Bukan karena kamu juga mau?"

Chaeyoung menatap Jaehyun nyalang, namun laki-laki itu malah tersenyun kecil.

Kalau diperhatikan, seiring dengan bertambahnya usia pernikahan mereka sikap Jaehyun juga semakin berubah.

Jika di awal, Jaehyun lebih banyak diam, sekarang laki-laki berlesung pipi itu semakin berani untuk mengutarakan apa yang ada di kepalanya.

Chaeyoung sebenarnya tidak masalah, hanya saja terkadang apa yang Jaehyun ucapkan terlalu frontal dan tanpa sensor. Sampai-sampai tidak jarang membuat Chaeyoung mati kutu.

"Ngomong-ngomong soal adik Rion, minggu depan hari peringatan meninggalnya Yewon, kan." Jaehyun kembali berucap kala mobil yang dikendarainya mulai masuk ke parkiran basement.

Chaeyoung mengangguk sebagai jawaban.

"Mau adain upacara di rumah?"

"Tahun ini rencananya aku sama Lisa mau ke panti asuhan khusus bayi-bayi yang baru lahir."

Jaehyun menarik rem tangan ketika mobilnya sudah terparkir sempurna.

"Panti asuhan mana?"

"Di daerah Gangwon, namanya panti asuhan Bit Na."

Jaehyun menyerongkan tubuh agar bisa menatap Chaeyoung lurus. Tidak lama kemudian, ia menggamit tangan Chaeyoung yang sedang memeluk Rion dipangkuannya.

Chaeyoung menatap Jaehyun aneh.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab, Jaehyun malah membawa tangan Chaeyoung dan menciumnya lembut.

"Aku cuma mau bilang, selamat hari ibu."

"Hah?"

"Kamu ibu yang luar biasa untuk Rion dan Yewon."

Chaeyoung buru-buru menarik tangannya dari genggaman Jaehyun.

"Ngaco kamu. Hari ibu itu tanggal 8 Mei dan sekarang bulan November."

"Nggak apa-apa, itu artinya aku enam bulan lebih awal."

Mulut Chaeyoung sudah terbuka untuk menanggapikalimat absurd Jaehyun, namun pada akhirnya tidak ada satu kata pun yangterlontar.

***

CTARR!

Suara petir sama sekali tidak membuat Park Chaeyoung takut. Bahkan ia sengaja membuka lebar gorden ruang tamu apartementnya agar dapat melihat langit gelap tak berbintang.

Pikirannya melayang jauh ke tempat Yewon berada sekarang.

Surga.

Chaeyoung yakin anak perempuannya sudah bahagia dan tenang di sana. Dia tidak lagi merasa kesakitan, dan bisa bermain dengan bebas.

Tapi yang masih mengganjal di dalam hati Chaeyoung adalah mengapa harus secepat ini?

Hanya lima bulan waktu yang diberikan Tuhan kepada Chaeyoung untuk merawat Yewon. Dan selama lima bulan itu juga Chaeyoung merasa belum maksimal melakukan yang terbaik untuk anak perempuannya.

Malam ini adalah malam ke lima setelah kepergian Yewon dan Chaeyoung kadang masih bisa mendengar suara tangisnya yang samar-samar terdengar di balik pikiran.

Di tengah bisingnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan, bel apartemen Chaeyoung berbunyi.

Perempuan itu melirik jam dinding dan melihat jarum pendeknya berada di angka delapan.

Siapa?

Meski sedikit enggan, pada akhirnya Chaeyoung membuka pintu dan tebakannya benar.

Jung Jaehyun berdiri di balik pintu dengan wajah yag belum sepenuhnya sembuh dari lebab hasil pukulan Chanyeol.

"Chaeyoung, kita harus bicara."

Suaranya pelan, namun Chaeyoung dapat merasakan ketegasan di sana.

Jung Jaehyun adalah banyak hal, namun perempuanitusama sekali tidak menyangka kalau keras kepala adalah salah satu diantaranya.

.

To Be Continued

A/N : Sudah selesai uwa-uwunya gaessss.

Bonus

Jaehyun makan sushi

Continue Reading

You'll Also Like

141K 22.8K 57
kamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23
39.4K 4.7K 24
[ON GOING] To understand something isn't her strongest point. However, the young genius professor that later becomes her supervisor demands her to do...
331K 31.3K 29
Hanya penderitaan dan kehancuran yang Yerim dapat setelah bertemu dengan pria itu -Jeon Jungkook. Pria yang mengklaim bahwa Yerim adalah miliknya. "K...
5.3K 507 28
Karena memaafkan tak semudah meminta maaf. JANGAN READ DOANG!! AKU GA SUKA!!