Hei, Baby boy - yeonbin

By cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... More

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

16. Straight

9.3K 1.2K 474
By cairaxa

Seoul University, 8.30 pagi

BUGH!

"Kau pantas mendapatkan bogem seperti itu, Kai"

Dibelakang salah satu gedung yang tidak terpakai, pukulan pukulan itu terus mendarat pada laki laki yang bernama lengkap Kai Kamal Huening. Sementara laki laki dibelakangnya—Soobin, menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Beomgyu yang baru saja melancarkan satu pukulan telak pada adik tingkat mereka itu.

Mau bagaimanapun juga, Soobin ingin seseorang menghajar Kai. Tidak oleh Yeonjun tentu saja. Bisa bisa riwayat adik tingkatnya itu benar benar berakhir jika Yeonjun yang melakukannya.

Soobin sendiri rasanya sudah gatal ingin ikut memberikan beberapa pukulan pada si bule itu. Tapi sepertinya itu malah akan semakin memperunyam suasana. Jadilah ia hanya menonton saat Beomgyu kembali melancarkan beberapa pukulan padanya.

Si manis memberitahukan hal ini pada sahabatnya itu sembari menunggu kedatangan Yeonjun kemarin. Beomgyu tersulut emosi, jelas. Siapa juga yang rela jika sahabat baiknya hampir dilecehkan oleh adik tingkat yang juga merupakan teman baiknya.

"Kau sadar apa yang kau lakukan hah?! Aku bersyukur karena Soobin sempat melarikan diri. Cih. Seharusnya aku tidak membantumu saat itu jika tahu penyebab kau hangover itu karena mabuk dan hendak melecehkan sahabatku sendiri!"

Ya. Beomgyu lah yang membuka kunci pintu kamar Soobin dipagi harinya dan betapa terkejutnya ia saat menemukan Hueningkai yang terkapar dilantai.

Beomgyu lantas membantunya, membantu Kai untuk meredakan mualnya. Tapi setelah Beomgyu kembali dari dapur dan hendak bertanya, si bule itu malah sudah menghilang dari rumah Soobin.

"Setelah menahan kekesalanku selama satu hari akhirnya aku puas juga" Beomgyu mendudukkan Kai yang sudah babak belur dan menyenderkannya pada dinding. "Kalian sudah bisa bicara sekarang"

Beomgyu menjauh dan kali ini Soobin yang beralih mendekat. Ia berjongkok, menyodorkan sebuah sapu tangan untuk menekan darah yang keluar dari sudut bibir yang lebih muda.

"Tidak perlu, Hyung" ucapnya serak dan diakhiri batuk beberapa kali. "Aku tidak memiliki muka untuk menerima apapun bantuan darimu. Bahkan sebenarnya aku pun tidak berhak untuk sekedar berbicara padamu. Tapi tetap saja. Aku ingin minta ma—AW!"

Hueningkai menjerit dan seketika mengangkat kepalanya saat tiba tiba, Soobin menekan lukanya menggunakan sapu tangan. "Diamlah. Obati dulu lukamu ini"

"Ta-tapi...... aku pantas mendapatkannya"

"Aku tahu" jawab Soobin cepat masih dengan telaten membersihkan wajah adik tingkatnya itu. "Karena itulah aku tidak melarang Beomgyu untuk menghajarmu barusan. Tapi tetap saja. Mau bagaimanapun juga, aku terlanjur menganggapmu seperti adikku sendiri. Aku tidak bisa membiarkanmu penuh luka seperti ini"

"Ta-tapi—"

"Sudahlah. Kau seharusnya masih bersyukur dia masih mau mengobatimu dan bukannya menjauhimu seumur hidupnya" timpal Beomgyu malas sembari memberikan jitakan pada kepala yang lebih muda.

Akhirnya setelah pembicaran yang cukup panjang dengan Beomgyu yang berkali kali tersulut emosi, mereka membuat semuanya clear dan sekarang Kai menunduk hormat pada keduanya dengan perasaan lega yang teramat sangat.

"Aku memaafkan mu kali ini. Tapi ingatlah, tidak untuk kedua kalinya, Kai Kamal Huening"

"BAIK, HYUNG!" ujarnya semangat dan ia pun undur diri dengan senyum merekah diwajahnya.

"Akhirnya masalah ini selesai" Beomgyu meregangkan badannya dan berkacak pinggang, menatap Soobin sebal. "Kau seharusnya juga memberi dia beberapa pukulan, Soobin"

"Tidak usah. Bisa bisa dia sekarat kalau aku ikut menghajarnya tadi"

Drrt

Drrt

Si manis mengerutkan keningnya bingung saat melihat nama 'Bajingan' alias Yeonjun yang tertera di layar handphonenya. Ada apa Yeonjun memanggilnya tiba tiba begini?

***


Yeonjun's office, 16.30 sore

Yeonjun mengacak rambutnya kasar saat kembali teringat akan laporan orang suruhannya tadi siang. Ia kesal, sangat. Orang suruhannya mengatakan bahwa Soobin berjalan ke belakang gedung bersama bule sialan itu.

Hell! Bukankah kemarin Soobin sendiri yang ingin menjauh dari si bule itu?

"Astaga Soobin. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!" ujarnya tak mengerti. Ia melirik ke arah jam, memperkirakan bahwa seharusnya, sebentar lagi Soobin akan sampai kesini.

Ceklek

"Soo—huh? Yeji?"

Ya. Perempuan itu—Yeji, berjalan masuk mendekati meja setelah menutup pintu ruangan Yeonjun sebelumnya. Sebelah alisnya naik dengan senyum miring terpatri diwajah cantiknya. "Heee. Soo? Siapa itu? Mainan barumu ya?"

Yeonjun berdecak sebal, kembali mencoba fokus pada pekerjaannya. "Bukan urusanmu. Lagipula kenapa kau disini? Urusan kita sudah selesai jadi sebaiknya kau pulang"

"Boo. Ucapanmu itu kecut sekali, Choi. Sekarang aku datang kesini sebagai teman masa kecilmu dan bukan sebagai klienmu" perempuan dengan mata sipit itu bersandar pada meja kerja si rambut hitam, tersenyum miring sembari memainkan dasi milik Yeonjun acak. "Lagipula sudah lama kita tidak bertemu. Kau yakin tidak merindukanku, hm?" lanjutnya sembari menarik dasi berwarna hitam itu agar Yeonjun mendekat.

Si mata kucing menghela nafasnya berat. Ia menepis tangan Yeji yang memegang dasinya dan menatap wanita itu malas. "Pekerjaanku sedang menumpuk, Yeji. Jangan menambah bebanku dengan kelakuanmu itu"

"Hmm. Yakin?" Yeji mulai melancarkan aksinya. Membuka kancing kemeja kerjanya satu persatu dengan gerakan yang sengaja ia buat agar terlihat sensual.

Hanya saja, yang digoda sepertinya tidak sedang dalam server yang sama. Yeonjun menatap temannya itu tak minat dan bahkan tak habis pikir kenapa Yeji begitu gencar ingin menggodanya.

Well. Entahlah hanya saja, semenjak mengenal Soobin, ia belum pernah lagi merasa tergoda dengan liuk tubuh wanita.

"Pergilah, Yeji. Aku tidak tertarik"

"Ayolah, Yeonjun. Tidak ada salahnya bersenang senang sebentar"

Yeji merangkak naik ke pangkuan si rambut hitam yang lagi lagi, dibalas Yeonjun dengan helaan nafas berat.

"Sudahku bilang, aku—"

BRAK!

Ah. Ini dia. Kesayangannya yang sebenarnya. Dengan tendangan pintunya seperti biasa.

Timingmu benar benar sesuatu sekali, Choi Soobin.

"Wah wah. Ada yang sedang bersenang senang"

'Hwang Yeji sialan'

Yeonjun menghembuskan nafasnya berat, lagi, dan menyingkirkan wanita itu dari pangkuannya. "Ini tidak seperti yang kau pikirkan"

Terlihat Soobin mengangkat sebelah alisnya, tersenyum meremehkan. "Oh ya? Same as mine, then. Ini tidak seperti yang kau pikirkan"

Sial.

Padahal sebelumnya Yeonjun sudah menyusun rencana untuk menyiksa si manis semalaman penuh dengan alibi "Hukumanmu karena berhubungan lagi dengan bule sialan itu" tapi sekarang rencananya itu tinggal angan angan saja karena ia malah berada dalam situasi yang sama seperti Soobin.

Tepat setelah Yeonjun membuka mulut, Yeji mendahuluinya. Mereka berdua beradu argumen hingga akhirnya, harus ada sanggahan yang ia lontarkan.

"Hah. Kau pikir aku harus melakukan hal rendah seperti itu? Tidak perlu. Tanpa dimintapun, pangkatku sudah tinggi karena aku adalah Hwang Yeji, Choi Yeonjun's baby girl"

"Kau melupakan satu poin penting, Yeji" sambar Yeonjun cepat sebelum kesalahpahaman Soobin padanya semakin jauh. "Kontrak kita sudah berakhir bertahun tahun yang lalu"

Yeji mendecak. Ia menatap Yeonjun sebal. "Oh ayolah, Yeonjun. Dulu atau sekarang, itu masih sama saja. Lagipula akulah orang pertama yang menjalin sugar relation denganmu"

"Tapi aku bukan orang pertama yang melakukan hal itu denganmu, Yeji. Jadi jangan terlalu berharap"

Yeji terkekeh geli mendengar jawaban sarkas itu. "Astaga, Choi. Begitukah sikapmu pada teman masa kecilmu?"

"Wah. Ternyata produk bekasan sepertimu tidak tahu diri juga, ya" ucapan tiba tiba itu membuat Yeonjun terkekeh geli sementara untuk Yeji, tentunya dia merasa tidak terima harga dirinya digores seperti itu oleh orang asing.

"Kau pikir kau siapa, mengatakan hal seperti itu padaku?" ujarnya kesal dan lagi, kekesalannya semakin memuncak saat melihat Soobin yang malah menertawainya.

"Well, aku siapa? Biar kuberi tahu siapa aku" Soobin melangkahkan kakinya mendekati Yeji hingga kini, mereka saling berhadapan satu sama lain.

Soobin mengangkat dagunya, memandang perempuan didepannya remeh dengan senyum miring terpatri diwajahnya. "Perkenalkan. Aku Choi Soobin. Choi Yeonjun's baby boy. Now"

Yeah. That's ma boy.

Bahkan Yeonjun hanya terkekeh pelan mendengarnya. Untuk urusan seperti ini, mulut pedas Soobin memang bisa diandalkan.

Dan Yeji tidak perlu diberitahu dua kali saat Soobin mengucapkan kata yang ia tekankan itu.

"What?! Kau?! Dan Yeonjun?!" ujarnya tidak percaya dengan menunjuk Soobin dan Yeonjun bergiliran.

"Kenapa? Perlu bukti?"

Masih dengan ekspresi yang menurut Yeji menyebalkan itu, Soobin berjalan mendekati Yeonjun. Ia menundukkan kepalanya, menempelkan bibir tipisnya pada bibir tebal itu yang pastinya disambut dengan senang hati oleh yang lebih tua—melupakan Yeji yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Yeonjun? Choi Yeonjun? Choi Yeonjun yang itu benar benar menjalin hubungan sugar dengan laki laki?! Hei! You've gotta kidding me!

***

"Yeonjun"

"Hm"

Sekarang ini, keadaan bisa dibilang sudah kembali normal. Yeonjun yang kembali berkutat dengan pekerjaannya, Yeji yang duduk dengan normal dihadapannya, dan Soobin yang sedang anteng mengerjakan tugasnya diatas sofa ditemani makaroni pedas yang memang ia minta pada Yeonjun untuk menyetoknya.

"Yeonjun"

Yeonjun menghela nafasnya, lagi. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas hari ini. "Ada apa, Hwang Yeji?"

"Aku pikir kau straight"

"Aku straight"

Oh, really, Choi?

"Tapi kau menjalin hubungan sugar dengan seorang laki laki!"

"Bukan laki laki, tapi Choi Soobin. Hanya Choi Soobin"

"Ya dan orang yang kau maksud itu laki laki, bodoh"

Yeonjun mengendikan bahunya tidak peduli. "Yeah, whatever. Yang jelas, aku hanya menginginkan Choi Soobin. Mengerti?"

Yeji menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ada yang salah dengan kepalamu itu, Jun. Kau gila"

"Ehem. Aku gila untuknya"

Sialan. Sebenarnya apa yang sudah dilakukan si bongsor itu pada sahabatnya?!

"Setidaknya berikan aku alasan logis kenapa kau sangat menginginkannya, Choi"

"Well" Yeonjun melirik ke arah manisnya yang sedang serius mengerjakan tugasnya disana. "He's pretty. Prettier than you"

"Hei! Aku tahu dia cantik tapi tidak mungkin dia mengalahkan kecantikanku sebagai perempuan!"

Tidak mengindahkan protesan Yeji, Yeonjun kembali berujar, "And he's cute as fuck. Ah dan juga, dia sangat mengagumkan diatas ranjang. Dia itu bisa—"

"Stop! Aku tidak memerlukan alasan sedetail itu" potong Yeji cepat saat rentetan kata itu keluar dengan lancarnya dari mulut si rambut hitam. "Sekarang aku akan memberimu sebuah pertanyaan. Diantara dadaku dan dua bulatan bawah orang itu, mana yang kau pilih?" lanjutnya.

"Heh, tentu saja aku akan memilih Soobin's cute butt" Ho. Sepertinya kau tidak perlu berpikir dua kali, ya, Choi? "Teksturnya sangat kenyal dan kau tahu, saat kau menamparnya, itu akan berubah merah dengan sangat cepat dan—"

"Kau masih mengatakan dirimu straight setelah mengatakan semua itu?!"

Yeonjun menatap Yeji dengan alis berkerut, setelahnya menggelengkan kepalanya malas. "Apa maksudmu, tentu saja aku straight"

Hah. Benar benar ada yang salah dengan kepala rubah ini.

TBC

Yo!

Yang chapter kemarin ngenes sama mbak yeji, maapkan wkwkwk 🤣🙏🏻

Semoga suka ya! 💙

Jangan lupa votment dan makasih udah mampir! 🙏🏻



Salam,

Cai ❄️🥶

Continue Reading

You'll Also Like

633K 30.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
388K 31.4K 63
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
52.7K 4.9K 30
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
168K 26.4K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...