"RIVAL BUCIN!!" seru semua orang yang ada di kantin. Semuanya berteriak riuh bahkan ada yang sampai tepuk tangan semangat.
"Malu gengs," bisik Rival sambil menutup mukanya dengan kedua tangan.
Cahya hanya cengar-cengir saja. Toh, salahnya Rival kenapa memujinya sampai berteriak begitu.
"Ehem ... tenang!" teriak Lego sambil mengangkat kedua tangannya. "Rival sebenernya tadi latihan akting." Lego memberi tahu alasan logis kepada orang-orang agar Rival tidak malu lagi. Kasihan juga.
"HOAX!" seru orang-orang tidak percaya.
Rival yang tidak bisa terus-terusan disoraki begini lalu menggebrak meja agak keras membuat suasana kantin mendadak menjadi hening.
"GUE TADI LAGI KESURUPAN SETAN GANJEN DI SINI. NAH KEBETULAN SETANNYA ITU SUKA SAMA KECANTIKAN CAHYA," eles Rival ngawur membuat orang-orang tertawa ngakak.
"Oasu ... alesan lo edan bener, yang logis dikit kek," saran Gilang tak habis pikir.
Cahya memandang heran pacarnya itu. Bisa-bisanya ia mempunyai pacar sebodoh itu.
"Emang bisa setan ngerasukin setan lain?" cetus Genta lempeng.
Rival menoleh tajam tak terima Genta bertanya seperti itu. "Mulut lo mau gue gampar?"
"Gih. Kalo berani," tantang Genta tanpa rasa takut.
"Jangan Rival!" cegah Cahya khawatir. "Nanti Genta jadi jelek kalo lo gampar. Dia udah ganteng, udah jangan diusik."
Lego menahan tawanya. "Rival muji Cahya, tapi Cahya muji Genta. Inikah sadboy sebenarnya?"
Rival menunduk sedih. "Mengsedih ...."
Reaksi itu mengundang tawa dari orang-orang. Genta yang tak tahan langsung menyuruh semuanya diam dan kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Semuanya menurut, keadaan kantin kembali ke semula.
"Cahya ...." Panggilan itu datang dari Kevin sang ketua OSIS yang baru saja datang. Cahya langsung menoleh lalu tersenyum.
"Kenapa, Vin?"
"Ayo! Ada wawancara."
Cahya mengangguk antusias lalu menoleh ke arah Rival. "Pamit dulu, ya."
Rival memalingkan wajahnya ke arah lain. Mimik mukanya berubah menyeramkan sejak Kevin datang.
"Ayo, Cay!" ajak Kevin lagi.
Cahya menoleh cemas. Rival marah, Cahya jelas tahu itu.
"Bentar, Vin."
Cahya lalu duduk di samping kiri Rival. Matanya menatap lekat Rival dari samping, tak lupa senyumannya yang selalu terulas. Tangan kanan Cahya perlahan menggenggam erat tangan dingin Rival lalu mengelusnya lembut.
"Pamit dulu, ya?"
Rival tetap diam dengan mempertahankan muka menyeramkan. Ketiga temannya juga ikut diam.
"Rival."
"Hm."
"Gue pergi dulu, ya."
Rival akhirnya mengangguk kaku lalu menoleh ke arah Kevin dengan muka serius. "Jaga milik gue yang bener. Sampe lecet dikit, gue bikin babak belur lo."
Kevin hanya menaikkan satu alisnya menantang.
"Natap cewek gue lebih dari lima detik, gue colok mata lo."
Cahya melongo mendengar perintah itu. Kebanyakan bergaul dengan Papa Bumi, pacarnya jadi seperti ini. Sama-sama seperti psychopat gadungan.
Papa Bumi memang pengaruh buruk, batin Cahya.
****
Cahya merebahkan dirinya di kasur setelah mandi sore. Matanya menatap langit-langit melamun. Rival, nama itu yang akhir-akhir ini selalu mengusik pikirannya.
"Hobi banget tuh orang ada di pikiran gue," gerutu Cahya lalu mengambil ponselnya di nakas karena terdengar notifikasi pesan.
Rivalgembels
Nggak lecet kan?
Anda
Gak
Rivalgembels
Hm. Dia tadi natap lo berapa detik?
Cahya mengembuskan napasnya lelah. Rival ini makin ke sini makin posesif.
Anda
Nggak ngitung
Rivalgembels
Lo gimana sih?! Ada lebih dari lima detik nggak kira-kira?!
Anda
Gak
Rivalgembels
Cay,
Anda
Apa?!
Rivalgembels
Jangan berpaling, ya?
Cahya lebih memilih untuk membacanya saja. Ia tak tahu mengapa Rival tiba-tiba mengatakan itu. Bapernya bukan main. Cahya merasa Rival benar-benar sudah mencintainya dan tidak ingin kehilangannya.
Notifikasi pesan kembali terdengar. Cahya langsung membukanya ketika nama Rival tertera.
Rivalgembels
Sorry, hp gue dibajak Lego. Dia yang bales pesan lo dari tadi.
Lagi-lagi setelah diterbangkan setinggi mungkin lalu langsung dijatuhkan. Cahya cemberut. Sudah biasa merasakan ini. Rival memang mahluk yang pandai memancing emosi
Rivalgembels
GUE TEBAK TADI LO BAPER YA? WKAKAKA PADAHAL LEGO YANG NGIRIM.
Cahya langsung menekan tombol blokir karena terlanjur kesal. Ia memaki Rival terus-menerus.
"Gila nih orang! Nggak kehabisan cara!" gumam Cahya saat tahu Rival mengiriminya pesan lewat email.
RivalAntergio_ : BUKA BLOKIRANNYA SILAU!
Rival Antergio_ : Ini perintah! Gue banting lo kalo nggak dibuka.
Rivalantergio_ : BUKA YANG! ASTAGA. KENAWHY LO BLOKIR WHATSAPP GUE?!
Cahya mengabaikannya karena masih sebal. Begitu banyak pesan yang dikirim Rival lewat email. Cowok itu sepertinya tidak ada lelah-lelahnya meneror dengan pesan.
"Gue aduin Papa Bumi tau rasa lo!"
Setengah jam berlalu baru Rival berhenti mengiriminya pesan. Cahya bernapas lega, akhirnya cowok itu lelah juga.
Cahya menoleh ke arah pintu kamarnya ketika tahu dibuka secara paksa. "Kenapa ke sini, Bang? Ketuk dulu kek lain kali, jangan langsung nyelonong."
Guntur datang dengan memakai kaos hitam oblong dan kolor bergambar Spiderman. Tangannya juga menenteng beberapa plastik berukuran agak besar.
"Nih." Guntur langsung meletakkan empat plastik agak besar itu ke ranjang Cahya. "Dari Rival. Sogokan buat buka blokiran." Rival baru saja pergi setelah memberikannya ini untuk Cahya lewat perantaranya karena memang cowok itu masih dalam masa hukuman.
Cahya tersenyum girang lalu membuka plastik itu dengan cepat. Mulutnya melongo ketika tahu begitu banyak macam-macam camilan di sana. Satu plastik berisi permen yupi kesukaannya, satu plastik lagi berisi yogurt, satu plastik lagi yang paling besar berisi Red Velvet, Pizza, Ayam bakar, dan ceker pedas. Cahya bahagia bukan main, ternyata cara Rival benar-benar menakjubkan ketika membujuknya.
"Lo pake pelet apa dah? Rival sampe segitunya," tanya Guntur heran. Rival benar-benar bucin kepada adiknya, padahal sebelumnya Rival itu playboy.
"Nggak pake pelet. Pesona gue aja udah membahana, Bang."
Guntur memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan Cahya yang sedang membongkar plastik.
"Yah, malah pergi tuh orang. Padahal gue mau bagi-bagi camilan."
Cahya membuka ponselnya lalu membaca pesan email lagi dari Rival yang paling baru.
RivalAntergio_ : Sekarang buka blokirannya! GUE DOAIN SAKIT PERUT KALO NGGAK DIBUKA.
Cahya tersenyum geli membaca itu lalu mulai mengetikkan pesan balasan.
CahyaAmika_ : Lo kenapa bisa seromantis ini sih? Abis kejedot apa? Atau abis kesurupan? Btw, sangkyuuuu camilannya ... lain kali sabilah ditambahin saham sama duit segepok.
Kebiasaan Cahya, sudah dikasih jantung malah minta hati.
****
Hari ini hukuman Rival sudah selesai. Cahya ikut bahagia, akhirnya ia bebas bisa berdekatan dengan Rival. Untuk menyambut hari ini, Cahya sengaja menunggu Rival di parkiran sendirian.
"Semua cowok sama aja, ya," gumam Cahya ketika tahu Rival datang lagi bersama Sela. Cewek itu duduk manis di jok belakang Ducati Rival. Mood Cahya berubah buruk.
"Nggak penting banget gue di sini," gumam Cahya lalu berniat pergi.
Rival yang baru saja menyandarkan motornya langsung mengejar Cahya lalu mencekal tangannya kuat. "Dengerin gue dulu."
Cahya langsung menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari cekalan Rival. "Alergi gue dipegang sama lo."
"Dengerin gue dulu."
"Nggak penting. Lagian gue fine-fine aja mau lo boncengan siapapun."
Dahi Rival mengernyit. "Kenapa gitu?"
"Positif thinking ajalah, mungkin lo jadi tukang ojek."
Rival menggeleng tegas. "Gue kasihan sama Sela. Motornya masih rusak, Cay." Rival menjelaskan. Tadi, sebelum itu juga Rival menawari Cahya untuk berangkat bersamanya, tapi cewek itu menolak karena memilih diantara Ellgar.
"Yang dibilang Rival bener, Cay. Gue yang minta tolong sama dia karena motor gue masih di bengkel." Sela yang baru saja datang ikut menyahut.
Cahya menatap Sela sinis. Bibirnya tersenyum miring, persis seperti aktris antagonis yang ada di TV.
"Kasihan. Cantik-cantik gaptek, mana kere lagi. Masa nggak ngerti pesen ojol gimana sampe harus nebeng sama pacar orang."
****
YUHUUU THANK YOU 💓 SEMOGA NGGAK BOSEN HAHAHAHA. JANGAN LUPA TEKAN BINTANG YA.
BIG LOVE❤️❤️❤️
FANS BANGET SAMA RIVAL, APALAGI KALO UDAH NGEBUCIN WKWKW.