Keringat dingin membasahi pelipis Rival. Bahkan ketakutannya sudah bangkit dari tadi. Setelah pulang sekolah, Rival langsung menuju rumah Bumi karena tadi disuruh olehnya. Tak henti-hentinya Rival berdoa, berharap Bumi tidak menebas lehernya.
"Ngapain di depan pintu?" tanya Guntur yang baru saja datang menggunakan motor beat butut. Cowok itu juga habis pulang sekolah.
Rival menoleh takut. "Pawang Om Bumi atau Mama lo ada di rumah nggak?" tanya Rival tanpa menjawab pertanyaan Guntur. Om Bumi pasti akan kalem jika ada pawangnya, pikir Rival.
"Mama di butik deh kayanya," sahut Guntur. Mamanya mempunyai butik. Hari-hari mamanya memang dihabiskan di sana.
"Gledek! Nyawa gue kayanya bakal ilang deh hari ini," ucap Rival takut-takut.
"Lah kenapa?"
"Gue nglanggar hukuman."
"BUSET! BERANI-BERANINYA LO NGLANGGAR HUKUMAN PAPA BUMI? GUE YANG ANAKNYA AJA KAGA BERANI." Guntur tak habis pikir dengan Rival ini. Padahal hukuman yang diberikan Bumi kepada Rival itu termasuk mudah daripada hukumannya yang harus berubah menjadi gembel karena menggunakan motor butut.
"Gue forget sumpah!" kata Rival campur bahasa Inggris.
"Lo sih! Mana pedang Papa gue tadi pagi diasah lagi!" beritahu Guntur menambah ketakutan pada diri Rival.
"Wah, hidup gue bener-bener musnah nih," khawatir Rival.
"Papa gue mantan psychopat asal lo tau," ujar Guntur lagi bermaksud membuat Rival ketakutan.
"Ah, becandaan lo nggak lucu."
Guntur terkekeh. "Sana masuk. Gue mau pergi aja deh, takut kena imbasnya juga."
"Heh anjir! Temenin gue! Ipar macem apa lo?!"
"Lo kan mau modar, nggak jadi ipar gue lah."
"Ellgar, Rival masuk!" Panggilan itu datang dari dalam rumah. Suara tegas Bumi terdengar menakutkan.
Rival dan Guntur menelan salivanya sendiri gugup.
"Lo hobi banget bikin ulah sih," gerutu Guntur lalu masuk ke dalam rumah diikuti Rival.
Bumi sedang duduk di sofa dengan gaya sombongnya. Tak lupa pedang berukuran sedang yang ada di tangan berurat Bumi. Hal itu membuat Rival berkali-kali lipat takut.
Mampus! batin Rival.
"Val, gue nggak yakin bisa nolong lo. Adakah pesan-pesan terakhir?" kata Guntur dramatis.
"Pale lo. Gue punya salah satu ilmu setan, yaitu hasutan pamungkas. Nanti Om Bumi gue hasut sampe luluh. Sans aja," bisik Rival sok berani padahal dalam hati ia takut luar biasa.
"Ellgar ke kamar ya, Pa. Mau ngerjain PR," izin Guntur sambil menyengir.
"Sok-sokan ngerjain PR, tugas sekolah aja nggak lo kerjain. Kerjaannya cuman bolos, tawuran, plus ngehujat gue," cetus Rival.
"Mulut lo mau gue gampar hah?" sentak Guntur mendapatkan tatapan tajam dari Bumi. Guntur langsung kabur begitu saja.
Rival cengengesan lalu duduk di sofa berhadapan dengan Bumi. Jantungnya berdebar kencang. Jedag-jedug luar biasa. Takut bahwa Bumi akan melakukan hal yang tidak-tidak kepadanya.
"Apa kabar, Om?" sapa Rival basa-basi.
"Kabar saya baik, tapi mood saya buruk. Tiba-tiba bawaannya jadi pengen bunuh orang," balas Bumi sadis.
Rival tertawa kaku. "Ha-ha-ha Om becandanya lucu banget."
"Kamu gila, ya? Saya kan nggak becanda."
"Waduh, psychopat banget dong kalo nggak becanda."
"Hm. Kamu nglanggar hukuman saya, ya? Saya lihat tadi di postingan lambe turah SMA kamu ada foto kamu bersama anak saya," interogasi Bumi to the point. Tadi ia bermain Instagram dan tak sengaja melihat foto Rival bersama Cahya yang candid lalu di-posting di akun Instagram lambe turah dengan caption, Si playboy dengan Queen-nya.
"DEMI UPIN-IPIN PUNYA JENGGOT OM! SAYA LUPA KALO MASIH DALAM HUKUMAN." Rival panik. Tangannya terangkat membentuk peace.
"Halah alesan!"
"BENERAN OM! ANAK OM INDAH BANGET! JADI ADA MAGNET YANG TAK BIASA, YANG MENARIK SAYA UNTUK MENGAJAKNYA BERFOTO," seru Rival nglantur.
Bumi malah mengambil tisu yang ada di atas meja. Ia lalu mengusap wajahnya dengan tisu itu. "Lain kali jangan pake kuah ngomongnya."
Rival cengengesan. "Sorry, Om."
"Tapi, bener Om. Saya bener-bener lupa tadi!"
"Oke. Saya toleransi untuk kali ini. Masih ada satu hari lagi hukuman kamu."
Rival bernapas lega. Ternyata Om Bumi ada sisi baiknya juga. Ketakutan tadi mendadak menghilang setelah Bumi mengatakan itu.
"Thank you very much, Om."
"Nggak usah alay."
Rival menyengir.
"Kamu playboy, ya?" tanya Bumi tiba-tiba.
Rival menggeleng tegas. "Nggak, Om. Saya setia kok."
"Halah. Tampangmu itu tampang-tampang playboy kolaborasi tengil."
"Dulu playboy, sekarang udah tobat gara-gara anak Om."
"Bibit unggul saya, tuh," bangga Bumi songong.
"Kayanya bibit unggulnya cuman dari Mamanya Cahya doang, deh. Soalnya Cahya nggak ada mirip-miripnya dari segi muka sama, Om. Miripnya cuman sifat galaknya aja, berarti Om yang bawa bibit buruk," celoteh Rival keblabasan. Terlalu jujur.
"HUKUMAN KAMU MAU SAYA TAMBAH?"
Rival langsung panik.
"AMPUN, OM! TADI SAYA DIRASUKIN SETAN JULID DI SINI MAKANYA BISA NGOMONG GITU!"
Anjir! Mulut lo, Val! Nggak bisa dikontrol! gerutu Rival menyalahkan dirinya sendiri dalam hati.
****
Rival duduk bersama teman-temannya di kantin sekolah. Masing-masing mempunyai kegiatan sendiri. Lego dan Gilang memakan dengan rakus, sedangkan Genta bermain gitar seperti pengamen, Rival sendiri memilih untuk bermain handphone karena tak minat makan.
"Genta caffer," cetus Rival tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Cari fferhatian," lanjut Rival alay. Genta tebar pesona dengan bermain gitar.
"Orang ganteng mah bebas," sinis Genta.
"WANJIRRR PEDE GILAAA!" pekik Rival heboh. "Padahal masih ganteng gue."
"Ngaca." Genta membalas singkat.
"Iyalah gue ganteng karena ada yang mau, Cahya contohnya. Gue laku, punya cewek cantik. Sedangkan elo? Jomblo mengenaskan! Itu tandanya lo jelek." Rival berkata dengan muka-muka nyinyir.
"Gue kedipin sekali, cewek lo nanti berpaling sama gue. Inget, gue itu idol nomor satu cewek lo," balas Genta sadis. "Banyak yang mau sama gue, tapi gue tolak. Cahya aja selalu ngajak gue selingkuh, itu tandanya gue lebih ganteng dari lo," lanjut Genta membuat Rival skat mat.
"PEDASSS SEKALEE PERMISAA ...," sambar Lego.
"Genta sekalinya ngomong panjang sadis parah," sahut Gilang terkesima.
"Gue diem aja deh. Daripada kena hujat," pasrah Rival mengalah. Ia lebih baik bermain ponsel. Rival bermain Instagram, dari kemarin DM di akunnya membludak. Semua cewek-cewek yang dibaperi olehnya patah hati. Cewek-cewek itu mengungkapkan patah hatinya lewat curhatan di DM. Rival tersenyum geli ketika membaca DM-DM alay itu.
"Anjengg! Ngapain si kuman DM gue!" kaget Rival lalu membuka DM dari Kenzo---sahabat Cahya dan Kevin. Rafan juga.
KenzoGilardino_
Relain cewek lo buat gue.
Ogah! Lo pikir mudah bagi gue dapetin titisan bidadari hah?!
Rival langsung memblokir akun Instagram Kenzo setelah membalas pesannya. Tanpa diketahui Rival, dari tadi Cahya ada di belakangnya mengintip apa yang dilakukan Rival di handphone. Cahya benar-benar melihat balasan Rival itu. Jiwa bapernya bangkit kembali. Bahkan saat ini ia ingin melayang karena bahagia.
"Gue titisan bidadari, ya?" bisik Cahya pada telinga Rival.
"Astaga!!" kaget Rival refleks melonjak. Ia juga masih dihukum. Tapi sah-sah saja jika Cahya yang mendekatinya. "Lo kenapa tiba-tiba muncul kaya hantu?"
Cahya mengulum senyumnya. "Oh, jadi gue titisan bidadari, ya?" ujarnya lagi tanpa menjawab Rival. Cahya memang berniat meledek cowok itu.
Telinga Rival memerah malu. Bisa-bisanya dia ceroboh. "Hm. Jari gue emang suka ngetik kebohongan. Tadi yang gue ketik dan kirim ke Kenzo bohongan kok," elak Rival.
"Oohh ...."
"Lo kan titisan nenek lampir."
Rival dengan segala gengsinya.
Raut muka Cahya berubah muram dikata nenek lampir. Ketiga teman Rival hanya cengo melihat drama couple ini. Sudah biasa jadi angin.
"Papa Bumi pegang hp nggak, ya?" gumam Cahya sok-sokan ingin menelpon.
Rival jelas panik. "YA AMPUN CAY! LO TITISAN BIDADARI! CANTIK LO NGGAK BISA ADA YANG NGALAHIN! LO BENER-BENER RATU DI HIDUP GUE! CUMAN NAMA LO YANG TERUKIR INDAH DI HATI GUE." Refleks Rival langsung berkata itu dengan keras karena takut dengan pedang Bumi. Tak sadar bahwa ini masih area kantin. Jelas semua orang langsung memusatkan pandangannya ke Rival.
"LO CANTIK BANGET SUMPAH KAYA BIDADARI, VALID NO KECOT!"
Cahya tersenyum simpul. Rival benar-benar sanggup membuatnya bahagia bukan main.
"BERUNTUNG BANGET GUE PUNYA PACAR TITISAN BIDADARI KAYA LO CAY!" puji Rival lagi.
"BUCHEN!!" seloroh orang-orang yang di kantin ramai.
Rival tersadar lalu menoleh ke sekelilingnya. Matanya membola ketika melihat semua siswa melihat ke arahnya. Ia sampai lupa bahwa ini masih di area kantin.
"Malunya sampe To The Bone," lirih Rival frustasi.
***
YUHUUU THANK YOU 💓 SEMOGA NGGAK BOSEN HAHAHAHA. JANGAN LUPA TEKAN BINTANG YA.
BIG LOVE❤️❤️❤️
FANS BANGET SAMA RIVAL, APALAGI KALO UDAH NGEBUCIN WKWKW.