Preman Kampus | SEGERA TERBIT√

By mayawd_013

201K 9.6K 913

#AKAN SEGERA TERBIT (SEBAGIAN CHAPTER DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN) Terkadang sikap pemarah menutupi... More

PK-1
PK-2
PK-3
Pk-4
Pk-5
Pk-6
Pk-7
Pk-8
Pk-9
Pk-10
Pk-11
Pk-12
Pk-13
Pk-14
Pk-15
Pk-16
Pk-17
Pk-18
Pk-19
Pk-20
Pk-21
Pk-22
Pk-23
Pk-24
Pk-25
Pk-26
Pk-27
Pk-28
Pk-29
Pk-30
Pk-31
Pk-32
Pk-33
Pk-34
Pk-35
Pk-36
Pk-37
Pk-38
Pk-39
Pk-40
Pk-41
Pk-42
Pk-43
Pk-44
Pk-45
Pk-46
Pk-47
Pk-48
Pk-49
Pk-50
Pk-51
Pk- 52
Pk-53
Pk-54
Pk-55
Pk-56
Pk-58
Pk-59
Pk-60
Pk-61
Pk-62
Pk-63
Pk-64
Pk-81
Ending
EXTRA-PART

Pk-57

1.9K 102 11
By mayawd_013

Teka-teki itu sangatlah mudah dipecahkan.
Namun, cara jalan menemukannya Yang agak menyulitkan.
•~•









🌕️🌕️🌕️


"Aku mau, malam ini special buat kita. Gak ada yang ganggu. Kamu harus turutin mau aku. Kalo enggak, Bella bakalan aku sakitin," ucap Delia tersenyum manis ke arah Angga.

"Termasuk ponsel kamu aku sita," tambah Delia mengambil paksa ponsel Angga.

"Apaan si. Jangan kaya anak kecil. Balikin hp gue!" geram Angga menatap Delia dengan sorot mata tajam.

"Aku udah minta. Kamu harus turutin semua mau aku. Gak mau kan, kalo rumah bekas Mamah kamu itu sama keluarga aku disita dan dijual? Hutang Om Adi ke Ayah aku itu banyak loh. Sanggup bayar emang?" tanya Delia tertawa sumbang.

"Ini bukan soal utang. Gue bisa aja bayarin semua utang Bokap gue. Tapi, lo dengan enaknya libatan Bella dalam masalah kita," balas Angga geram.

"Bella itu masalah terbesar kamu, iya kan? Jelas aku bakal libatin dia dalam masalah ini. Karena sekarang bucinnya Angga itu Bella. Bukan lagi Delia, ha ha... Kok kamu bisa cepet move on sih dari aku. Padahal, dibandingkan dengan Bella, aku jelas lebih sempurna. Aku perpect," ucap Delia mengelus pelan pipi Angga.

"Gue gak butuh yang sempurna. Gue butuh cinta yang tulus," balas Angga datar dan dingin.

"Kamu raguin cinta aku? Aku jelas lebih cinta sama kamu."

"Lo cuman terobsesi. Terobsesi ingin menjadi yang paling perpect, paling sempurna. Dan ingin mendapat apa yang lo mau dengan mudah. Lo buang barang yang udah di rasa bosan, dan dengan gampangnya lo pungut lagi barang itu. Lo permainin perasaan orang namanya," ucap Angga menusuk telinga Delia.

Delia bungkam. Benar, dulu... Dia menyia-nyiakan Angga. Kepergiannya ke luar negeri bersama kedua orang tuanya sebenarnya murni keinginan Delia sendiri. Dengan tujuan, ia ingin mencari kehidupan baru dan ingin terlepas dari sosok Angga yang sudah di rasa membosankan untuk Delia, Delia ingin berbaur dengan orang baru. Mempunyai pemikiran bahwa, pasti dirinya akan bahagia jika hidup di negara baru, di lingkungan baru, bersama orang dan teman baru, juga pacar dan pendamping baru. Tetapi, nyatanya sulit, sesak, dan sangat menyakitkan. Apalagi, kisah cintanya di sana tak seindah yang dibayangkan Delia. Delia di selingkuhi oleh pacarnya di Amerika, saat itu juga Delia berpikir apakah ini karma? Dan saat itu, pikirannya tertuju pada Angga. Delia pikir, dengan Delia pulang ke Indonesia, maka hubungan Delia dengan Angga akan membaik seperti semula.

"Aku mau kita kaya dulu, Angga," ujar Delia pelan.

"Gak ada yang bakal berubah Delia. Lo sama gue gak bisa bersama lagi. Cukup, jangan bersikap kaya anak kecil," ucap Angga dingin.

Angga meraih ponselnya. Namun kalah cepat saat Delia memasukkan ponsel itu ke dalam tas slempang milik Delia. Jelas Angga tak bisa merebut lagi ponsel itu.

"Gak! Malam ini hanya akan ada kamu dan aku. Gak ada Bella," ucap Delia penuh penekanan.

Makan malam di gelar di sebuah restoran modern dengan fasilitas mewah dan berkelas. Suasana sangat damai dan mendamaikan. Namun tidak bagi suasana hati Angga. Entah kenapa, jantungnya berdetak kencang dan ulu hatinya sedikit merasakan sakit nyeri. Angga tidak tau ini pertanda buruk atau baik. Tetapi, pikirannya tertuju pada satu nama. Bella. Wanita itu membuat Angga merasa gelisah dan panik.

***

"Mana ponsel gue?" tanya Angga pada Delia yang hendak keluar dari mobil miliknya.

Acara makan malam telah usai. Dan Angga di tugaskan untuk mengantar Delia pulang dengan selamat. Memang sangat amat menyebalkan jika berada di bawah kendali seorang Delia.

"Oke. Ini aku kasih. Makasih ya, untuk malam ini Angga. Aku seneng, kamu turutin mau aku untuk gak komunikasi sama Bella," ucapnya dengan nada manja.

"Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan ya my love."

Setelah Delia masuk. Angga cepat-cepat menghidupkan ponselnya. Membuka aplikasi WhatsApp karena ada notip pesan masuk dari sana.

+62831** : Nyokap Bella kecelakaan. Cepet ke rumah sakit jalan Mawar. Bella butuh Lo. Ini gue Reno. Jangan lupa di sve nomor orang ganteng.

Angga membulatkan matanya. Pirasatnya benar. Ada sesuatu hal yang terjadi pada kekasihnya. Angga tanpa pikir panjang langsung menancap gas dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Angga ingin segera sampai ke rumah sakit, dan ingin segera memberi kekuatan pada Bella. Angga yakin, gadis itu sangat membutuhkan dirinya saat ini.

🌑🌑🌑

"Angga, kamu mau kita ketemu di sini ada apa? Pasti kangen aku ya?"

Delia memeluk erat tubuh Angga, dari arah belakang. Semacam perlakuan hangat baginya. Namun, sebuah perlakuan menjijikan bagi Angga.

"Lepas," ucap Angga dingin.

Delia menurut. Dia menatap heran Angga. "Kamu kenapa sih? Semalam kayanya biasa-biasa aja deh."

"Lo yang bikin nyokap Bella kecelakaan kan!" bentak Angga emosi.

"Kamu apaan sih. Seenaknya nuduh aku kaya gitu! Kecelakaan apa? Aku gak paham!" ucap Delia memegang tangan Angga.

Brugh!

Angga memukul keras dinding yang ada di sana. Membuat Delia bergidik ketakutan. Aura marah yang Angga keluarkan sangatlah menyeramkan. Delia sampai gemetar.

Mereka ada di sebuah tempat sepi di daerah Danau kosong. Tak tau letaknya di mana, tapi keduanya tau tempat ini adalah tempat masa lalu mereka.

"Gak usah drama. Jawab pertanyaan gue bangsat!" bentak Angga emosi.

"A-angga, aku... Aku gak tau, aku emang benci Bella. Tapi a-aku... gak mungkin bikin orang lain celaka. Apalagi nyokap Bella. Aku gak sejahat itu Angga. Percaya Sama aku." Delia mencoba membuat Angga percaya padanya.

"Lo jahat. Dan akan tetap dinilai jahat di mata gue. Kalo terbukti Lo dalang dari kecelakaan itu. Inget ini, gue akan bikin semua orang membenci lo. Termasuk bokap sama nyokap Lo sekalipun."

"Kamu buat aku kaya gini Angga.  KAMU PENYEBABNYA! KAMU JAHAT, KAMU GAK BOLEH BILANG SAMA MEREKA!" teriak Delia memukuli dadanya sendiri.


🌑🌑🌑

Terduduk lemas di atas lantai, dengan air mata yang terus mengalir. Belum ada pertanda, bahwa dia baik-baik saja. Sekalipun dia tersenyum, luka di hatinya tetaplah sama. Bella berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, ketika ia sendiri, maka air mata akan mengalir menemani kesendiriannya. Di sini, di kamar milik Tina, dia terus menangis. Memeluk bingkai foto yang menunjukan wajah cantik milik ibunya, Bella rindu pelukan hangat dari Tina. Tak terasa, dari semalam dia berdiam di sini, beralasan rindu di baliknya. Luka di hatinya ini, tak akan bisa sembuh dalam hitungan detik saja. Butuh waktu yang sangat Lama, untuk mengukir kebahagiaan lagi di sana. Atau mungkin, sulit membuat rasa bahagia setelah separuh hidupnya hilang selamanya.

"Mah, M-mamah ninggalin Bella. Tapi kenapa Mah? Mamah kenapa pergi. Siapa, yang akan jagain Bella. Memeluk Bella, memberi senyuman untuk Bella?"

"Bella, rasanya ingin menyerah."

Tok....Tok....

Pintu di ketuk pelan oleh seseorang. Dia menatap sendu ke arah Bella. Gadis itu bahkan tak menyadari akan kedatangannya.

"Udah ya. Kasian air mata Lo. Dia juga capek keluar terus, istirahatin diri Lo." Devan memeluk sepupunya. Memberi kekuatan yang amat dalam di sana. Berharap dia bisa mengurangi rasa sesak yang dirasakan Bella saat ini. Hati Devan hancur. Dia ikut lemah, melihat Bella sehancur ini.

"Inget kan. Cara buat tersenyum? Lo gak lupa caranya kan?" tanya Devan menangkup kedua pipi Bella.

"Iya." Bella memaksakan diri untuk tersenyum. Tak ingin membuat Devan khawatir kepadanya.

"Gue gak papa. Baik-baik aja kok," tambah Bella tersenyum manis. Dia mengusap pelan air mata yang barusan keluar.

"Jangan nutupin kesedihan lo. Boleh nangis, tapi jangan terlalu dalam mendalami rasa sedih lo. Ada waktu juga, di mana lo harus bangkit. Gak selamanya laut dalam bisa lo capai ujungnya. Lo perlu istirahat dan berenang ke atas. Ada masa di mana lo juga harus mengangkat kepala lo. Liat sekeliling lo, dan temukan kebahagiaan baru di hidup Lo. Percaya sama gue, kalo bahagia itu akan hadir."

Devan kembali memeluk erat tubuh Bella. Semoga, dengan kata-katanya itu. Bella bisa sedikit sadar, dan tidak terlalu terpuruk merenungi kesedihannya ini.

"Lo harus beres-beres. Gue gak bisa biarin lo tinggal sendiri di sini. Om Deni bilang, lo akan tinggal di rumahnya."

Bella menarik tubuhnya. Menatap heran Devan. "Rumah Papah?"

"Iya. Lo akan tinggal di sana. Jangan keras kepala, ini demi kebaikan lo juga," ucap Devan menyentil hidung Bella gemas.

"Iya. Gue akan tinggal sama Papah."

Bella teringat sesuatu. Dia menyibak selimut, dan mengecek setiap laci di sana. Berjongkok untuk mengecek kolong ranjang. Ternyata ada di sana. Dia menarik kuat-kuat box besar itu. Terasa ringan, Bella semakin penasaran dengan apakah benda di dalamnya. Sudah saatnya juga ia membuka kotak ini.

"Kotak? Kotak apaan nih?" tanya Devan ikut penasaran.

"Mamah bilang, buka ini nanti di saat gue dalam keadaan terpuruk. Gue mau buka sekarang." Tangan Bella bergerak membuka kotak box itu dengan pelan-pelan.

Apa ini? Di dalamnya hanya ada dua lembar kertas dan juga dua buah kunci yang ukurannya berbeda satu sama lain. Satu kunci berukuran kecil, dan yang lainnya berukuran besar. Apa ini?

"Dev, ini apa? Kunci dan kertas?" Bella memegang dua buah kunci itu. Meneliti setiap bentuknya. Seperti kunci rumah, tapi apa benar ini kunci rumah? Dan kunci kecil itu? Untuk apa.

"Wah bahasa apaan nih."

Devan melihat kertas usang berwarna kuning. Ada bahasa tak di kenali di sana. Sedangkan lembaran lainnya masih setia ada di dalam box kotak itu. Bella merampas lembaran kertas kotor itu dari tangan Devan.


"Ini apa? Maksudnya apa Dev?" tanya Bella bingung.

"Kayanya. Tante Tina, ngasih teka-teki buat lo," pikir Devan.

Bella meneliti tulisan usang itu. Sangat... Membuatnya bingung.

"Teka-teki? Teka-teki apa? Dan tentang apa?" gumam Bella pelan.

"Ada lagi nih. Mungkin ini petunjuk."

Devan memberi lembaran kertas lainnya pada Bella. Bella dengan cepat mengambilnya dan langsung membaca surat itu.

Berjalan lurus, tanpa berhenti.
Hati-hati banyak duri.
Dia bisa melukai telapak kakimu, jika kamu memaksa berjalan lebih jauh lagi.

13.12.13 ulal.



































































YU AJAK TEMANMU UNTUK IKUT BACA CERITA INI.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT

FOLLOW AKUN AUTHOR YAH.
JIKA KALIAN SUKA CERITANYA, YU LANGSUNG FOLLOW AKUN WP AUTHOR.

BIAR GAK KETINGGALAN INFO, CERITA INI, ATAU INFO KETIKA ADA CERITA BARU YANG AKAN DATANG LAGI.









Teka-teki di sini, gampang kan?
Pasti kalian tau😄

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
779K 59.5K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1M 74.8K 38
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
503K 6.1K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+