Di Balik Awan

By imaginayii

6.5K 943 147

Awan ingin selalu ada untuk membuat Angin mengerti seberapa keberadaannya masih berarti. Tetapi sulit bagi Aw... More

☁️Prolog☁️
☁️1: Di Balik Semalam☁️
☁️2: Di Balik Mereka☁️
☁️3: Di Balik Pertandingan Itu☁️
☁️5: Di Balik SMA☁️
☁️6: Di Balik Yang Belum Waktunya☁️
☁️7: Di Balik Impresi Pertama☁️
☁️8: Di Balik 5370☁️
☁️9: Di Balik Yang Masih Tersimpan☁️
☁️10: Di Balik Intensinya☁️
☁️11: Di Balik Ketidaktahuan☁️
☁️12: Di Balik The Overdramatic One☁️
☁️13: Di Balik Keluh Kesah☁️
☁️14: Di Balik Peter Pan☁️
☁️15: Di Balik Instagram Story☁️
☁️16: Di Balik Bintang Kesepian☁️
☁️17: Di Balik Angkringan Hujan☁️
☁️18: Di Balik Midnight Cinema☁️
☁️19: Di Balik Unit 307☁️
☁️20: Di Balik Timezone☁️
☁️21: Di Balik Skenarionya☁️
☁️22(A) : Di Balik Ulang Tahunnya☁️
☁️22(B) : Di Balik Ulang Tahunnya☁️
☁️23: Di Balik Satu Kebohongan☁️
☁️24 : Di Balik Yang Berantakan☁️
☁️25(A): Di Balik Gerhana☁️
☁️25(B) : Di Balik Gerhana☁️
☁️26: Di Balik Kita☁️
☁️27: Di Balik Kesedihan Yang Mengering☁️

☁️4: Di Balik Entah Perasaan Apa☁️

198 33 6
By imaginayii

Di Balik: Bintang⭐

/Sekolah Menengah Pertama/

Cowok basket yang naik sepeda keren itu namanya Awan.

Dia tanya namaku setelah membantu memperbaiki rantai sepedaku yang lepas. Kujawab saja karena aku juga bukan orang yang sepenting itu sampai harus merahasiakan identitas. Aku sendiri tidak perlu bertanya buat tahu namanya. Karena ternyata sudah tercetak jelas dibagian belakang Jersey. Awan, si nomor 5. Awan salah satu anggota kelas unggulan juga (info tambahan dari dia sendiri).

Perkenalan kami hanya sampai situ. Awan bilang dia lupa bawa pulang bola basketnya jadi buru-buru dia kembali ke sekolah. Aku ya malah senang, jadi urusan kami engga panjang. Tadinya aku khawatir cowok itu bakal minta ditraktir minum.

Tapi gangguan-gangguan selanjutnya datang saat disekolah. Aku kurang yakin apa Awan memang sengaja menungguku, pokoknya setiap pulang sekolah, ia pasti ada dilapangan. Bahkan saat tidak ada jadwal latihan ekskul basket. Dia akan menungguku lewat, dan ketika dia rasa posisiku sudah cukup dekat Awan bakal melempar bolanya dengan percaya diri untuk coba memasukkan benda bundar tersebut ke keranjang sepedaku. Si cowok seenaknya itu juga meneriakkan tantangan yang ia buat sepihak tanpa meminta persetujuanku.

"Kalau bolanya masuk, lain kali pas ketemu dikoridor harus nyapa!"

"Kalau bolanya masuk, konten mading minggu depan wawancara gue!"

"Kalau bolanya masuk, dikasih nomor telponnya!"

"Kalau bolanya masuk, kapan-kapan kita jalan!"

Sayangnya, Awan jelas bukan Midorima Shintaro-karakter kesukaannya di Anime Kuroko No Basuke-yang punya akurasi tembakan 100%. Ditantangan terakhir tersebut bola basket Awan sempat mengenai pinggiran keranjang sebelum mental dan jatuh ke rerumputan.

Aku tersenyum miring melihatnya meninju udara sambil mendesah kesal. Sebelum aku mengubah keadaan untuknya, "Awan, cetak skor kan engga harus dari titik 3 point!"

Seketika wajah Awan secerah langit sore diatas kami. Ia langsung berlari untuk mengambil bolanya, saat sudah cukup dekat denganku, Awan melempar untuk kedua kali. Tentu saja masuk dengan mudah. Kami berdua saling melempar tatapan dengan canggung.

Awan itu aneh. Dan dia benar-benar seperti Awan dilangit sana. Tidak punya aturan, semaunya. Aku sungguh tidak pernah menyangka jika Awan adalah orang yang akan membuatku merasakan sesuatu untuk pertama kali. Sialnya waktu itu aku hanya gadis kelas 2 SMP. Aku menuruti hatiku tanpa persiapan apa-apa.

"Bioskop?"

"O-oke. Tapi pas liburan aja ya."

☁️⭐☁️⭐

Aku masih betul-betul mengingat ini.

Bukan sebuah perasaan yang asing.

Malam saat aku akhirnya pulang dari bioskop-menyerah menunggu Awan yang tidak pernah datang, aku sama sekali tidak menangis. Tidak tahu. Cara Awan mengingkari janji pertama yang ia buat sendiri, bikin aku bingung mencari satu kata yang tepat untuk menamai emosi-emosiku. Karena rasanya malah seperti aku engga merasakan apa-apa.

Hanya pagi setelahnya, aku bangun dengan suasana hati berantakan dan rasanya yang ingin kulakukan cuma kembali merangkak keatas kasur.

Seingatku, paling tidak perasaan itu bertahan sepanjang satu minggu.

Siklusnya baru berakhir saat aku tahu Awan tidak lagi bersekolah digedung yang sama denganku. Benar, Awan pindah. Padahal katanya kelas unggulan pasti tambah seru kalau ada aku. Tapi nyatanya dia malah engga ada saat aku akhirnya sudah disitu.

Ya sudahlah. Paling tidak jadwal padat dan porsi belajarku selama berada dikelas unggulan cukup membantu untuk lari dari apapun sebutan untuk perasaan menyedihkan dalam dadaku.

"Heh lo pada! Sambelnya mau berapa centong, Tetehnya nanya?" terima kasih kepada Andari dan suara geledeknya. Jujur aku sedikit kesal dengan pikiranku yang mudah sekali teralih belakangan.

"5 galon!" teriak Anfal yang masih fokus mantengin layar laptop. Tawaku sampai nyembur tapi cowok itu datar saja seolah jawabannya wajar.

"Mau mandi lo, Gopal?" sungut Andari.

"Nenggelemin elo lebih seru sih, Dar."

Dan begitulah adu songong antara dua sahabatku yang sampai bikin Teteh Seblak tersedak karena ngakak ditengah kepulan asap beraroma cabai. Maklum, kami bertiga memang sudah jadi pentolan dikios Seblak pinggir jalan ini. Sudah engga ada jaim-jaimnya lagi saking seringnya aku, Andari dan Anfal nongkrong sambil coba mengobati masalah hidup kami dengan semangkok seblak.

Lucunya, awal-awal dulu Anfal ini paling benci makan Seblak. Katanya, Seblak tuh hidangan yang engga sesuai kodrat. Takdir kerupuk kan untuk dinikmati dalam keadaan kriuk nan garing. Bukan malah direbus sampai lembek mblenyek. Cuma yah, Anfal memang sedikit salah pergaulan. Dengan punya 2 sahabat cewek yang doyan banget makanan pedes, sudah barang mesti Anfal akhirnya ikut terjerumus ke sekte pengabdi Seblak ini.

"Sumpah ya, Pal! Kalo ga lo tutup tuh laptop, mending lo pindah meja." Kedua tangan Andari repot membawa nampan berisi 6 es teh. Iya, satu orang dua gelas hehe.

Sementara Teteh Seblak membuntut dibelakangnya dengan nampan berisi pesanan kami. Seblak ceker punya Andari, Seblak Sosis Telur kesukaan Anfal dan Seblak Jamur Otak-otak milikku. Semuanya ekstra sambal.

"Buset ngamuk-ngamuk mulu ini betina satu!" Anfal menggerutu, tapi tetap menuruti Andari juga untuk menyimpan laptop dan menyingkirkan dulu urusan cari differensiasi produk yang daritadi bikin super mumet. Aku yang kayaknya santai begini juga belum nemu sebenernya, hiks.

"Baiklah sahabat... mari kita lepas sejenak segala beban perkuliahan yang ada." Kata Andari tengil.

"Halal banget kita ya?" timpalku, setelah menyeruput kuah seblak dengan sangat nikmat, "Orang kalo capek sama hidup pada minum-minum, kita mah nyeblak aja."

Kemudian tawa kami bertiga pecah tanpa bisa ditahan karena balasan Anfal, "Antara halal sama miskin beda tipis."

Aku tahu aku mungkin mengisi 90% daily campus life-ku dengan mengeluh. Apalagi Tugas Akhir memang bukan sesuatu yang ringan dan menyenangkan. Tapi persahabatan ini jadi 10% bagian perkuliahan yang akan selalu aku syukuri. Hubungan yang semacam ini sulit sekali aku miliki dengan banyak orang. Meski kalau dipikir-pikir peranku lebih banyak cuma sebagai penonton keributan gratis, tapi ribut-ributnya Anfal dan Andari memang ngangenin dengan caranya sendiri.

Drrrtt... Drrrtt...

Aku melotot melihat panggilan video call masuk ke ponselku dari kontak bernama Ge-mbel. Anfal dan Andari dengan keponya melongok dan langsung berebut untuk menjawab. Kali ini Andari menang.

"Kakak Adipati Dolken I miss yuuuuu!" semburnya tanpa basa-basi.

"Waah Bidadari! Lagi bertiga ya pasti?"

Ketimbang ikut bergidik bersama Anfal akibat menyaksikan tingkah centil Andari setelah menerima panggilan tersebut, aku langsung mencari-cari keberadaan jam dinding. Pukul 4 sore. HAH?! Kak Ge kesini beneran?! Jeritku dalam batin.

Kalian tahu penggalan lirik lagu Sesuatu Di Jogja milik Adhitia Sofyan? Yang begini...

Hey cantik
Coba kau catat keretaku tiba pukul empat sore
Tak usah kau tanya aku ceritakan nanti

Aku kira saat semalam ia kirim penggalan lirik tersebut lewat chat, itu sudah pasti cuma tingkah engga jelasnya yang biasa. Tapi saat aku sedikit ngintip kearah ponselku yang masih dikuasai Andari, benar saja kelihatan kalau background dibelakang Kak Ge adalah suasana stasiun.

"Mana nih, yang semalem minta ditengokin dan dibantuin nyari ide diferensiasi produk?"

ITU MANUSIA ENGGA BISA DIAJAK BERCANDA APA?!

"Hah anjiiir, lo seriusan nyuruh doi kemari Bi?" sejurus kemudian Anfal mengambil paksa ponselku, "Udah, siniin! Jauh jauh lo dari konten uwu nanti ngiri!" sehabis sukses bikin Andari gondok, Anfal memaksa aku menjawab panggilan video yang masih berlangsung.

"Apa?" aku langsung melotot pada laki-laki diseberang yang rambutnya setengah gondrong itu.

"Jemput dong," Kak Ge cengar-cengir. Diarahkannya kamera kesekitar agar aku bisa lihat seberapa ramai stasiun sore ini, "Lama nggak mampir jadi lupa sama kota ini..."

"Kakak tuh aneh-aneh aja sih! Masa engga bisa bedain mana bercanda mana serius?! Astaga Kak Ge tuh gabut banget sumpah!" jangan salahkan aku kalau ngomel. Masalahnya kedatangan manusia satu ini jelas bakal bikin repot. Kak Ge pasti berencana stay beberapa hari, mau tidur dimana coba dia? Terus kuliahnya juga gimana? Masa main ditinggal-tinggal aja?

"Bi, aku nunggu di toko roti. Kamu mau sekalian kupesenin kopi?"

"KAAAAK!"

"Jangan lama-lama ya, nanti aku-nya diambil orang."

Sambungan diakhiri setelah Kak Ge mengedipkan sebelah mata usil. Aku menggeram namun tak ayal cepat-cepat pesan ojek online untuk menyusul cowok merepotkan itu.

☁️⭐☁️⭐

Disela langkah kakiku yang agak tergesa, sempat kuperhatikan sisi-sisi lorong yang penuh terisi orang. Kurasa karena ini memang jam pulang kerja, stasiun jadi seramai ini. Syukur deh Kak Ge engga usil-usil banget, ia masih memberitahuku dimana ia akan menunggu.

"Hey Cantik!"

Kukerahkan kecepatan kaki penuh agar bisa segera kubungkam mulut Kak Ge. Didalam toko roti juga penuh jadi seruannya ke arahku itu betul-betul bikin malu. "Apaan sih nama aku Bintang bukan Cantik!"

"Eh siapa yang manggil kamu? Orang aku lagi nyanyi,"

"Hey Cantik..."
"Coba kau catat keretaku tiba pukul empat sore..."

Selanjutnya ia tambah membuatku kesal dengan mengubah lirik lagu tersebut untuk sedikit menyindir, "Tapi kenapa jemputnya telat banget??"

Ya ampun belum ada semenit lihat orang ini aku sudah capek.

"Serius Kak, bisa sampe sini tuh emang ga ada kuliah apa?"

"Kuliah mulu. Pacaran sesekali boleh lah-" segelas kopi panas diatas meja jadi senjata makan tuan, sengaja kutumpahkan sedikit isinya ke punggung tangan Kak Ge, "Aduh, panas!" protesnya. Bodo amat!

"Tadinya mau tanya apa kabar, tapi lihat kamu galak banget gini berarti udah dipastikan keadaanmu baik. Mamah sama Adek gimana dirumah?"

Kalau ada yang bertanya padaku siapa orang yang paling ingin kuhindari, Kak Ge akan selalu ada diurutan pertama. Kalian bisa lihat sendiri seberapa random tingkah Kak Ge. Dikebanyakan kasus, nalarku engga sampai buat menerka-nerka jalan pikirnya. Dan hal tersebut bisa sangat menjengkelkan kadang.

Cuma yah, meski bilang begitu nyatanya aku tidak pernah serius menghindari Kak Ge. Pertama, karena si mahasiswa DKV ini selalu punya cerita keren untuk dibagi-walaupun ujungnya aku pasti iri. Kedua, Kak Ge memang sudah seperti kakak kandungku. Ia peduli tanpa pamrih. Dan alasan paling tidak terbantah adalah karena dia ini Gerhana. Dia adalah bulan. Memang tidak selalu terlihat. Tapi selalu ada.

"Sehat, kok." Aku akhirnya membagi senyum meski masih pelit. "Kak Ge, kurusan ya?" ledekku.

Ia meregangkan tubuh, untuk alasan yang tidak jelas. Yang aku tahu, Kak Ge tidak berniat buru-buru beranjak dari bread shop tempat kami bertemu setelah mungkin sekitar 6 bulan hanya berkomunikasi lewat ponsel, "Orang yang lagi LDR tuh susah buat gemuk, Bi."

Jujur, aku agak kaget mendengar pernyataan barusan. Bukan cemburu ya. Kaget. Kok Kak Ge engga pernah cerita-cerita. "Kakak LDR sama siapa?"

"Sama kamu."

"Mana ada!!"

"Iya kok. LDR beda rasa."

Aku hanya mengambil kopiku-yang dibelikan Kak Ge, lantas beranjak meninggalkannya. Sudah malas ngomel kalau yang diomelin tetap saja nggak kehabisan becandaan-becandaan usil yang malesin begitu. Biarin saja Kak Ge riweh sendiri dengan barang bawaannya.

"Awan, pelan-pelaaaan!"

Cukup sekilas saja mataku menangkap dua orang yang tiga hari lalu kutemui di Pujasera. Jantung diantara tulang rusukku terasa berdetak lebih cepat dan nggak henti-hentinya aku menggumam, "Semoga mereka ga lihat gue..."

Sementara Kak Ge kebingungan dengan aku yang tahu-tahu berbalik menyusulnya untuk membantu membawakan beberapa paperbag berlogo sebuah pusat oleh-oleh. Dia menanyaiku kenapa, aku memilih tidak bicara selain memintanya berjalan mendahuluiku.

Aku menoleh kearah loket tiket dengan keyakinan kedua orang yang sedang mengantre itu nggak sadar akan keberadaanku. Awan merangkulkan lengan kirinya kepundak gadis itu. Tampak menjaga gadis yang tadi protes karena sempat ketinggalan.

Mereka...

Aku menyadari suasana hati itu datang kembali. Dan sekalipun ini pasti aneh untuk dikatakan olehku, tapi rasanya isi dadaku seperti diremas.

Naif ya... Awan hanya mengantarku pulang satu kali dan aku langsung berpikir mungkin belum ada orang lain yang datang dan masuk kedalam hidup Awan-seperti bagaimana aku membiarkan hidup berjalan cepat disekitarku tanpa banyak hal baru. Tapi ternyata aku hanya denial. Dan melihat apa yang gadis itu punya bersama Awan, sepertinya tiba-tiba aku tahu apa sebutan untuk perasaan menyedihkan ini.

Kecewa.

Sejak lima tahun lalu, dan kini jadi lebih parah.

Mengecewakan bagaimana diantara aku dan Awan, tidak sempat ada kata kita.

Lariiiii Ada Gerhana dateng-dateng baperin orang stress TA🏃‍♀️🏃‍♀️💆‍♀️

Continue Reading

You'll Also Like

493K 18.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 224K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
651K 43.9K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 217K 66
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...