Senandika

Oleh armelitaptr_

77.9K 5.4K 213

Lisa Alaric seorang anak yang merasa di anak tirikan tiba-tiba dijodohkan dengan anak dari teman Ayahnya. Me... Lebih Banyak

Prolog
BAB 1 : Awal
BAB 2 : Masalah
BAB 3 : Dream Catcher
BAB 5 : Bodoh
BAB 6 : Awal mula Om Gula
BAB 7 : Rumah Oma dan Kesepakatan Ayah Anak
BAB 8 : Insiden kepala bocor
BAB 9 : Menemukan cowok tampan
BAB 10 : Pacuan Kuda
BAB 11 : Burger buatan Rendra
BAB 12 : Ridho dan cerita cinta Eyang dan Oma
BAB 13 : Cerita bersama semesta
BAB 14 : Kisah yang sebenarnya
BAB 15 : Kue dan panggilan baru
BAB 16 : Kenyamanan
BAB 17 : Pembatalan Beasiswa
BAB 18 : Maaf
BAB 19 : Surat Mama
BAB 20 : Dibawah pohon Ceri
BAB 21 : Wisuda
BAB 22 : Cium Pipi dari Lisa
BAB 23 : Berdua dengan langit malam
BAB 24 : Apakah bisa?
BAB 25 : Bebas
BAB 26 : Hari usai kamu pergi
Bab 27 : Selamat Jalan! [Final]

BAB 4 : Narendra

3.3K 269 6
Oleh armelitaptr_

Rajin update = vote+komen
Biar impas ye kan^^

****

04. Narendra 

Lisa duduk menunggu Ayahnya datang untuk sarapan, hal itu Lisa lakukan karena ia ingin membicarakan tentang beasiswanya pada sang Ayah. Ia bahkan sudah membawa surat beasiswanya dan juga surat pernyataan bahwa Lisa sudah terdaftar menjadi Mahasiswa Baru di University College London. 

"Ayah, Lisa mau bicarakan hal penting ke Ayah soal-," 

Lagi-lagi Lisa tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Kali ini bukan ada tamu tapi memang Ayahnya yang menyelanya dengan memberikan selembar kertas note berisikan jam dan sebuah nama restoran. 

"Meja atas nama Narendra Senandika, jam dua siang setelah makan siang di Restoran Amuz Gourmet. Dandan yang cantik dan bersikap dengan baik." 

"M-maksudnya? Yah, Lisa mau bicarakan hal penting, kenapa Ayah malah ngasih ini sih?"

"Ini lebih penting."

"Oke, ini penting buat Ayah. Tapi kenapa Lisa yang harus temuin orang ini? Kan Ayah yang ada urusan sama dia."

"Dia mau ketemu sama kamu."

"Lisa aja nggak kenal sama dia."

"Maka dari itu kalian kenalan disana."

"Ayah apa-apaan sih? Lisa nggak ngerti."

"Kamu temui dia dulu, setelah itu kita bahas apa yang mau kamu sampaikan."

"Tapi, Yah!"

Lisa tidak didengar lagi oleh Ayahnya yang malah pergi meninggalkan ruang makan. 

"Lagian siapa sih ini Narendra? Ganggu banget anjir." 

***

Lisa berjalan memasuki restoran bintang lima yang populer di pusat kota dengan penampilan formal menggunakan pakaian jenis dress crepe round collar crop jacket yang sering dijumpai pada outfit aktris dalam drama korea. 

"Meja atas nama Narendra Senandika." 

Resepsionis resto memandu Lisa ke meja yang ternyata sudah diduduki oleh seorang pria tinggi yang juga berpakaian formal. Pria itu adalah Rendra, ia menyambut kedatangan Lisa yang terlihat acuh tak acuh. 

"Saya-," belum usai Rendra menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja Lisa menyela. 

"Narendra Senandika, putra dari Pak Hendra teman lama Ayah. Ya kan?"

Rendra tersenyum tipis sambil mengangguk.

"Lisa Alaric, nggak suka basa basi dan nggak suka cowok modelan anda."

"Maksudnya?"

"Nggak usah pura-pura bego deh, gue tahu ya ini tuh bukan pertemuan formal yang ngebahas bisnis keluarga. Karena gue bukan pakarnya bisnis jadi pasti ini rencana Ayah buat ngecomblangin kita. So, gue udah jujur dari awal kalo lo bukan tipe gue."

"Memangnya tipe kamu kayak gimana?"

"Yang tegas dan bisa bantah semua debatan gue, terus nggak menye-menye harus laki dan berani, dan satu hal yang pasti bukan cowok yang andalkan status keluarga dan uang keluarga! gue suka cowok yang mandiri, yang bisa berdiri di kakinya sendiri." 

"Memangnya apa yang kamu lihat saat lihat saya?"

Lisa bersedekap dada, dia merubah posisi duduknya dan cara memandang yang lebih mengintimidasi. 

"Lo itu pasti umurnya dibawah gue atau nggak seumuran sama gue, terus lo cowok manja yang tukang abisin duit bonyok."

Rendra terkekeh. 

"Ketawa berarti bener, udah deh lo mending bilang ke bonyok lo buat batalin semua ini. Bilang kalo gue bukan tipe lo."

"Kamu terburu-buru sekali, bahkan kamu belum ada pertanyaan untuk saya."

"Nggak ada yang harus gue tanyain."

"Setidaknya tanyakan bagaimana tanggapan saya padamu saat pertama kali bertemu."

"Nggak perlu, gue udah bisa nebak sendiri kok. Pasti lo nilai gue sebagai cewek urakan yang nggak punya sopan santun teru-,"

"Wanita keren."

"Hah?"

"Itu penilaianku padamu."

"Kayaknya lo sakit mata deh."

"Cantik dan penuh kejutan."

"Udah berapa cewek lo tipu gini?"

"Lembut namun gengsi untuk memperlihatkan sisi lembutnya itu."

"Gila ya lo!"

"Saya suka sama kamu."

"HAH?"

"Gimana saya mau nolak kalo kamunya selucu ini?"

"Sinting ya lo? ah tau lah gue cabut aja."

"Saya punya kontak Ayah kamu, jadi-,"

Lisa kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal, "Oke fine!" 

Pelayan datang dan memberikan buku menu. Lisa berusaha memutar otak agar bisa membuat Rendra kesal padanya. 

"Kamu mau pesan apa?" tanya Rendra.

"Saya pesan menu rekomendasi resto ini yang paling mahal!" Lisa menatap meledek pada Rendra.

"Saya samakan saja, lalu untuk minum-,"

"Bir," sela Lisa membuat si pelayan cukup kaget. 

"Berikan Bir dengan alkohol rendah dan Lemon tea."

"Mohon ditunggu," si pelayan pergi membawa note pesanan.

"Kamu yakin mau minum dengan bir?" tanya Rendra.

"Yakin, kenapa emang?"

"Bir nggak baik buat kesehatan."

"Ya terus?"

"Untuk kali ini saya biarkan, tapi lain kali saya nggak akan perbolehkan."

Lisa terdiam seperti seorang anak yang baru saja dimarahi oleh Ayahnya. Ia juga heran kenapa ia tidak bisa debat Rendra dan kenapa pria ini terdengar tegas sekali jika bicara. 

Tak lama makanan datang, mereka menikmatinya. Lisa mencoba minum bir yang ia pesan, jujur Lisa belum pernah menyicipi rasa bir. Alhasil baru saja air itu menyentuh lidahnya tiba-tiba saja Lisa tersedak dan terbatuk-batuk. Rendra sigap memberikan air putih kepada Lisa dan sesekali menepuk punggung Lisa. 

"Pahit banget!" keluh Lisa.

"Saya kan sudah bilang, kamu yakin mau minum bir? bahkan sama rasanya aja kamu asing."

Lisa menggembungkan pipinya kesal, padahal ini salahnya dia tapi ia malah kesal pada Rendra yang jelas-jelas tak salah apa-apa. 

"Gue mau pulang!"

"Ini masih sore, gimana kalo kita pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang?" tawar Rendra. 

"Oke!"

***

Lisa terus mengajak bahkan menarik Rendra ke setiap toko di pusat belanja. Ia sudah menghabiskan uang Rendra sebanyak tiga juta hanya untuk membeli barang-barang yang bahkan dia tak tau cara pakainya. Seperti saat ini Lisa malah mengajak Rendra melihat-lihat elektronik rumah. 

"Ini kamu mau belanja persiapan ngisi rumah baru? yang bener dong, Lisa."

"Kenapa? salah gue beli kulkas baru?"

"Ya enggak, cuma nanti mau kamu apakan? saya tahu kamu tuh nggak ada niat buat beli semua barang-barang ini."

"Kan lo yang minta buat kita jalan-jalan, masa ngomel sih gue belanja. Nggak ikhlas?"

Rendra menghela napasnya. 

"Mas sama mbaknya pengantin baru ya? kalo buat rumah baru bagusnya mah pakai jasa kitchen set. Dijamin mantul," ujar seorang ibu-ibu.

Rendra hanya tersenyum, sedangkan LIsa hendak menjelaskan yang sebenarnya pada ibu-ibu itu namun dicegah oleh Rendra.

"Iya, Bu. Makasih sarannya ya, kalo gitu saya sama istri saya cari jasa kitchen set dulu. Permisi."

Rendra membawa Lisa keluar dari toko sambil merangkul pinggang gadis itu. 

"Modus banget lo!" sarkas Lisa. 

"Kamu suka es krim?" tanya Rendra.

"Suka."

"Kita beli," Rendra menggenggam tangan Lisa mengajaknya ke sebuah toko es krim dan membelikan gadis ini es krim sesuai varian yang dia mau. 

Lalu mereka pergi berkeliling Mall bersama sambil menikmati es krim. 

"Bentar-bentar!" Lisa menarik kemeja Rendra. 

"Kenapa?" heran Rendra.

Lisa mengajak Rendra ke sebuah mesin capit yang terkenal sulit dimainkan. 

"Gue mau boneka yang disini,"

"Kenapa nggak beli aja?"

"Gue maunya yang hasil jeri payah lo!"

Rendra tersenyum tipis.

"Kalo gitu mintanya pakai nada yang baik," pinta Rendra.

"Hah?"

"Kalo mau sesuatu kan harus dibujuk dulu, jadi coba minta pakai nada anak baik."

Lisa menghela napasnya. Ia ingin menolaknya namun jika ia tolak maka rencananya untuk meninggalkan Rendra untuk bertemu dengan teman-temannya pasti gagal. Jadi Lisa mengiyakannya saja.

"Oke."

Rendra terlihat senang.

"Ekhem. Naren..Lisa mau boneka bunny yang itu, mau yah berjuang ambilin buat Lisa?" 

"Nama saya Rendra loh."

"Ya emang kenapa? kan sama aja ada Ren Rennya."

"Yaudah saya ambilkan."

Lisa tersenyum senang, Rendra menukar uangnya dengan uang receh dan mulai mencoba. Seperti dugaan Lisa bahwa mesin ini tidak bisa di menangkan dalam satu kali percobaan, alhasil Rendra terus gagal dalam usahanya hingga pria itu fokus pada mesin dan melupakan Lisa yang sedang diam-diam meninggalkan Rendra dimesin capit itu. 

***  

Lisa nggak ada akhlak, cowok cakep main tinggal aja😭

/bayangan pas Mas Rendra sadar kalo Lisa ninggalin dia🤣

Spam next biar besok double up, Bun!

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

115K 7.3K 51
[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest r...
1.5M 119K 46
Levin, dia yang terobsesi pada Seynara. -Levin's Favorite- Demi berusaha tak terkena lebih banyak masalah, Seyna harus berurusan dengan salah satu or...
58.7K 3.5K 39
Karya ke-1 Rahasia Takdir (GENRE : Rom-com) 17+ ---------------------- Tidak ada yang bisa menebak Takdir dari-Nya. Karena itu semua masih menja...
384K 7.9K 27
[Karya 1] Kisah seorang gadis remaja yang mendadak dipertemukan dengan Taruna Tentara yang mengaku sebagai pria yang dijodohkan dengannya. Sungguh g...