My Valentines ✔️

By roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... More

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

23. Passionate

6.1K 674 91
By roseannejung

Chaeyoung menuang teh hijau dari teko ke dalam cangkir berwarna putih. Setelahnya, ia tambahkan dua sendok madu ke dalam teh yang masih mengepul, kemudian mengaduknya perlahan.

Berbarengan dengan putaran sendok di cangkir, suara langkah kaki Jaehyun yang mendekat terdengar. Tak berselang lama, sosoknya yang mengenakan piyama biru gelap muncul di ambang jalan masuk dapur.

"Rion sudah tidur?" Chaeyoung menatap Jaehyun yang baru saja menarik kursi makan dan duduk di sana.

"Sudah," jawab laki-laki itu dengan mata yang terpaku pada layar ponsel.

"Ini teh kamu."

Jaehyun menaruh ponselnya di meja makan, lalu melirik cangkir berisi teh madu yang baru saja disodorkan Chaeyoung.

Dengan senang hati, Jaehyun mengambil cangkir dan menyeruput isinya perlahan. Berbarengan dengan cairan berwarna hijau bening itu masuk ke kerongkongan, tubuh Jaehyun menghangat.

"Nanti kalau kamu sudah selesai, cangkirnya taruh di tempat cuci piring. Dan jangan lupa matiin lampur dapur."

"Mau kemana?" Jaehyun menahan tangan Chaeyoung yang sudah mau berjalan melaluinya.

"Mandi. Kenapa? Mau ikut?" tanya Chaeyoung dengan satu alis terangkat.

Jaehyun tak acuh dan malah menepuk-nepuk kursi yang ada di sebelahnya. "Sini, temenin aku sebentar."

Tidak biasanya Jaehyun seperti ini. Kalau minta dibuatkan teh madu, ya, hanya dibuatkan saja, tidak pernah segala minta ditemani.

Jaehyun menarik tangan Chaeyoung dan membawa perempuan itu duduk di kursi sebelahnya.

"Kenapa, sih?" tanya Chaeyoung to the point.

"Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma minta temenin, memang salah?"

"Nggak salah, tapi aneh," jawab Chaeyoung dengan mata menyipit curiga. Sedangkan yang ditatap sama sekali tidak merasa risih.

Jaehyun malah degan santai menyodorkan teh madunya. "Mau coba?"

Chaeyoung menggeleng. "Nggak."

"Padahal ini enak, loh."

"Buatanku memang selalu enak" sergah Chaeyoung dan Jaehyun tersenyum tipis.

Laki-laki itu menyugar rambut tebalnya, sebelum kembali sibuk dengan cangkirnya. Sesekali meniup permukaan air teh untuk menurunkan suhu yang panas sebelum menyeruputnya.

Melihat Jaehyun yang tenang menikmati tehnya, membuat Chaeyoung berpikir kalau mungkin laki-laki itu memang hanya minta ditemani.

Makadari itu, Chaeyoung mulai menyandarkan punggung ke sandaran kursi untuk bersantai.

"Sore tadi, kamu ngobrolin apa saja dengan Chanyeol?" pertanyaan Jaehyun sukses mengalihkan perhatian Chaeyoung yang awalnya terpaku pada gambar Rion yang tertempel di kulkas.

"Kenapa memangnya?"

"Hanya penasaran, obrolan apa yang kalian bicarakan sampai-sampai kamu lupa kalau aku dan Rion nungguin kamu."

Chaeyoung berkerut alis.

Ini hanya perasaanku saja, atau memang nada suara Jaehyun terdengar sinis?

"Aku nggak lupa. Saat itu, aku lama karena mengantri di kasir, bukan karena keasyikan ngobrol dengan Chanyeol."

"Lalu apa yang kalian bicarakan?" Desak Jaehyun.

"Hanya bertukar kabar dan basa-basi seperti biasa," jawab Chaeyoung singkat namun jujur.

Jaehyun menenggak isi cangkirnya dan menaruh keramik berwarna putih itu di atas meja.

"Kalian sangat dekat, ya?" satu alis Jaehyun terangkat.

"Kamu kenapa, sih?"

Chaeyoung mulai curiga kalau ajakan Jaehyun untuk menemani barusan hanyalah kedok untuk menginterogasinya.

"Kalau aku bilang, aku nggak suka kamu dan Rion terlalu dekat dengan Chanyeol, kamu marah nggak?"

"Hah?"

Meski Chaeyoung tahu Jaehyun dan Chanyeol tidak saling menyukai, tapi ia tidak menyangka kalau kadarnya akan separah ini.

"Jangan terlalu dekat dengan Park Chanyeol. Dia bukan orang baik. Dia pemakai."

"Mantan," koreksi Chaeyoung. "Chanyeol sudah bersih dari ketergantungan obat-obatan sejak keluar dari panti rehab enam bulan yang lalu."

"Sama saja."

"Itu berbeda, Jung Jaehyun." Chaeyoung menggelengkan kepala. "Dan kalau kamu melarangku dekat dengan Chanyeol hanya karena alasan itu, aku tidak akan menurutimu."

"Kenapa?"

"Karena aku pikir tidak benar menjauhi seseorang hanya karena dia sempat berbuat kesalahan di masa lalu. Lagi pula Chanyeol sudah berubah. Dia juga sudah meminta maaf kepadaku. Itu sudah cukup."

Jaehyun mendengus kasar. "Kamu terlalu naif."

"Dan kamu pikir aku baru satu kali dengar kalimat itu?"

Naif dan Park Chaeyoung adalah sebuah satu kesatuan. Bukan hanya Jaehyun, tapi Lisa, Jennie, dan Junhoe juga sudah berkali-kali menyebutnya dengan sebutan wanita naif.

Dan kalau bukan karena sifat naif yang tertanam di dalam diri Chaeyoung, rasanya pernikahan antara Jaehyun dan diriya tidak akan pernah terjadi.

Jaehyun yang terus menerus dibantah mulai tidak suka dengan sikap Chaeyoung.

Egonya terluka.

"Kenapa setiap kita bahas Chanyeol, kamu selalu bela dia? Kamu masih sayang? Masih berharap dengan mantan pacar kamu itu?"

"Omongan kamu ngelantur." Chaeyoung menarik kursinya menjauh dari Jaehyun.

"Tapi aku benar, kan?" Sorot mata Jaehyun terus menerus memojokan. "Kamu nggak mungkin membela Chanyeol sampai seperti ini kalau bukan karena kamu masih punya perasaan sama dia. Buktinya kamu memperbolehkan Chanyeol masuk ke rumah kita tanpa sepengetahuanku."

"Hah? A-apa—"

"Aku tahu semuanya, Chaeyoung. Rion itu anak yang jujur," potong Jaehyun cepat. "Aku tahu di minggu pertama aku di Jepang Chanyeol sempat datang ke sini, dan mengajak kalian jalan-jalan dengan motor barunya."

"Tunggu! Ceritanya tidak seperti itu."

"Lalu bagaimana?" tantang Jaehyun.

"Kami tidak sengaja bertemu di depan TK Rion—"

"Apa keperluan seorang Park Chanyeol, yang notabene seorang bassist band di depan sebuah Taman Kanak-Kanak? Bukankah itu sangat aneh?" potong Jaehyun.

Chaeyoung seakan baru tersadar. Kalimat Jaehyun ada benarnya juga.

Apa yang dilakukan Chanyeol di depan TK Rion?

"Tapi aku berani bersumpah kalau kami hanya kebetulan bertemu. Bukan karena aku yang sengaja membuat janji dengannya atau apapun" jelas Chaeyoung. "Saat Rion melihat motor besar Chanyeol dia merengek untuk naik motor itu. Aku sudah mencoba untuk membujuk Rion tapi tidak berhasil dan akhirnya Chanyeol menawarkan kami tumpangan. Kemudian di tengah jalan tiba-tiba hujan deras. Kami basah kuyup dan aku tentu saja tidak tega membiarkan Chanyeol pergi dengan keadaan yang sedang hujan deras. Maka dari itu aku mengajaknya mampir ke rumah."

"Kenapa kamu nggak beritahu aku aku tentang hal itu?"

"Karena aku pikir kamu tidak ingin tahu."

"Chaeyoung." Jaehyun menyentuh tangan Chaeyoung yang ada di atas meja. "Sampai sekarang aku masih nggak ngerti cara pandang kamu terhadapku. Sejahat apa aku di mata kamu sampai-sampai kamu pikir aku nggak peduli hal-hal seperti ini tentang kamu dan Rion?"

Chaeyoung menarik tangannya.

"Bukannya sejak awal kamu memang nggak peduli?" setelah mengucapkan kalimat itu, Chaeyoung berdiri. "Aku mau mandi."

Lalu tanpa menunggu jawaban Jaehyun, Chaeyoung berlalu.

"Jung Chaeyoung!"

Chaeyoung tidak mempedulikan seruan Jaehyun dan terus melangkah ke arah kamar. Tangan perempuan itu bergerak cepat membuka lemari, untuk mengambil pakaian tidur.

Selesai dengan keperluannya, Chaeyoung menutup lemari dan saat berbalik ia dikejutkan dengan sosok Jaehyun yang sudah berdiri menjulang kurang dari satu langkah di hadapanya.

"Kita belum selesai bicara," ucap Jaehyun pelan namun sukses membuat punggung Chaeyoung menegang.

"Case closed."

"Aku cuma minta kamu jauhin Chanyeol dan kamu sekeras kepala ini?"

"Alasan kamu nggak masuk akal." Chaeyoung mencoba untuk berjalan ke samping namun ditahan oleh Jaehyun. Sekarang tubuh perempuan itu terkukung diantara dua lengan kekar Jaehyun.

"Chanyeol butuh support orang-orang di sekitarnya untuk berubah. Bukan dikucilkan seperti apa yang kamu minta. Kalau semua orang menjauh bukannya membaik dia malah semakin hancur. He needs us, Jaehyun."

Jaehyun menggelengkan kepala. "Chanyeol itu laki-laki terkenal. Banyak orang yang peduli dengannya; keluarga, teman satu band, rekan satu management, fans. Tanpa support kamu dia masih dapat banyak dukungan. Dia masih bisa jadi lebih baik."

"Alasan kamu masih belum bisa aku terima. Sekarang minggir."

"Aku belum selesai ... " Jaehyun kembali menahan Chaeyoung yang hendak menghindar. Ia meremas lembut kedua lengan perempuan itu hingga membuat Chaeyoung mau tidak mau menatap iris coklat gelap Jaehyun.

"Okelah, anggap saja aku mengerti keputusanmu yang nggak bisa terima alasan pertamaku. Lalu, kalau aku minta kamu untuk jangan terlalu dekat dengan Chanyeol karena aku cemburu, bagaimana?"

Pupil mata Chaeyoung melebar.

"Apa kamu mau nurut untuk menjauhinya?"

Chaeyoung bungkam, dan itu membuat Jaehyun hampir hilang akal.

Kenapa sesulit itu Chaeyoung? Kenapa?

"Kamu nggak tahu bagaimana perasaanku saat Rion bilang Chanyeol ke rumah kita hari itu. Kamu juga nggak tahu kalau aku ingin sekali menendang wajahnya setiap kali dia bersikap terlalu akrab dengan kamu. Kamu itu istriku. Aku benci melihat kamu dekat dengan laki-laki lain!"

Jaehyun mengusap pelan pipip kiri Chaeyoung dengan tangan kanannya.

"Jaehyun ... "

"Aku benci Chanyeol yang seenaknya mengusap kepala kamu tadi sore. Tapi, yang lebih membuatku benci itu adalah kamu yang selalu membela dia."

"Jae—"

Satu kecupan Jaehyun layangkan di bibirku.

"Aku nggak ngerti. Kamu ini hanya pura-pura atau benar-benar nggak tahu kalau aku cemburu?" wajah laki-laki itu terlalu dekat, sampai bibirnya menyentuh bibir Chaeyoung saat berbicara. "Kamu itu cuma milikku dan Rion."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Jaehyun langsung menyambar bibir Chaeyoung, dan menciumnya dalam.

Chaeyoung tidak sempat membalas ciuman itu karena pikirannya mendadak carut-marut.

Bagaimana tidak?

Jung Jaehyun baru saja menyatakan dirinya cemburu. Ini adalah yang pertama kalinya Chaeyoung mendengar pernyataan itu selama masa pernikahan mereka.

Bayang-bayang mata Jaehyun yang memerah menahan amarah dan kesedihan berkelebatan.

Seketika jantung Chaeyoung berdetak dua kali lebih cepat.

Deg deg

Deg deg

"Chaeyoung, cium aku." Bisikan suara Jaehyun menyadarkan Chaeyoung dari lamunannya.

Netra perempuan itu bergulir ke mata Jaehyun yang menatapnya sayu, lalu ke bibirnya yang memerah dan basah karena saliva.

"Cium aku." Jaehyun kembali berbisik sebelum menyatukan bibirnya dengan bibir ranum Chaeyoung.

Kali ini Chaeyoung mengikuti permintaan Jaehyun. Ia membalas tiap kuluman, decapan, dan hisapan Jaehyun atas bibirnya.

Saat lidah Jaehyun masuk ke dalam mulutnya, Chaeyoung ikut meraba benda tak bertulang itu dengan lidahnya.

Chaeyoung mengalungkan tangan kanannya di leher Jaehyun dan laki-laki itu langsung menyudutkan Chaeyoung hingga punggungnya menempel pada lemari.

Tangan Jaehyun sibuk meraba dan menarik tubuh Chaeyoung agar menempel sempurna dengan tubuh kerasnya.

"Jae—"

"Jangan tolak aku," potong Jaehyun sebelum Chaeyoung berhasil menyelesaikan kalimatnya.

Ciuman Jaehyun turun ke leher, dan tangannya mulai bergerak ke dalam kaos yang dikenakan Chaeyoung—mencari kaitan bra.

"Jaehyun tunggu!" Chaeyoung menahan tangan Jaehyun yang mengusap kulit punggungnya.

"Apa lagi?"

"Aku belum mandi."

"Aku nggak peduli." Wajah Jaehyun maju beberapa centi untuk meraup bibir Chaeyoung namun perempuan itu mengelak.

"Tapi aku peduli," ucap Chaeyoung pelan.

Jaehyun menghembuskan napas kasar. Ditatapnya Chaeyoung yang terlihat tidak nyaman dengan situasi mereka.

Meski dengan berat hati, Jaehyun pada akhirnya mencium pelipis, kening, hidung, lalu bibir Chaeyoung sekilas.

"Habis kamu mandi, oke."

Chaeyoung menengadah dan mendapati mata Jaehyun yanng sudah berkabut dengan gairah.

"Oke." Chaeyoung mengangguk.

"Kamu nggak perlu ini." tangan Jaehyun bergerak mengambil alih pakaian ganti yang sejak tadi digenggam Chaeyoung. "Percuma, nanti juga aku buka."

Dengan asal-asalan, Jaehyun melempar pakaian Chaeyoung ke keranjang baju kotor yang ada di sudut ruangan.

Wajah Chaeyoung seketika memerah.

Meski ia sudah terbiasa dengan kebiasaan Jaehyun yang sangat vocal dengan keinginanya di atas ranjang, namun biasanya hal itu tidak pernah sampai membuat Chaeyoung salah tingkah.

Tapi malam ini, hanya mendengar Jaehyun secara tidak langsung menyuruhnya untuk tidak perlu berpakaian setelah mandi nanti membuat perut Chaeyoung jadi tidak karuan.

"Jangan lama-lama," Jaehyun berbisik di telinga kanan Chaeyoung. Ia sengaja menghembuskan napas hangatnya di sana, sebelum mencium leher dan pundak Chaeyoung.

Sedetik kemudian, yang Chaeyoung rasakan adalah dualengan kekar yang semula memeluknya posesif melonggar dan udara dingin menerpakulitnya.

***

Kurang dari empat puluh menit kemudian, Chaeyoung keluar kamar mandi hanya dengan kimono satin berwarna pink pucat. Rambutnya sudah ia keringkan dengan hiar dryer, jadi tidak ada air yang menetes dari ujung rambut panjangnya.

Jaehyun yang duduk bersandar di kepala ranjang, tersenyum saat melihat Chaeyoung berjalan menghampirinya.

"Aku sudah kunci pintu, jadi Rion nggak akan bisa masuk."

Chaeyoung tertawa mengingat kejadian minggu lalu saat Rion masuk di tengah-tengah kegiatan 'malam' mereka.

"Kamu sudah siapin kondomnya?"

"Belum," jawab Jaehyun santai.

Chaeyoung melipat tangan di depan dada. "Cari, atau kita nggak akan ngelakuin itu malam ini."

"Untuk apa? Nggak usah pakai juga nggak masalah."

"Masalah kalau aku hamil."

"So what? Kita sudah menikah dan Rion sudah besar. Sudah cukup umur untuk punya adik baru."

"Seingatku hal itu nggak tertulis di perjanjian kita."

"Nggak tertulis bukan berarti nggak boleh." Jaehyun terus menerus mematahkan arguman Chaeyoung dan itu membuat Chaeyoung kesal.

Beruntung, Jaehyun cepat tanggap dan memutuskan untuk mengalah. Ia berdiri lalu mencari dompetnya yang ada di atas meja rias Chaeyoung. Di dompet itu lah, Jaehyun menemukan satu bungkus kondom terselip.

"Ini, happy now?" Jaehyun menyerahkan satu bungkusan kecil alumunium kepada Chaeyoung. "Boleh aku cium kamu sekarang?"

Chaeyoung tidak menjawab, dan malah berjinjit untuk mengecup bibir Jaehyun. Kecupan singkat Chaeyoung dibalas dengan lumatan dalam oleh Jaehyun.

Tangan lebar Jaehyun menyentuh punggung Chaeyoung, merabanya sensual. Senyum miring kemudian tercetak di wajah Jaehyun saat ia menyadari tidak ada penghalang apapun di balik kimono satin yang dikenakan Chaeyoung.

Ciuman mereka terlepas.

"Cantik," ucap Jaehyun sebelum ia mengecup pipi Chaeyoung. "Cantik banget malam ini."

Jaehyun terus membisikan pujian di telinga Chaeyoung. Hal biasa yang dilakukannya untuk menaikan kepercayaan diri dan libido Chaeyoung. "Tapi akan lebih cantik kalau kamu ada di bawahku sambil desahin namaku."

"Kamu kebanyakan ngomong," protes Chaeyoung yang membuat Jaehyun tertawa.

"Ini namanya dirty talk."

"Ya, tapi kalau kamu yang ngomong jadi cheesy talk bukan dirty talk."

Jaehyun tertawa lagi. Kali ini lebih lebar sampai-sampai lehernya memerah.

"Kalau begitu gantian. Kamu yang dirty talking, biar aku yang denger."

"Aku nggak bisa." Chaeyoung hendak melepas pelukan Jaehyun, namun ditahan. Bukannya telepas tubuhnya malah semakin menempel dengan milik Jaehyun.

"Oke, berhenti bercanda. Aku mau serius."

"Dari tadi juga aku mau langsung aja. Kamu yang ngomong kemana-ma—emph." Jaehyun menyumpal bibir Chaeyoung dengan mulutnya.

Dengan cepat Jaehyun membelit lidah Chaeyoung dan menuntut perempuan itu untuk membalas perlakuannya.

Ia kemudian mendorong tubuh Chaeyoung mundur hingga terbaring atas kasur.

Tangan Jaehyun bergerak membuka simpul kimono satin Chaeyoung perlahan.

"Malam ini nggak ada Jaehyun yang puja-puja kamu sepanjang malam. Itu mau kamu, kan? Untuk aku berhenti bisikin sweet nothings di telinga kamu."

Chaeyoung menelan ludah susah payah. Laki-laki yang ia kenal begitu lembut dengan sentuhan dan tatapannya malam ini berubah.

"Awww!" Chaeyoung meringis kesakitan saat Jaehyun tiba-tiba meremas bokongnya kasar.

"Jangan nangis. Ingat, ini mau kamu." Ucap Jaehyun sebelum menghisap kulit leher Chaeyoung dan mengigitya cukup kencang hingga menyisakan bekas gigitan di sana.

Detik itu juga Chaeyoung menyesali sikapnya yang selalu meminta Jaehyun berhenti mengucapkan kalimat-kalimat manis dan memperlakukannya seperti wanita yang paling dicintai setiap mereka bercinta, karena Jaehyun yang serius seperti sekarang malah membuat Chaeyoung semakin tidak karuan.

"Jaehyun, pelan-pelan."

"Aku nggak janji.

.

To Be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

65.6K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
5.3K 507 28
Karena memaafkan tak semudah meminta maaf. JANGAN READ DOANG!! AKU GA SUKA!!
4.1K 750 13
Kisah dua sahabat yang saling menyayangi sebagai saudara, kasih sayang itu mereka jadikan alasan untuk saling memanfaatkan. Friend with benefit, begi...
39.4K 4.7K 24
[ON GOING] To understand something isn't her strongest point. However, the young genius professor that later becomes her supervisor demands her to do...